Converse- 23

998 154 19
                                        


D-day before

Tangan-tangan kokoh mereka merambah, menjamah tubuh-tubuh polos yang mereka inginkan. Lekukan-lekukan indah tubuhnya membuat pria yang berada di atasnya berkali-kali berdecak kagum, sesekali ia menghadiahi kecupan-kecupan kecil pada setiap tubuhnya. Menyusuri setiap inchi leher telanjangnya, juga dada dan perutnya. Membuat sang submissive melenguh pelan, menikmati sentuhan nikmat yang ia berikan.

"Mengapa kau mau melakukan, pekerjaan ini, Kim?" bisiknya tepat pada telinganya, ia sedikit mengulum telinga milik Kim Seungmin, menimbulkan afeksi menggelitik yang membuat tubuhnya meremang.

"K-karena aku, membutuhkan banyak uang, Chris." kedua tangannya melingkar manis ke leher sang dominan. Ciuman Chris turun pada kedua nipple Seungmin, melumatnya, mencubitnya kecil dengan kuluman lembut yang lagi-lagi membuat Seungmin merasakan sentuhan kenikmatan tiada tara selain milik Chris.

"Aku bisa memenuhi kebutuhanmu, Kim." Kim Seungmin membulatkan irisnya, maniknya menatap tajam kearah Chan yang mulai menghentikan kegiatannya. "Asal kau mau menjadi milikku," Seungmin terkekeh. Ia menghela napas berat, tubuhnya menghadap ke samping, membelakangi Bang Chan, menyembunyikan rasa luka yang telah ia simpan selama bertahun-tahun.

"Aku tidak akan pernah bisa bersama orang lain, Chris. Aku mencintai Hyunjin, aku hanya menginginkan Hyunjin." Chris tahu, bahkan ia terlampau hafal dengan perangai Seungmin, sahabatnya. Helaian napas terdengar kasar, Chan membaringkan tubuhnya di samping Seungmin. Ia mengecup kecil punggung telanjang sahabatnya.

"Lepaskan Hyunjin, Kim. Ia sudah mendapatkan kebahagiaanya." tangannya melingkar erat pada perut rata Seungmin. "Mau sampai kapan, kau akan menunggunya? Jangan menyiksa dirimu seperti ini, Kim. Aku sakit, saat melihatmu menderita." Seungmin tahu persis, ia memang tidak berhak merebut kebahagiaan Hyunjin, disaat dirinya sudah merasa bahagia dengan orang lain. Namun, ia hanya ingin egois untuk kali ini. Ia juga menginginkan pria-nya.

"Presepsimu mengenai diriku benar, Chris. Aku tahu, aku bajingan. Aku tahu, aku menyebalkan aku tahu semuanya yang berada dalam diriku tidak ada yang baik." Seungmin memejamkan matanya. "Tapi, apakah aku salah jika aku juga ingin mendapat kebahagiaan?"

Chris terkekeh, ia mengeratkan pelukannya. "Kau tidak salah, Kim. Sama sekali tidak, you need to be loved, the world has the love, you better deserve it, Kim." Seungmin tersenyum samar, ia hanya mampu mengatupkan matanya, merasakan desiran sesak. Entah karena apa yang membuat dirinya merasakan hal tersebut, yang jelas, Kim Seungmin diam-diam mengiyakan ucapan Chan yang memeluknya dengan erat.

Kau tahu? Ada sedikit rasa iri saat Seungmin dapat berpegang teguh pada pendiriannya yang terdengar egois. Chan memang selalu mengatakan jika Seungmin tidak harus mengejar cintanya dengan segala upaya yang ia miliki. Chan hanya tidak ingin Seungmin akan terjatuh dalam kubangan yang ia ciptakan, lantas ia tak akan pernah berdiri lagi. Ia hanya takut jika Seungmin akan meninggalkan asa yang mendalam di setiap goresan luka yang ia ciptakan.

Beberapa kali, Chan mengingatkan jika tidak berada di samping Hyunjin bukanlah akhir dari segalanya. Tapi, sekeras apapun Chan untuk memohon, hingga mengeluarkan air mata darahnya kepada Seungmin untuk berhenti dari egonya, ia tetap tidak akan menggubrisnya.

Lantas, disaat Chan merasakan hal itu, ia kembali menilik dirinya. Pria yang dipandang lebih tampan dan berwibawa itu memiliki rasa yang belum ia ungkapkan kepada Seungmin. Ia benar-benar pecundang dalam hidupnya sendiri. Chan hanya dirundung perasaan bimbang, saat Seungmin mati-matian memperjuangkan perasaannya untuk pria lain, ia tidak mungkin untuk mengutarakan perasaan yang bergumul dalam dadanya. Perasaan cinta, ingin melindungi kepada Seungmin tentu tetap tidak berubah, bahkan sejak dua tahun berlalu. Pertemuan awal mereka.

<Converse>

Kim Seungmin adalah bukti nyata dari semburat semesta yang berubah menjadi sosok anggun dan menawan. Parasnya yang indah, senyumnya merekah, dengan gesture menyenangkan yang berada dalam dirinya. Ia dicintai banyak orang, mereka menginginkan sosok Kim Seungmin. Boneka porselin yang dapat dijamah, oleh beberapa tangan-tangan yang haus akan hasratnya.

Namun, dalam lubuk hatinya yang paling jauh. Ia sama sekali tak dapat terjamah. Hatinya membeku, seakan mati karena ia terlalu lama menahan rasa cinta yang tak terbalas. Seungmin hanya seperti kaca, rapuh.

"Mau kemana?" suara rendah Chris menginterupsi, sejak tiga puluh menit yang lalu Kim Seungmin telah membersihkan dirinya. Bersiap untuk pergi dari hotel yang telah mereka sewa. Chan mengerjap pelan, berusaha memfokuskan pandangannya kepada Seungmin yang baru saja menyemprotkan parfum beraroma musk, kesukaannya. Total, membuat Chan mendudukkan dirinya dan menatap Seungmin dengan sorot matanya yang tajam.

"Aku ingin keluar sebentar, Chris. Mencari udara segar, aku suntuk dari pekerjaan dan tugas kuliah. Melelahkan." Seungmin berjalan mencari barang-barangnya.

"Mau aku temani?" Seungmin menggeleng sebagai jawaban.

"Bangun, Chan. Pakai bajumu, kau masih beraroma sperma." kekehan Seungmin membuat Chan mengangguk pasti.

"Hati-hati, kau bisa menelponku jika sedang terjadi hal buruk kepadamu."

"Tentu! Aku berangkat, oke?" Chan hanya menganggukkan kepalanya lagi. Irisnya menatap lekat kepergian Seungmin yang mulai keluar dari hotel.

Beberapa kali, Kim Seungmin menendang kecil kerikil-kerikil yang berada di depannya. Bosan sekali saat tak ada hal yang membuatnya merasa tertarik. Ia berhenti pada sebuah kedai ice cream yang tak jauh dari sana. Menyecap rasa manis pasti juga akan membuat hidupnya terasa lebih manis, kan?

Harapan Seungmin sederhana, ia hanya ingin merasakan indahnya kehidupan yang menghampiri dirinya. Tidak banyak, hanya seperti semburat lilin yang menyala di ujungnya. Membuatnya lebih hidup dan merasakan kehangatan seseorang yang dapat memeluknya dengan amat tulus. Hyunjin. Entah, tetapi pikiran itu sama sekali tidak bisa ia hilangkan begitu saja. Berputar, dalam memorinya.

"Vanilla split," Seungmin mengeluarkan beberapa lembar uang won. Dan menerima pesanan yang ia inginkan.

Kim Seungmin tidak cukup bodoh terhadap perasaan sahabatnya. Christopher Bang Chan, telah lama menaruh rasa padanya. Sejak dahulu, saat waktu mempertemukan mereka berdua. Dan Seungmin yakin, jika sahabatnya itu masih menyimpan perasaan yang tak bisa diungkapkan kepada dirinya. Pun, saat Chan mengungkapkan perasaannya, ia pasti tetap akan tersenyum samar dan menolaknya dengan lembut. Tentu, Chan pasti tahu posisinya. Lantas ia hanya akan tersenyum canggung menanggapi penolakan Seungmin.

Dalam kesendiriannya, sembari menikmati hembusan angin yang menerpa anak rambutnya dengan deraian daun yang tertiup dan jatuh mengenai kepalanya, lagi-lagi Seungmin hanya tersenyum miris saat melihat mereka yang bersama dengan pasangannya. Tertawa bahagia, berbagi cerita juga tingkah klasik romansa. Seungmin juga menginginkan itu semua, dengan seseorang yang ia cintai.

Harapannya bahkan kembali sirna, saat kedua maniknya menangkap pasangan yang sangat ia kenal. Hyunjin dengan istrinya, Felix. Membuat Seungmin merapatkan kedua tangannya, mengepal menahan amarah saat dirasa pasangan itu tertawa bahagia dalam kesepian hidupnya.

Seungmin menjatuhkan ice creamnya, lantas ia berjalan mendekati Felix. Berdiri tepat di belakangnya. Lalu, menghempas kasar tangan Felix yang mulai melingkar manis pada leher Hyunjin.

"Hwang Hyunjin milikku! Jika aku tidak bisa mendapatkannya, maka tak ada seorang pun yang dapat hidup bersamanya." Felix terkejut, Seungmin dengan tatapan tajam yang menusuknya membuat Felix menundukkan kepalanya.

"A-aku bisa jelasin, Seungmin."

"Apa yang akan kau jelaskan, jalang!" Seungmin hampir saja mengayunkan tangannya untuk menampar wajah Felix. Tetapi, Hyunjin dengan sigap menahannya.

"Jangan sentuh, Felix! Jika kau berani menyakitinya, aku yang akan membuatmu menderita selamanya!" []

Halo~ maaf jarang apdet :)
Dan, maaf juga kalo aku nggak bisa pake diksi. Thanks udah sudi mampir :)

-RION-

[1] Converse {HyunLix}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang