06

4.2K 456 55
                                        

○○○

Lisa mulai melangkahkan kakinya berniat memasuki ruangan sang ayah saat itu, ia merasa sangat waswas kala itu, terlebih detak jantungnya yang mulai tak karuan yang mana semakin lama semakin nyaring bunyinya, ia melulu mengatur pernafasanya sebelum akhirnya ia dan tanganya itu mendarat pada gagang pintu dan hendak membukanya, namun sebelum itu satu pesan singkat mendarat di handphone Lisa dan membuat ia dan langkahnya terhenti sejenak lantas membacanya.

Jennie
Terimakasih Lalice.. aku terpaksa melakukanya karna aku tak punya uang untuk menggantinya, kuharap kau tidak marah, maafkan aku..

aku menyayangimu.. 😣

Lisa
ya, aku juga.

Lisa kembali menghirup nafasnya dalam-dalam sebelum ia akhirnya membuka pintu ruangan ayahnya lantas berucap.

"Lisa datang, ayah.."

Saat itu sang Ayah tengah duduk terdiam di kursi putarnya sambil sesekali menghentak-hentakan bolpoint ke mejanya berulang sebelum ia dan mulutnya akhirnya bicara.

"Lalice...apa aku terlalu bersantai dalam mengajarimu ?" tanya ayahnya lengkap dengan tatapanya yang sontak digelengi Lisa dan kepalanya.

"tidak ayah.."

"Lantas perlukah kau bahkan mempermalukanku kali ini? katakan hal apa yang membuatmu nekat mencuri sebuah kamera ? Toko itu menghubungi ibumu, aku tak habis pikir, sungguh.." decak ayahnya.

"Maafkan aku ayah.."

"bahkan kau mengakuinya sekarang?" tanya ayahnya.

"bertindaklah selayaknya keluarga terhormat, ada apa dengan kau dan jalan pikiranmu itu? ibumu bilang dia sangat yakin kau tidak mencuri kameranya pada hari itu dia bilang.."

"tidak, Nona Wang salah, aku...aku memang mencurinya ayah.." ucap Lisa gelagapan sambil menggigit bibirnya saat itu.

"kau tahu apa yang harus kau lakukan sekarang?" decak ayahnya yang segera diangguki Lisa.

Lisa menghembuskan nafasnya kala itu lantas mulai menaiki meja sang ayah disana, ia mengangkat serta menyingsikan tinggi-tinggi celananya hingga sebatas paha di hadapan ayahnya.

"prattt......."

ayahnya tak segan-segan memberi Lisa pukulan dengan sebuah cambuk beberapa kali, kurang lebih 20 cambukan yang mana membuat garis merah memar tertoreh di sana, tepat di kaki-kaki Lisa, ini bukan kali pertama bagi Lisa, Lisa dan kakinya memang selalu menerima hal-hal seperti ini tiap kali membuat kesalahan, ia bilang ia lebih suka dipukul ketimbang diomeli.

Lisa kembali mengeratkan gigitan pada bibirnya saat itu sambil mati-matian menahan perih, sebelum akhirnya ayahnya menyuruhnya turun, lantas menggendong puterinya itu memasuki kamarnya, serta membuat Lisa dan tubuhnya itu rebahan di ranjang.

"sakit bukan ? setidaknya kau masih dibolehkan untuk menangis." ucap mulut tegas ayahnya.

"aku paling tidak suka seseorang membohongiku terlebih puteriku sendiri, ibumu bilang kau bersamanya saat kejadian pencurian itu, artinya itu bukan dirimu, kenapa kau berbohong ?"

Lisa hanya diam seribu bahasa ia hanya melulu sibuk meringis karena rasa sakitnya yang semakin menjadi dikarenakan ayahnya yang kini sedang membubuhkan obat merah di kaki-kaki Lisa.

"anggap saja beberapa cambukan yang ku berikan ini sebagai hukumanmu, bukan karena mencuri, melainkan karena kau telah membohongiku, kenapa kau berbohong?"

Little Lili [ Taelice ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang