Harsh word!!
Felix berjalan mendekati Hyunjin yang sedang mengetik beberapa tugas laporan di meja ruang depan. Felix mendaratkan tubuhnya begitu saja di depan Hyunjin. Sesaat, Hyunjin mengalihkan atensinya dari laporannya, kearah Felix.
"Felix, ada apa?" Hyunjin menyerah, ia menutup notebooknya. Mengamati wajah Felix dengan mata sembabnya, hidung merahnya, bibir pucat juga kantung mata yang sangat hitam. "Kau sakit?" Felix menggeleng. Ia menenggelamkan wajahnya pada meja yang sedang digunakan untuk Hyunjin. "Mau minum?" Felix mendongak, menatap sesaat wajah menawan suaminya.
"Aku, tidak bisa minum, hyung." Hyunjin terkekeh.
"Akan aku ajarkan. Untuk menghilangkan rasa depresimu." Felix hanya diam, mengamati Hyunjin yang mulai mengambil beberapa minuman beralkohol dari almari penyimpanan mereka. Felix memang tahu jika Hyunjin sangat menyukai alkohol, tapi Felix sama sekali tidak pernah menyentuh alkohol. Ibunya melarang keras, saat Felix mengatakan ingin meminum cocktail seperti teman-temannya. Bahkan ibunya sempat marah besar dan tidak memberikan uang saku kepada Felix. Sejak saat itu Felix tidak berani menyentuh minuman beralkohol.
Iris Felix membulat, satu botol alkohol dengan dua gelas kecil berada di genggaman suaminya. Hyunjin letakkan begitu saja di depan wajah Felix.
"Ibu akan marah, hyung." Hyunjin tak menanggapi ucapan Felix, ia justru sibuk membuka tutup botol dan menuangkannya ke dalam dua gelas kecil, yang telah dibawanya.
"Nah, minum ini Felix." Felix ragu saat ia ingin menerima satu gelas kecil dari Hyunjin. "Tak apa, kau akan menikmatinya nanti." Felix menyerah, ia mengambil alih gelas dari Hyunjin menjadi berada dalam genggamannya. Hyunjin tersenyum simpul. "Minum secara perlahan." perintah Hyunjin lagi-lagi dituruti oleh Felix. Ia meminumnya secara perlahan, awalnya Felix tersedak dengan minuman rasa asing yang mulai masuk ke dalam kerongkongannya.
"Panas, hyung. Tidak suka!" Felix sedikit membanting gelasnya. Menyodorkannya kembali kepada Hyunjin.
"Seperti itu rasanya." Hyunjin mengamati Felix yang mulai membuka kancing bajunya. "Astaga! Apa yang akan kau lakukan Felix? Jangan membuka kancing bajumu disini." pekikan Hyunjin membuat Felix menghentikan kegiatannya. Ia tersenyum malu, lalu tangan kanannya kembali menyodorkan gelas kosong di depan Hyunjin.
"Hyung, aku mau lagi." Hyunjin rasanya ingin tertawa, siapa yang menolak dan mengaku tidak mau meminum alkohol jika bukan Felix? Tapi pada nyatanya, ia meminta lagi kepada Hyunjin.
"Tentu, untukmu, boy. Aku akan melakukannya." Hyunjin kembali menuangkan satu gelas alkohol untuk Felix. "Sekarang mau cerita?" Felix mengangguk, ia kembali meletakkan gelas kosong diatas meja.
"Soal kemarin, saat aku mengatakan jika ada kelas pagi, aku berbohong kepadamu, hyung." Hyunjin terkekeh. Ia kembali mendengarkan. "Changbin sunbae memaksaku keluar bersamanya. Aku hanya berusaha menepati janjinya ketika ia mau menyerahkan buku yang aku cari saat di perpustakaan daerah, hyung. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Tolong jangan memarahiku."
Hyunjin mengusap sayang surai Felix. "Changbin sudah menceritakan semuanya kepadaku. Tapi aku menghargai kejujuranmu, boy." Felix tersenyum samar.
"Terimakasih, hyung." Felix kembali meletakkan kepalanya diatas meja. Berat sekali rasanya, Felix pusing. Panas menderanya, kesadarannya hampir hilang. Pipi Felix semakin memerah.
"Ada lagi, boy?" Felix mendongak, lagi. Ia mengangguk kencang.
"Seungmin bilang, jika pernikahanku denganmu hanya omong kosong. Aku menangis saat latihan basket dua hari lalu. Ketika Hyunjin hyung sedang tertawa dengan Jeongin." wajah Felix berubah sendu. "Aku sempat berpikir, apakah aku masih pantas menjadi istrimu, hyung. Kau bahkan terlihat bahagia saat tidak bersamaku." kali ini Felix meneteskan air matanya. Rasanya sesak sekali, saat ia kembali memutar fakta dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Converse {HyunLix}
FanfictionJurnalis blusukan. Fotografer amatiran. Dan sepasang sepatu lusuh yang membawa mereka dalam satu ikatan. Started: 18/01/2019 End: 08/07/2019