Converse- 14

1K 167 36
                                    

To: Lixie

Felix, sepertinya aku akan pulang larut hari ini. Kunci apartemenmu, sayang jika aku belum pulang.
16:50 KST

"Kau sudah mengirimkan pesan kepada Felix kan hyung? Kemarikan ponselmu!" hari itu, Hyunjin dan Seungmin memang menghabiskan waktu bersama, lagi. Hanya untuk mencari udara segar yang jauh dari tugas dan apartemen Hyunjin. Seungmin mengajaknya untuk mengunjungi rel kereta api kuno, yang sudah ditutup sejak lama. Ia hanya ingin menikmati suasana semacam itu, katanya. Dan berakhir menyeret Hyunjin untuk pergi menemaninya.

Hyunjin menurut, ia menyerahkan ponselnya kepada Seungmin. Bahkan, pria bermarga Kim itu berkali-kali mengingatkan jika ia akan membunuh Felix saat Hyunjin tidak menurutinya.

"Apa sih yang ada di pikiranmu, Seungmin?" Hyunjin menghembuskan napasnya. Pikirannya gelisah, dusta jika ia tidak memikirkan istrinya yang akan kesepian dan kelelahan di hari pertamanya bekerja.

Seungmin terkekeh. "Kau, hyung. Aku selalu memikirkanmu. Aku tidak akan melepaskanmu, kali ini." Seungmin menghadapkan tubuh Hyunjin, mencengkeram erat kedua bahu Hyunjin. "Aku lelah saat aku hanya menjadi penikmat hubungan antara kau dan Felix."

"Seungmin! Felix istriku! Kau tidak berhak mengatakan hal semacam itu kepadanya!" Seungmin menggoyangkan jari telunjuknya tepat di hadapan Hyunjin.

"Tentu dia istrimu, tapi aku yang akan mengambil alih hidupmu!" Hyunjin menghempaskan kedua tangan Seungmin yang berada di pundaknya.

"Sinting! Kau kira aku ingin bersamamu?! Aku terpaksa melakukan ini! Kau tahu? Aku hanya mencintai Felix! Tidak dengan dirimu!" Seungmin tersentak dengan ucapan Hyunjin, mengapa hatinya sakit sekali saat serentetan kalimat itu keluar dari bibir seseorang yang ia cintai?

Hyunjin mengambil kedua tangan Seungmin. Mengusapnya lembut, "jadi, lepaskan aku dan biarkan aku hidup bahagia dengan Felix, Seungmin."

"Tidak akan! Kau milikku! Sampai kapan pun kau akan menjadi milikku!" Seungmin berteriak nyalang. "Aku tidak akan menyerahkan dirimu kepada siapa pun." tangisan pilu Seungmin pecah, ia mendaratkan kepalanya pada dada Hyunjin. "Mengapa kau tidak bisa melihatku sebagai priamu, hyung? Mengapa? Aku telah melakukan semuanya untuk menarik perhatianmu. Tapi mengapa——" Seungmin menjeda ucapannya, menunggu usapan lembut Hyunjin yang tidak pernah mendarat pada punggung sempitnya. "Kau justru memilih jalang seperti Felix?!"

Hyunjin murka, ia mendorong paksa tubuh Seungmin dari tubuhnya. Tatapannya sirat akan amarah, bagaimana pun juga, Seungmin tidak berhak memaki Felix yang tidak bersalah.

"Jaga ucapanmu, Kim! Aku semakin membencimu saat mulutmu itu mengeluarkan kotoran seperti itu!" Hyunjin berjalan menjauh dari Seungmin.

Seungmin menggeleng, ia kembali menarik Hyunjin agar bertatapan dengannya. "Katakan.. Katakan apa yang harus aku lakukan, untuk bisa mendapatkanmu, hyung." Seungmin terduduk di tanah, rasa cintanya yang tidak terbalas selama satu tahun menimbulkan rasa dengki tak berujung. "Aku mohon, katakan kepadaku agar aku bisa memilikimu, hyung." Seungmin memeluk kaki Hyunjin. Ia kembali meraung, menepuk-nepuk dadanya yang teramat sesak atas kenyataan pahit yang menimpanya.

Hyunjin menggigit bibirnya resah, ia tidak tega dengan Seungmin yang bersikap seperti itu. Kedua tangannya terulur untuk membantu Seungmin berdiri dari sana. Hyunjin masih diam, tak menjawab pertanyaan yang keluar dari bibir Seungmin. Ia hanya menepuk-nepuk pelan punggung sempit pemuda bermarga Kim itu.

[1] Converse {HyunLix}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang