Felix beberapa kali mengipaskan tangannya kearah lehernya. Juga sesekali menyeka buliran keringat yang bercucuran dari kulitnya. Jempolnya sibuk memainkan game candy crush pada ponselnya. Data-nya habis. Ia hanya bisa memainkan offline. Felix mengeluh haus, tapi ia enggan untuk beranjak dari tempatnya. Hyunjin juga tidak mengambilkannya minum, menyebalkan!
Hyunjin memicing mengamati istrinya yang bergerak tidak nyaman. Felix hanya duduk di tikar tipis pembelian pertama mereka saat memasuki apartemennya. Itu saja, rasanya Hyunjin sangat bahagia. Mereka juga tidak memiliki kipas angin untuk membantu Felix mengeringkan keringatnya. Seakan melupakan Felix yang notabennya adalah anak dari orang kaya.
"Jangan duduk diatas karpet tipis, boy. Kau bisa sakit nanti." Felix hanya bergumam sebagai jawaban.
"Disini panas, tidak ada AC!" ketus Felix. Ia tetap tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Lagipula, hanya ini satu-satunya cara agar aku tidak merasakan kepanasan." detik berikutnya Felix mengerang frustasi. Saat permainan candy crush saga miliknya telah tamat. Saat satu panggilan masuk di tengah permainannya.
Felix menekan tombol 'Accept' disana. Tertera nama ibunya.
"Felix, bisa kunjungi ibu sebentar? Ada yang ingin ibu bicarakan."
Felix bergumam, lagi.
"Setelah ini, Felix kesana bu,"
"Bawa Hyunjin juga kemari,"
Felix hanya mengangguk, walaupun ia tahu jika ibunya tidak akan bisa melihat putranya yang sedang mengangguk. Ia mematikan ponselnya, menatap Hyunjin samar.
"Ibu menyuruh kita untuk mengunjunginya." mata Hyunjin membulat.
"Benarkah?" Felix mengedikkan bahunya acuh, ia beranjak dari sana. Memakai pakaian yang cukup pantas untuk mengunjungi ibunya. Hyunjin menuju kamarnya, mengganti pakaian yang sama dengan Felix. "Apa yang ingin ibu bicarakan, Felix?"
Felix lagi-lagi mengangkat bahunya.
"Aku tidak tahu, bisakah kita pergi sekarang, sunbae?" Hyunjin mengangguk, lantas berjalan mendahului Felix yang sibuk menata rambutnya.
Mereka menuju halte terdekat. Menghentikan bus yang akan membawanya ke tempat ibunya. Felix meneguk salivanya kasar. Ia tidak pernah menaiki bus seperti itu. Bayangan mual segera menyergap pikirannya. Ia takut jika sewaktu-waktu Felix bisa saja pingsan di dalam bus. Tapi Felix berusaha menepisnya, ia yakin jika kali ini ia bisa menaiki bus tanpa bantuan Hyunjin.
"Hei." Hyunjin memegang lembut kedua bahu Felix. "Kau tak apa?" Felix mengangguk samar, "jika kau tak bisa menaikinya agar aku—— " ucapan Hyunjin terpotong saat Felix mendahului untuk memasuki bus yang mereka tunggu.
Dalam hati, Hyunjin tersenyum bahagia. Rasanya tidak menyangka jika Felix yang sering ia amati saat berada di club basket dengan imej coolnya juga suara bassnya bisa membuat hati Hyunjin berdebar tak karuan hanya karena ia menuruti ucapan Hyunjin.
Felix duduk disalah satu kursi panjang paling belakang. Melambai sumringah kearah Hyunjin. Bus kali itu cukup sepi, sehingga mereka lebih leluasa untuk duduk dimanapun mereka mau.
"Maaf." Hyunjin membisikkan kata itu tepat pada telinga Felix.
"Tak apa, sunbae." Felix mengamati jalan di luar jendela, pohon berjajar dengan apik disertai daun musim gugur yang mulai menguning, disana. Di pucuk setiap pohon yang berdiri dengan angkuh. Membuat Felix tak henti-hentinya menyunggingkan senyumannya. "Aku justru sangat berterimakasih kepada sunbae, karena telah merubah sikap manjaku menjadi sedikit lebih mengerti jika kehidupan di luar sana semakin berat." Diam-diam Hyunjin tersenyum bangga. Ia tak pernah menyangka jika Felix akan mengatakan hal menggelikan yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Hyunjin suka, sangat suka. Hingga rasanya ia ingin berteriak kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Converse {HyunLix}
Fiksi PenggemarJurnalis blusukan. Fotografer amatiran. Dan sepasang sepatu lusuh yang membawa mereka dalam satu ikatan. Started: 18/01/2019 End: 08/07/2019