Para pejalan kaki berlalu lalang melewati setiap inchi jalan gang yang cukup ramai. Hiasan gravity memenuhi tembok yang terpampang disana. Tujuan para turis, biasanya akan menjelajah dan menghabiskan waktu disana. Membawa teman, kekasih, keluarga atau hanya sekedar hunting foto untuk menghilangkan jenuh ketika berada di rumah.
Ukiran gravity dari berbagai macam gambar memang menjadi pusat perhatian para wisatawan yang menjadikan tempat itu sebagai top picture.
Tak terkecuali, bagi seorang Hwang Hyunjin tempat seperti itu sangat pantas untuk diabadikan. Ia menggantungkan sebuah kamera mirrorless dan menjadikan tempat itu sebagai obyeknya. Untuk mencari bahan tugas, katanya.
Dosen pengajar fotografer, memang memberikan tugas untuk mencari obyek-obyek yang belum terjamah. Lalu, mahasiswa yang diampunya akan diberi tugas untuk mempromosikan tempat wisata yang telah menjadi tujuannya.
Namun, Hyunjin beberapa kali menggerutu kecil. Terkadang, fokus pada objek yang ingin diambil tidak sesuai dengan keinginannya. Ia mengatur kembali lensa kamera yang berada di genggamannya, fokusnya hampir sesuai dengan keinginannya. Ia mendapatkan obyek sasarannya. Sedikit lagi, jari telunjuknya akan menekan tombol 'take'. Namun, belum sempat telunjuknya menekan tombol tersebut, tiba-tiba fokusnya menjadi kabur. Kepalanya terantuk dengan sepatu usang yang mendarat apik di kepalanya. Membuat Hyunjin mengaduh, dan merengut kesal.
Hyunjin menesilik siapa saja yang berani menimpuknya dengan sepatu usang dan dekil kepadanya.
"Aish! Sialan! Siapa yang berani menimpuk kepalaku dengan sepatu dekil seperti ini?" Hyunjin menggenggam sepatunya erat pada tangan kanannya. Berharap menemukan sosok yang sedang lari terbirit karena ketahuan tertangkap basah.
Hyunjin bersumpah akan mengembalikan sepatu bau itu dengan melemparkannya tepat di kepalanya! Ia pikir, terkena sepatu converse seperti itu tidak sakit?!
Kepala Hyunjin masih sangat dibutuhkan. Jangka yang ingin Hyunjin tempuh masih sangat jauh, terutama dengan tugas kuliah semester lima yang menumpuk seperti itu!Hyunjin masih membutuhkan otaknya.
Menyebalkan!
Ia menghela napas gemas, kembali ke posisi awal, berdiri tepat di depan obyek dan memfokuskannya kembali disana. Mengambil bidikan yang ia inginkan. Hyunjin harus mengulanginya dari awal, karena sepatu converse sialan yang memecah fokusnya.
Pengumpulan tugas tinggal dua hari lagi, dan Hyunjin sama sekali belum mendapatkan bahan yang harus ia promosikan selain obyek wisata tembok gravity yang sedang ia tuju.
Hyunjin menggantungkan sepatu lusuh yang ia temukan pada ranselnya. Bukankah Hyunjin telah berjanji, jika suatu saat ia menemukan pemiliknya ia akan melemparkannya tepat pada kepalanya?
Tentu saja!
Hyunjin ingin tahu, bagaimana rasanya tertimpuk dengan sepatu lusuh itu. Karena sepatu lusuh itu yang membuat Hyunjin harus bekerja dua kali. Mengulanginya dari awal dan menentukan fokusnya.
<Converse>
20 Menit sebelum kejadian
Pemuda bersurai blonde itu berkali-kali mengamati jam yang melingkar pada tangan kirinya. Langkahnya tergesa. Ia terlambat untuk memasuki kelas dosen killer mata kuliah reporting.
Lee Felix, menghembuskan napas panjang. Sebelum tangannya menggapai daun pintu kelasnya, yang Felix lihat pertama kali adalah tatapan tajam dari Professor Han. Felix tersenyum kikuk, ia membungkukkan badannya kepada professor.
"Jeosunghamnida!" teriak Felix lantang. Professor-nya itu tahu, Felix selalu menjadi langganan keterlambatan jika di kelasnya. Namun anehnya, Felix tidak pernah terlambat di kelas apapun.
"Silakan duduk, Lee Felix!" titah professor Han. Felix mengangguk, lalu mencari bangku kosong yang berada di bagian paling belakang. Ia mengeluarkan buku catatannya dan mulai memperhatikan professor Han yang sedang menyampaikan beberapa tugas.
Di papan tulis tertulis; Topik, analisis, bukti dan kesimpulan.
Felix meneguk ludahnya dengan susah. Ah, professornya itu memang terkenal dengan pemberian banyak tugas. Waktu yang diberikan juga hanya dua minggu.
"Felix, paham dengan tugas yang sudah saya catatkan?" Felix mengerjap pelan, sebelum akhirnya mengangguk diiringi dengan senyuman paksa miliknya. "bagus, Lee Felix. Saya tahu, kau memang panutan, jadi saya tidak perlu untuk menjelaskan kembali tugas yang sudah saya berikan." Professor Han tersenyum, "oke, kerjakan tugasnya mulai dari sekarang. Waktu yang saya berikan hanya dua minggu." terdengar desahan kecewa dari para mahasiswa. "Dengan ini kelas dibubarkan." Professor Han keluar, diikuti oleh mahasiswa yang berdesakan untuk keluar kelas.
Felix mengusak surainya kesal. Ia salah mengambil dosen killer sepertinya. Bukan masalah dengan cara mengajarnya, hanya saja tugas yang diberikan selalu berurutan. Jujur, Felix lebih senang jika dosennya itu memberikan tugas teori menggunakan buku. Bukan turun ke lapangan seperti ini.
Ia memutuskan untuk keluar kelas terakhir kali. Memutar otaknya agar ia mendapatkan inspirasi. Tungkainya berjalan menyusuri lorong-lorong kampus miliknya. Berjalan keluar, mencari udara segar sembari mengumpulkan ide jika sewaktu-waktu Felix mempunyai sesuatu yang terlintas di pikirannya.
Seungmin pernah mengatakan, jika ia ingin mengajak Felix ke suatu tempat yang belum tereskpos oleh media. Tidak jauh dari kampusnya dan itu sempat menjadi topik pembicaraan bagi mahasiswa. Tembok gravity, begitu Seungmin mengatakannya. Felix mengangguk samar, ia akan mencoba untuk pergi kesana. Mungkin saja ia akan mendapatkan judul untuk tugas reportingnya.
Felix berjalan mengelilingi jalanan kampus, memasuki gang yang terlihat ramai. Felix yang penasaran, akhirnya ikut andil dalam keramaian.
Benar juga yang dikatakan Seungmin. Disana Felix dapat melihat banyak pengunjung yang membawa kamera dan mengambil foto dengan tembok cat berwarna-warni. Felix tersenyum cerah, mungkin ini bisa menjadi salah satu topik yang akan diambil oleh Felix.
Saat Felix ingin melangkah mendekati tembok itu, netranya menyipit. Menajamkan penglihatannya, ada seorang pria bertopi yang sedang mengawasi kanan kirinya. Gerak-geriknya mencurigakan saat ia mendekati salah satu wanita glamour yang membawa tas dengan keadaan terbuka.
Felix melihat saat tangannya dengan santai masuk dan merogoh tas yang menjadi korban incarannya. Setelah mendapatkan sebuah dompet, pria misterius dengan topi itu melenggang pergi. Felix mengepalkan tangannya, ia ingin berteriak tapi takut saat orang-orang justru mencurigainya.
"Pencuri!" lengkingan suara wanita glamour yang sedang Felix amati memecah lamunannya. Felix terkesiap. Tanpa aba-aba, ia mengikuti pria misterius yang berlari menghindari kejaran orang-orang yang berada di sekitarnya. Pencuri itu berlari zig zag, kemudian tersenyum remeh kearah Felix.
Felix tak terima, ia melepas sepatu kirinya, mengukur jarak lempar yang akan mengenai sasaran. Tangan kanannya terayun ke depan, merelakan sepatu converse lusuhnya melayang. Jauh, hingga Felix memekik tertahan. Mulutnya ia bekap.
Tak!
Sepatunya mendarat mulus pada seseorang yang sedang membidikkan kameranya pada salah satu obyek.
"Ups!" Felix berlari terbirit, menghindari kontak mata dengan pria yang baru saja menjadi korban sepatu kumalnya.
Felix membawa kakinya, menghindar secepat kilat.
Gone with the wind.
Samar-samar Felix mendengar sebuah teriakan.
"Siapa yang berani melempar sepatu lusuh ini?! Aku akan mencarinya! Walau sampai ke lubang tikus sekalipun!"
Semoga suka dengan cerita pertama saya, boleh kasih krisar ^^
-RION-
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Converse {HyunLix}
FanfictionJurnalis blusukan. Fotografer amatiran. Dan sepasang sepatu lusuh yang membawa mereka dalam satu ikatan. Started: 18/01/2019 End: 08/07/2019