Mata brielle masih tampak meriyip lemah, dia merasakan pusing yang sangat luar biasa. Ini adalah beberapa jam setelah dia menunggu datangnya client nya, dia ketiduran diatas meja cafe sesekali dia melihat jam tangannya. Dia tidak menyangka ternyata pukul 01.00 siang. Dia melewati siangnya cukup membosankan, sesekali dia membuka menu yang ada ditempat itu.
Lalu dia mencoba menghubungi Shalza untuk memastikan apakah orang yang dia tunggu akan datang, atau justru membatalkan lagi janjinya. Dia paling tidak suka dengan orang yang membatalkan janji seenaknya karena itu jauh dari standar kedisiplinan di dirinya.
"Kau menunggu seseorang ya?" Tanya gadis pemilik cafe sekaligus teman akrab dari brielle.
"Eh kak kinal? Iya ini masih nunggu client.."
Kinal kini menata duduknya disebalah brielle melihat ekspresi kesal gadis cantik itu. Dia sudah lama sekali tidak mampir di cafe tersebut, sedikit tidak enak dengan nada obrolan mereka.
"Ingin ku buatkan sesuatu?" Tanya kinal mencoba membuat ekspresi tersenyum untuk gadis yang ada didepannya tersebut.
Brielle menggeleng menolak sedikit lembut, dia memang tidak benar benar dalam keadaan mood yang bagus. Dia hanya ingin meluapkan segala keluhnya pada seorang pendengar, terlebih setelah peninggalan zee briell benar terasa hidup sendirian tanpa adanya pendengar saat dirinya bingung ataupun kesusahan.
Dia tidak yakin ingin membicarakan masalah ini terlebih kinal juga sering sekali menjadi teman curhatnya sesekali. Saat banyak yang empat tahun dia lalui tanpa adanya zee, saat dia hanya duduk sendirian di kelas. Merenungi beberapa mata pelajaran yang memang kadang dia kerjakan bersama zee. Nampaklah wajah murung dihadapan kinal itu, membuatnya cukup sebal juga.
"Kau jelek sekali saat bad mood, aku takut"
"Apa aku sudah seperti zombie untuk mu?"
Kinal mengangguk mencoba menyetujui apa yang baru saja dia dengar.
"Buruk sekali, jadilah brielle yang terus tertawa aku suka itu.."
"Tidak kak, aku tidak akan tertawa nanti yang ada aku membuat banyak pria jatuh hati.."
"Itu buruk, tapi kuharap kau akan senang jika aku memberi mu sesuatu.."
Kinal kini pergi meninggalkan brielle, sedangkan brielle hanya menunggu kinal yang sedang mengambil sesuatu didalam ruangan khususnya. Brielle hampir tak menyangka ketika dia harus melihat persembahan kinal. Ada seseorang yang datang, bahunya lebar terlihat tampan begitu juga dengan tulang rahangnya yang membuat nilai tambah. Matanya indah sama sekali tidak berubah dipandang.
"Dia siapa?" Tanya brielle.
Kinal tersenyum lalu menepuk bahu pria itu, menatap mata brielle yang tampak berapi-api yang tak kunjung padam. Kinal menunjukan deretan giginya kini, dia tersenyum lebar. Membuat brielle semakin heran, dia tidak merasa asing dengan pria dihadapannya itu. Karena separuh wajahnya tertutup topi kabaret. Yang jelas dia tampak begitu gagah dengan seragam petang khas militer.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roomatte [END]
FanfictionZeeBriel [Not Jibril] Gabriel Angelina biasa dipanggil Briel seorang penyendiri dan begitu membenci kerusuhan, keributan harus membuka takdir barunya. Yakni ketika Zee dengan nama lengkapnya Azizi Shafa Asadel datang sebagai teman satu Rumahnya. Ras...