Pekerjaan paruh waktu Hyunjin benar-benar menguras tenaga. Jarum jam telah menunjukkan pukul dua belas siang. Matahari bahkan dengan angkuh mengeluarkan teriknya diatas sana, membuat Hyunjin mengipaskan selembar kertas pada tubuhnya. Menghalau rasa panas yang mulai menderanya. Juga, rasa lelah yang senantiasa menghampirinya. Tapi, untuk Felix. Hyunjin akan melakukan semuanya, ia tidak ingin Felix kesusahan dan kelaparan karena Hyunjin tidak mampu memenuhi kebutuhannya.Bel kembali berbunyi, pertanda jika ada seorang pelanggan yang akan memasuki cafe Hyunjin. Seorang pria dengan senyum tampannya berjalan kearah Hyunjin.
"H-hyung?" ia menyapa dengan canggung, membuat Hyunjin mendecakkan bibirnya. "A-aku merindukanmu." Hyunjin membulatkan matanya. Ini apa? Ia bahkan tidak mempunyai hubungan apapun dengan pria di depannya.
"Mau pesan apa, aku akan mencatatnya. Dan kau bisa menunggunya di salah satu meja kosong, disana." Hyunjin terlihat tidak peduli dengan ucapan Seungmin. Jengkel sekali rasanya, tapi ia harus tetap melayani pelanggannya kan?
Seungmin tersenyum samar, ia menyebutkan pesanan seperti biasa. "Vanilla late dan dua buah cup cake, hyung." tangan Hyunjin cekatan untuk mencatat pesanan Seungmin. "Aku akan menunggumu sampai kau pulang dari kerja, hyung. Ada yang perlu aku bicarakan denganmu."
Hyunjin hanya mengangguk. Ia segera membuatkan pesanan untuk Seungmin yang mulai duduk di salah satu meja dekat jendela. Pria itu mengeluarkan ponselnya, dan headseat dari dalam tasnya. Untuk mengusir rasa bosan.
Seungmin selalu mengamati pemuda tampan yang sedang sibuk meracik seduhan coffee untuk pelanggan lainnya. Senyuman Seungmin mengembang, rasanya bangga sekali saat mengetahui Hyunjin bekerja keras.
Namun, itu semua bukan untuknya. Bahkan, senyuman tulus Hyunjin juga bukan untuk Seungmin. Ia hanya sebagai pengagum. Tak lebih, bahkan sejak ia menginjakkan kakinya di kampus tempatnya menimba ilmu. Seungmin sudah sangat terbutakan oleh Hyunjin. Ia menginginkan Hyunjin menjadi miliknya, melindunginya, membuat dirinya tertawa bahagia karena tingkah lakunya. Menertawakan, betapa idiotnya cintanya kepada Hyunjin.
Hyunjin berjalan mendekatinya, membawakan nampan berisi vanila late dan dua cup cake pesanan Seungmin. "Terima kasih." Seungmin tersenyum manis, Hyunjin membungkukkan badannya sopan. Namun, tangannya dicekal oleh Seungmin.
"Temani aku duduk disini, hyung." Hyunjin menghela napas. Ia melepaskan genggaman tangan Seungmin dengan lembut.
"Aku harus kembali bekerja, Seungmin-ssi. Taehyung hyung akan memarahiku, nanti." Seungmin kembali tersenyum, lantas menyuruh Hyunjin duduk disana. Langkahnya berjalan mendekati Taehyung yang sedang mencatat pesanan pelanggan lain.
"Permisi, saya salah satu pelanggan tetap disini. Bisakah saya meminta waktunya dengan salah satu pegawai anda yang bernama Hwang Hyunjin?" Taehyung mengernyitkan dahinya. Ia bahkan nampak keberatan dengan permintaan Seungmin. "Berapa harga waktunya hingga cafe ini tutup? Aku akan membayarkan denda untuknya." Taehyung tersenyum samar.
"Satu juta won, tuan. Anda sanggup membayarnya?" Seungmin mengangguk, lalu memberikan credit card kepada Taehyung. Seungmin anak orang kaya, tidak usah heran saat ia menginginkan apapun yang ia mau, pasti akan berada dalam genggamannya.
Taehyung tersenyum tampan, ia kembali menyerahkan credit card Seungmin. Dan mengucapkan terima kasih. "Kau boleh mengajaknya keluar, tuan. Aku harap anda tidak pernah bosan berkunjung kesini." Taehyung membungkuk sopan, lantas Seungmin kembali ke tempat duduk Hyunjin.
"Hyung, ayo keluar. Taehyung telah memberikan waktumu hari ini kepadaku." Hyunjin menatap Seungmin penuh selidik. Sedangkan Seungmin hanya menghela napas. Tangannya bahkan sudah melingkar pada pinggang Hyunjin, untuk membuka ikatan apron yang berada di punggungnya. Seakan mereka berpelukan. Tangan Seungmin merambat naik ke tali atas leher Hyunjin. Seungmin meniup leher Hyunjin dengan sengaja, membuat Hyunjin menggeram rendah atas perlakuan kurang ajar Seungmin. Sedangkan Seungmin hanya terkekeh gemas. "Aku telah membayar sisa waktumu hari ini untuk membawamu keluar dari sini. Ayo keluar, hyung. Aku ingin keluar bersamamu." Hyunjin membulatkan matanya tak percaya. Namun, Seungmin lagi-lagi hanya tersenyum. Tangannya bahkan menggenggam tangan Hyunjin, menautkan jarinya pada jemari Hyunjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Converse {HyunLix}
FanfictionJurnalis blusukan. Fotografer amatiran. Dan sepasang sepatu lusuh yang membawa mereka dalam satu ikatan. Started: 18/01/2019 End: 08/07/2019