Converse- 04

1.4K 261 16
                                        


Hyunjin sedari tadi hanya menatap punggung sempit milik Felix yang masih tertidur sambil memeluk gulingnya. Matanya bahkan terpejam erat, seakan enggan untuk membuka. Hyunjin dilema, berkali-kali irisnya menatap jam yang berada diatas nakas. Pukul delapan, dan harusnya Felix ada kuliah di jam sembilan.

Hyunjin hanya tak tahu, bagaimana caranya membangunkan istrinya yang sedang tertidur pulas seperti itu.  Tapi disisi lain, Hyunjin harus melakukannya.

"Bangun panutan, bukankah kau ada kuliah pagi?" Hyunjin buka suara, ia mengusap halus punggung sempit milik istrinya. Felix hanya bergumam,

"Sebentar lagi aku akan bangun, ibu." Hyunjin terkekeh, dibalik sifatnya yang sok manly ketika di klub basket, atau cerdas saat menghadap dosen, ternyata Felix mempunyai sisi yang tidak di ketahui oleh semua orang. Felix terkadang memang suka bergumam tidak jelas jika sedang susah untuk dibangunkan.

Lagi pula, Hyunjin memang tahu jika Felix menjadi salah satu panutan bagi teman-temannya. Ia selalu mendapatkan IP diatas rata-rata, anggota club basket yang selalu dibanggakan oleh coach, juga incaran salah satu teman-teman Hyunjin. Mereka selalu membicarakan Felix dengan segala kelebihan yang Felix miliki. Tak heran, jika Hyunjin memanggilnya dengan kata 'panutan' kan?

"Hey boy, bukankah kau hari ini ada kuliah di jam sembilan?" mendengar suara Hyunjin yang berbeda dari ibunya. Felix tiba-tiba saja mendudukkan dirinya, kemudian mengucek matanya untuk memfokuskan penglihatannya kepada pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.

"S-sunbae, maaf." Felix meminta maaf, ia buru-buru menyembunyikan wajahnya pada telapak tangannya. Ah, Felix malu setengah mati jika sudah seperti ini.

"Tidak perlu meminta maaf, boy." Felix menyingkap selimutnya, tersenyum kaku. Lantas, berjalan menjauhi Hyunjin. Menyeret kakinya mendekati kamar mandi.

"Sunbae, aku mandi. Jika kau ingin sarapan, tunggulah sebentar lagi. Aku akan membuatkannya untukmu." mendengar ucapan Felix, Hyunjin justru menggeleng.

"Tidak usah, boy. Aku sudah membuatkannya untukmu. Jika kau selesai mandi, kau boleh memakan sarapanmu." Felix menepuk jidatnya. Ia rasa pikirannya sedang kacau. Harusnya itu menjadi tugas utama Felix untuk menyiapkan segala hal mengenai rumah. Menyiapkan sarapan, misalnya.

"Maafkan aku lagi, sunbae." Hyunjin hanya memgangguk menanggapi ucapan Felix. Ia merapikan kasur Felix, membiarkan istrinya itu untuk mandi dan bersiap berangkat ke kuliah. Kebetulan, Hyunjin ada kuliah sore. Jadi ia tidak terlalu tergesa untuk menyiapkan diri untuk siang itu.

Setelah dirasa rapi, Hyunjin kembali melangkah meninggalkan kamarnya, berjalan menuju dapur, lantas menyiapkan sarapan berupa dadar gulung dan susu putih diatas meja. Menuangkannya ke dalam dua gelas yang baru Hyunjin siapkan.

Hyunjin memang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya. Tepat ketika Hyunjin berumur dua belas tahun, ibunya menyuruh Hyunjin untuk membiasakan diri melakukan tugasnya dengan baik. Seperti, membuat sarapan atau memasak. Untuk berjaga-jaga ketika ibunya pulang terlalu larut dari bekerjanya.

"S-sunbae?" Felix sudah siap dengan tas dan beberapa buku tebal yang berada di genggamannya. Hyunjin tersenyum hangat, ia mengisyaratkan Felix untuk duduk di sampingnya.

Hyunjin mendesah dengan rasa bersalahnya. Ia tahu, jika baju yang di pakai Felix adalah kemeja yang telah digunakan Felix dua hari yang lalu. Ia tahu, jika pakaian yang dibawa Felix sangat terbatas.

"Maafkan aku, boy. Tapi aku hanya ingin kau menggunakan barang yang berasal dari jerih payahku." Felix mengangguk paham, ia sudah tidak mempermasalahkannya.

"Tidak masalah, Sunbae. Aku mengerti." Felix mengambil dadar gulung yang berada di depannya. Memakannya dengan lahap. Sembari mengacungkan jempol kearah Hyunjin. "Aku tidak tahu, jika masakanmu selezat ini, sunbae." Hyunjin menyengir mendengar ucapan Felix. Ia melanjutkan acara makannya. Menirukan gerakan Felix yang sedang memasukkan dadar gulung ke dalam mulutnya.

Tangan Felix cekatan mengambil satu gelas susu, meminumnya hingga habis. Lantas, mengusap mulutnya dengan tissue yang sudah Hyunjin siapkan.

"Sunbae! Aku berangkat!" Hyunjin mengangguk, menatap punggung Felix yang semakin menjauh.

Rasanya aneh, ketika Felix masih memanggilnya dengan sebutan 'sunbae'. Canggung sekali untuk sekedar menyuruh Felix memanggil dirinya dengan sebutan 'hyung'.

<Converse>

Felix mengeluh, beberapa kali ia menyenggol tangan Seungmin yang sedang fokus dengan diktat untuk mengerjakan tugas dari profesor Beomgyu.

"Seungmin-ie, bantu aku untuk mengerjakan tugas-tugas dari profesor Han Myung!" Felix mengerucutkan bibirnya, Seungmin menatap sahabatnya itu sekilas. Kemudian berbisik.

"Kerjakan sendiri, Felix! Aku juga sedang banyak tugas!" Seungmin berkata gemas, membuat Felix menggembungkan pipinya.

Sungguh, Felix sudah tidak dapat berkonsentrasi untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Ia ingin menyegarkan pikirannya. Akhirnya, Felix berdiri, berniat untuk meninggalkan Seungmin yang masih fokus mengerjakan tugasnya.

"Mau kemana?" Seungmin mencekal pergelangan tangan Felix.

"Keluar, aku sedang tidak bisa mengerjakan tugas. Ada sesuatu hal yang harus aku bicarakan denganmu." Seungmin mengangguk, ia membereskan buku-bukunya, memasukkan ke dalam tasnya, lalu berjalan beriringan dengan Felix. Keluar dari perpustakaan. Menyeret kakinya menuju food court sekitar kampusnya.

"Vanilla late!" Seungmin berbisik kepada Felix, ia mengangguk lalu berjalan mendekati stand yang berada tak jauh dari sana. Memesan dua minuman sama seperti Seungmin.

"Terimakasih." Seungmin menerima vanilla cup yang disodorkan oleh Felix. Meminumnya sembari menyalakan wifi pada ponselnya. Menunggu Felix bercerita.

"Aku ingin bercerita kepadamu, Seungmin-ie." Felix meletakkan cup vanilla latenya. Menatap serius sahabatnya yang masih tampak tak peduli.

"Apa?" Seungmin tak mengalihkan fokusnya pada ponsel.

"Aku sudah menikah." Seungmin tersedak ludahnya sendiri. Ia menatap Felix dengan intens, menaruh ponselnya diatas meja.

"Serius? Kau tidak pernah mengatakan ini kepadaku! Kau menganggapku apa, hah?" Felix terkekeh.

"Aku juga tidak tahu, Seungmin-ie. Ibuku memberitahuku dua hari sebelum pernikahan," Felix menghembuskan napasnya panjang. "Kau juga berpikir jika ini gila kan? Orang tuaku memang sangat gila mengenai pernikahanku."

"Bagaimana bisa kau tidak tahu jika akan menikah?" Felix mengedikkan bahunya. Ia benar-benar tidak tahu jika ibunya telah menyiapkan pesta pernikahannya dengan Hyunjin. "Lalu, dengan siapa kau menikah?"

"Hyunjin, Hwang Hyunjin."

"APA?! KAU MENIKAH DENGAN HY—— " Felix membungkam mulut Seungmin dengan tangannya. Bahaya jika semua orang mengetahuinya. Felix ingin menyembunyikan pernikahannya dengan Hyunjin. Ia tidak ingin orang lain tahu. Cukup Seungmin sebagai sahabatnya yang tahu mengenai hal ini.

"Ck, kau benar-benar tidak bisa menjaga mulutmu ya?" Seungmin tidak merespon. Otaknya justru berpikir keras, bagaimana bisa sahabatnya yang terkenal di kalangan mahasiswa itu menikah dengan Hyunjin.

"Kau sedang tidak bercanda kan Felix?"

"Untuk apa aku bercanda, bodoh! Kau kira aku senang dengan pernikahanku?!" Felix meninggikan suaranya, sedikit.

"Hwang Hyunjin yang selalu mengerjaimu di club basket? Yang suka menyuruhmu untuk memasukkan bola-bola ke dalam ranjang? Yang suka mengganggumu?" Felix mengangguk mendengar pertanyaan Seungmin. "Sinting! Kau tidak tahu jika aku menyukainya?!" untuk kali ini Felix tersentak, masalahnya Felix tidak tahu jika Seungmin memendam rasa kepada Hyunjin.

"Sungguh?" Seungmin mengangguk pasrah. Bahkan tatapannya berubah menjadi sendu. Felix tak tahu harus bersikap seperti apa. Ia juga terkejut saat mendengar pengakuan dari Seungmin.

"Maafkan aku, Seungmin." mulai saat itu, Felix tahu, jika kisah cintanya akan menjadi hal yang sangat rumit.

-RION-

[1] Converse {HyunLix}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang