#Play The Video,
for better reading# 🎧🎹🎼
Linkin Park Instrumental (Cover by Tommee Profitt) - In The EndAris melepaskan kacamatanya yang dia kenakan sejak di TKP—melipat dan memasukannya di saku baju. Dia, dengan santainya, merebahkan badan ke senderan kursi. Tatapan semua orang terpaku pada tiap gerak-gerik Aris. Siapa yang tidak penasaran dengan isi kepala pemuda itu. Semua jawaban dari kejadian malam ini ada digenggaman tangannya.
"Tolong jelaskan semuanya Aris. Kami juga berhak mengetahuinya," ucap Foe sambil menyilangkan kedua tangan ke dadanya yang bidang.
"Baik, akan aku jelaskan secara berurutan," Aris mulai memutar-mutarkan kursi dengan kakinya yang panjang. Terlihat kekanak-kanakan, tetapi begitulah cara Aris berpikir. Khas anak kinestetik, "Pertanyaan pertama, apakah Vini selalu mengeluh sakit kepala dalam kesehariannya? Kana?"
"Umm ... kadang-kadang. Dia seorang sekretaris. Banyak hal yang harus dia lakukan setiap harinya—dan bukanlah perkara mudah. Pimpinan kami tipe orang yang suka melimpahkan urusannya kepada Vini," jelas Kana.
"Apakah ada yang membuatnya stress akhir-akhir ini?"
"Sepertinya ... kedekatan antara Foe dengan Amel. Hal itu lumrah, mana mungkin ada seorang wanita yang bisa tenang melihat bahwa calon suaminya masih berhubungan dengan pacar—"
"Itu salah paham! Aku sudah lama tidak berhubungan dengan Foe," potong Amel sebelum Kana menyelesaikan kalimatnya.
"Aha! Itulah alasanmu membunuhnya, kamu merasa dikhianati oleh Foe! Sudah, deh. Jangan mengelak terus, dasar pelacur!"
Kaki Aris yang sedari tadi mendorong kursi—langsung dia naikkan ke atas meja secara kasar.
Bruak!
Amel dan Kana terkejut mendengar suara kaki Aris yang menghantam meja. Bukannya melayangkan tatapan menusuk pada kedua wanita yang tidak henti-hentinya berkelahi. Aris malah mengarahkan pandangannya ke arah Foe.
"Dasar kau bajingan," gumam Aris.
"Anu ... Aris. Maksudmu?" tergambar keraguan di wajah Foe setelah mendengar cacian dari mulut Aris.
"Sudah dapat cewek cantik, malah enggak disyukuri," bentak Aris tapi masih dengan nada yang tidak terlalu tinggi.
Ini orang gaje, batin Tifa pun berbicara. Itulah kata yang tepat untuk Aris, dan ia yakin semua orang juga berpikir sama dengannya.
"Bisa tidak jawab pertanyaan saya tanpa caci-maki?" Aris kembali menoleh kepada Amel dan Kana, dengan nada yang dia tekankan di tanda tanya.
Mereka lantas menunduk malu. Tingkah laku mereka tidak bisa terkontrol akibat tersulut emosi. Mereka sepantasnya berpikir seperti orang dewasa, bukannya ABG yang baru diselingkuhi sama pacarnya. Secara bersamaan Amel dan Kana mengangkat kepala, mata mereka saling bertemu, dan dalam persekian detik langsung membuang muka. Menandakan bahwa pertikaian mereka masih belum reda.
Tanpa memperdulikannya, Aris mengangguk pelan, "Jadi, kesimpulan pertama adalah Vini menderita sakit kepala akhir-akhir ini. Alasannya bisa pekerjaan menumpuk atau kisah telenovela-nya. Pertanyaan kedua, apakah dia biasa minum obat penghilang rasa sakit? Foe?"
"Seingatku, dia memang sering mengkonsumsinya. Vini paling benci sakit. Dia bilang itu hanya akan memperlambat pekerjaannya. Sempat dia meminum satu butir saat kami berbincang di ruangannya"
"Bagaimana dengan minuman keras. Contohnya, wine. Kamu biasa minum bersamanya?"
"Kalau biasa, ya ... aku biasa menemaninya minum. Sebenarnya dia jarang melakukannya di kantor. Tidak sopan. Minum di club setelah pulang kerja yang sering kami lakukan. Dia tipe 'kuat minum'. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharma.con ✔
Mystery / Thriller[TAMAT - Revisi 1 Done] Di gedung kantor sebuah perusahaan finansial, sekretaris bernama Vini meninggal akibat sesak napas serta tidak ditemukan adanya tanda-tanda perlawanan. Ada lima orang yang dicurigai dalam kasus tersebut. Tifa, seorang mahasis...