Felix mendengus, netranya yang baru saja terbuka menatap kertas-kertas yang berserakan diatas meja suaminya. Sisa kopi mengering pada gelas keramik yang berada di samping Hyunjin menandakan jika pria-nya bergadang semalaman. Itu, membuat hati Felix sedikit terhenyak. Hyunjin pasti sedang begadang mengerjakan tugasnya. Sepulang dari kerja pukul sembilan, Hyunjin membuka notebooknya dan membiarkan Felix tidur terlebih dahulu.
Pria bersurai blonde itu dengan sigap membereskan semua kekacauan Hyunjin. Kertas putih ditumpuk menjadi satu, toples camilan ia singkirkan dari sana, juga cangkir yang berada disana Felix pegang untuk di cuci. Ia membenarkan selimut yang sempat terlepas dari tubuh Hyunjin. Menyelimutinya hingga sebatas dada. Felix tersenyum jenaka, kala ia menelisik wajah damai suaminya ketika terlelap.
Aroma kopi mulai menguar ke seluruh penjuru apartemen miliknya. Tapi, hal itu tak membuat Hyunjin terbangun sedikitpun. Felix selesai membuatkan satu gelas kopi untuk prianya, juga roti panggang dengan selai kacang yang ia buat untuk Hyunjin. Dengan telur mata sapi yang tertata apik diatas meja. Felix tersenyum senang, ia berhasil menyiapkan semuanya untuk Hyunjin.
Manis sekali.
Langkahnya terayun mendekati Hyunjin yang masih meringkuk di dalam selimut, mengecup pangkal hidungnya gemas. Berniat untuk membangunkan Hyunjin-nya.
"Hyung, makanan sudah siap," Hyunjin menggeliat sembari tersenyum kala ia berhasil menangkap wajah lucu istrinya. Ah, Felix benar-benar seperti melihat bayi yang tersenyum bahkan saat ia bangun tidur.
Hyunjin mendudukkan dirinya, ia mengusap wajahnya, memperhatikan Felix yang masih menggunakan apron.
"Felix, terima kasih." Felix tersenyum dan mengangguk, Hyunjin bangun dari duduknya, meregangkan otot-ototnya dan berjalan mengikuti Felix menuju meja makan.
"Ini hyung, untukmu." Felix menyodorkan kopi untuk suaminya, di balas senyuman dari Hyunjin.
"Kau manis sekali, boy. Sama seperti kopi ini." Felix merona, udara di sekitarnya mendadak panas, Hyunjin benar-benar gila pagi ini. Tidak bisakah ia mengontrol mulutnya agar tidak berbicara manis seperti itu?
"H-hyung! Aku malu!" pekikan Felix dijawab dengan kekehan menggemaskan dari Hyunjin.
"Kau tidak perlu berusaha sekeras ini, boy. Sungguh! Jika kau lelah, kau tak perlu melakukannya. Biar aku yang menggantikanmu." Felix menggeleng, pandangannya memudar.
"Ibu tidak suka jika aku menjadi anak pemalas dan tidak melayani suaminya dengan baik. Ibu akan benar-benar membenciku, hyung." kali ini Felix memberanikan diri untuk menggenggam tangan Hyunjin. "Hyung, aku ada kelas pagi, maaf aku tidak bisa menemanimu lebih lama." Felix menghela napas, "tapi aku berjanji, aku akan meluangkan banyak waktuku untukmu nanti." ia kembali mengecup pelan dagu Hyunjin, menggelitik gemas dengan gigi putihnya, dan hal itu sukses membuat Hyunjin terkikik. Kedua tangan besarnya menangkup wajah Felix.
"Aku mengerti, boy. Belajar yang rajin agar segera menyusulku dan menyusun skripsi." Hyunjin menggesekkan hidungnya kepada Felix. Membuat istrinya mengangguk patuh.
"Aku mencintaimu, hyung. Sepertinya aku juga telah jatuh cinta kepadamu." detik berikutnya, Hyunjin mencubit gemas hidung mungil Felix. Melepaskan istrinya agar mempersiapkan diri untuk kelas paginya.
<Converse>
Felix tidak ada jam pagi hari itu, bahkan jam hari itu dimulai pukul 14:10-15:50 Felix membual saat ia mengatakan kepada Hyunjin jika ada kelas pagi. Itu semua tidak benar, sama sekali tidak benar.
Alasannya mengapa ia pergi pagi-pagi hanya untuk menepati janjinya kepada Changbin. Mereka telah sepakat untuk bertemu pada salah satu coffee bar di ujung jalan perumahan milik Changbin.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Converse {HyunLix}
FanficJurnalis blusukan. Fotografer amatiran. Dan sepasang sepatu lusuh yang membawa mereka dalam satu ikatan. Started: 18/01/2019 End: 08/07/2019