27. Twilight [18+]

1.4K 76 20
                                    

Zee tampak serius melihat Brielle yang duduk didekatnya kini, ada hal yang mengganggunya begitu saja ketika wajah Brielle begitu tampak jelas selama ini. Dua detik berselang ketika dia melihat aktifitas Brielle, mata Brielle tidak sengaja juga melihat kearah Zee. Hingga keduanya begitu salah tingkah.

Mungkin Zee begitu takut menghadapi kegagalan, hingga tak bisa mengungkapkan cintanya pada Brielle. Dia takut begitu takut ketika Brielle akan pergi, dan apabila dia mengungkapkannya.

Hingga suatu saat akhirnya Zee mampu mengumpulkan keberanian
untuk mengungkapkan rahasia terpendam itu, meskipun Brielle memilih untuk acuh tak acuh. Zee akan menari untuk Brielle, dan begitupun sebaliknya.

Bahwa ternyata cara dia menangis, caranya tersenyum selalu membuat Zee paham bahwa cinta itu memyakitkan. Maka itulah alasan mengapa kini Zee sedikit menjaga jaraknya kepada Brielle yang semakin hari semakin membuatnya terluka dengan kecuekannya.

"Zee.. Apa yang kau lihat?" Tanya Gadis bermata biru yang duduk disebelah Zee tepat.

Gadis berwarga negara German itu bernama Eve, dia fasih dalam bahasa indonesia karena memang dia lama tinggal di Jakarta sebelum pindah ke Australia.

"Ah tidak Eve, aku hanya mencari inspirasi buat koreo kita nanti"

"Ohh ku kira kau sedang melamun, Kalau begitu kutunggu ditempat latihan ya. Jangan terlambat"

Hingga akhirnya Zee mengangguk pelan menyetujui ucapan Eve. Tak lama kemudian matanya sudah kehilangan jejak keberadaan Brielle dihadapannya.

Zee tampak kehilangan sesuatu yang berharga kini. Dia sesekali putus asa menarik nafasnya panjang.
.

.

.
.

Malam hari diperkotaan, hanya ada Brielle berjalan menembus keramaian. Dia pulang menuju Asrama setelah dia sengaja berjalan jalan malam hari, dia mengenakan hodie putih sambil memasukan kedua telapak tangannya didalam saku.

Dia sedikit berfikir tentang dirinya dan juga tentang kebosanan yang melandanya beberapa hari ini.

Hingga tanpa dia sadari ada yang datang mengikutinya dari belakang, merebut telapak tangan kananya untuk digenggam. Lalu tersenyum sambil berkata.

"Kau tidak tau ya, kalau akhir-akhir ini banyak sekali orang jahat, dan pencuri" Zee mendaratkan senyuman sekali lagi.

Keduanya melihat genggaman tangan mereka. Brielle menarik paksa tangannya saat menyadari kalau dirasa itu sama sekali tidak nyaman.

"Kau selalu menghindariku, kamu sengaja.." Keluh Zee.

"Sama seperti yang kubilang dulu dan sekarang.. Kalau kita gak boleh" Balas Brielle belum sempat zee melanjutkan perkataannya.

"Berhentilah berpura-pura, dan selalu lari dari perasaanmu.." Zee kini berdiri dihadapan Brielle.

Brielle sedikit mendongakan kepalanya saat melihat Zee, tampaknya gadis ini tumbuh cepat daripada dirinya.

"Lalu mau mu apa?" Brielle menatap Zee intens.

"Kau mau kita jadian, terus bertengkar seperti bocah..lalu..."

"Lalu Apa? Katakan..kenapa kau menghentikannya" Zee menyela.

Brielle menunduk seolah malas mengatakan hal ini. Dia lalu sengaja menghindari pandangan mata dari sepupu tirinya tersebut.

"Kita cukup seperti ini saja, karena aku takut kehilangan lagi" Brielle mempercepat langkahnya tak terasa air matanya sedikit menetes.

Zee menarik kasar bahu gadis itu, Brielle juga tau sifat Zee seperti itu. Brielle membalas dengan cukup kasar tarikan tangan tersebut hingga tanpa mereka rasakan lengan Zee terkena sayatan cukup lebar dari kuku Brielle.

The Roomatte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang