○○○
Pagi itu Lisa dan dirinya tengah menduduki kursi mobil dengan seorang supir yang mengendarai mobilnya, sebagaimana rutinitasnya ia tengah dalam perjalanan menuju sebuah Universitas Swasta di pusat kota.
Pandanganya mengintari jalanan, wajah datarnya sesekali tersenyum melihat beberapa orang lalu lalang yang tengah berbincang dengan orang lainya, rasanya ia sedikit iri.
"pak choi, bisakah aku membuka jendela mobilnya?" tanya Lisa yang membuat sang supir yang ia juluki "pak choi" itu melirik dari kaca spion lantas tersenyum.
"sebaiknya tidak Nona, Tuan tidak akan senang mendengar puterinya terkena flu, terlebih nyonya akan mengomeliku setelahnya." jawabnya yang mana membuat Lisa melenguhkan nafasnya namun tetap menuruti larangan sang supir.
Mobil yang membawa Lisa itu akhirnya berhenti dan mulai memijaki area kampus, lantas kemudian berhenti dan membuat sang supir berucap.
"sudah sampai nona." ucapnya, namun Lisa mulai menggigiti jemarinya disana sepertinya ia hendak memiliki kata-kata yang ingin ia ucapkan sebelum pergi.
"pak choi, apa kau punya uang?" tanya ragu gadis itu yang membuat sang supir tersenyum kecil disana.
"berapa banyak?" tanyanya yang membuat Lisa dan bibirnya tersenyum lebar.
"kira-kira berapa banyak untuk membeli semangkuk ramyeon dan soda?" tanya Lisa bersemangat membuat sang supir menyodorkan beberapa lembar uang yang kemudian Lisa terima.
Lisa dan dirinya tidak diizinkan memakan makanan sembarangan, aturan ini sudah berlaku sejak lama sehingga ia bahkan tak mendapatkan uang saku, ia hanya di bekali beberapa makanan rumah yang disiapkan assisten rumah tangganya, karena orang tuanya melulu khawatir Lisa menjadi sasaran empuk untuk diracuni atau semacamnya mengingat orang tua Lisa termasuk dari jajaran orang terpenting dikorea, semacam ketua dari sebuah Organisasi yang menaungi beberapa instansi pemerintahan baik dalam maupun luar negeri, sehingga banyak orang terkait yang mencoba untuk mengancam guna bernegosiasi untuk memenuhi keinginan mereka.
"terimakasih pak choi" ucap Lisa sumeringah, sebelum akhirnya ia turun dan kembali dikejutkan dengan satu suara yang sangat ia kenali yang mulai melangkah mendekati Lisa disana.
"Pagi sayang.." begitu kiranya sapa seorang pria sambil tersenyum ke arah Lisa lengkap dengan satu rangkulan yang pria itu berikan sebelum akhirnya Lisa menepis lengan pria itu dari pundaknya.
"kali ini ada apa? apa yang terjadi dengan raut wajah masamu itu hmm?" tanyanya lagi yang membuat Lisa dan matanya mendelik sengit kearah pria itu.
"Kau menjualku lagi sialan!" umpat Lisa dengan nada sinisnya yang mana membuat Mino dan mulutnya terkekeh.
"wah, Seorang puteri sudah mahir mengumpat rupanya, suatu kemajuan bukan? tapi malam itu aku bahkan belum sempat menjualmu, jangan be.." belum sempat Song Mino dan kata-katanya selesai seseorang memberinya sebuah tinju yang mendarat tepat di pipinya saat itu.
"hyak !!!" pekik Song Mino.
Lisa dan bibirnya menyeringai melihat sahabatnya Bambam yang saat itu melayangkan tinju ke arah Song Mino.
"Lagi..." titah Lisa yang mana dituruti Bambam setelahnya, pria itu kembali meninju Song Mino bertubi, yang mana membuat Mino dan dan mulutnya tak berhenti memohon minta di sudahi.
"cukup dad, mari kita pergi." ucap Lisa sambil merangkul lengan Bambam lantas melemparkan beberapa plaster ke arah Mino.
"Obati lukamu, aku tidak mau melihat pacar tercintaku ini terluka.." seringai Lisa sebelum akhirnya ia dan Bambam pergi dan menghilang dari pandangan Mino.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Lili [ Taelice ]
FanfictionMengisahkan seorang gadis polos dengan segala keingintahuanya akan dunia luar, membuat gadis itu mulai memacari pria-pria nakal. _____Lisa. Seorang pria yang katakanlah tampan, manis, dan tidak sombong, yang mana mempercayai embel-embel cinta sejati...