Ignis - Part 7

764 188 32
                                    

Play the music for better reading🎧
Imagine Dragons (Cover by GnuS Cello) - Natural 🎻🎶

--0--

"Aku sudah tahu siapa pelakunya," ucap Aris bangga.

"Kau ... kau pasti melakukan hal bodoh lagi, kan?" seorang pria dengan suara berat menjawab dari speaker handphone.

"Bodoh? Hei, kamu harusnya berterima kasih kepadaku karena aku lebih berguna dibanding anak buahmu."

"Jangan-jangan, kamu sudah masuk ke TKP—"

"Sudah, dong! Aku juga dapat tiga bukti kesalahan dari pelaku. Selain itu, Cony sudah menjadi klienku."

Terdengar suara makian kesal dari ponsel Aris. Pria misterius itu harus sabar menghadapi Aris yang suka kerja tanpa perintah. Ada jeda sebelum dia melanjutkan pembicaraannya.

"Maumu apa?" pria misterius itu terdengar sudah menyerah.

"Berikan kasus ini padaku dan kirimkan hasil visum korban."

Pria tersebut sontak terbatuk-batuk. Suaranya sangat nyaring dan seperti kesakitan. Dari kegaduhan itu, terdengar pula suara orang lain—yang sepertinya anak buahnya, kalang kabut memberikan air minum kepada pimpinannya itu. Dia berhasil meminumnya hingga rasa gatal di tenggorokannya hilang.

"Kau kira ini jasa antar barang? Tidak mungkin aku mau memberikan data kepolisian semudah itu ke warga sipil!" bentak pria itu.

"Detektif. Kamu salah di bagian akhir," koreksi Aris.

"Ya, itulah. Sekarabmu!"

"Jadi? Keputusannya?"

"Ha ... baiklah. Aku percayakan kasus itu untukmu. Tapi ada syaratnya—harus ada satu penyidik yang mengawasimu di sana dan jangan sampai kamu ulangi lagi, seperti masuk sembarangan ke TKP atau hal konyol lainnya."

"Bagus. Kamu bisa mengandalkan diriku."

"Halo, kamu dengar pernyataan terakhirku—"

Aris segera menekan tombol merah di ponselnya. Pria berambut kelabu itu spontan meloncat kegirangan dan melempar ponselnya ke tempat tidur. Waktunya dia kembali bersinar.

--0--

Di kediaman Cony sudah hadir orang-orang yang telah diundang oleh Aris. Perwakilan keluarga korban—Cony. Sang produser, Lucas. Bintang tamu terakhir korban, Zizy. Partner korban dalam talkshow, Tina. Pak Jatro serta beberapa anggota kepolisian. Mereka semua berkumpul di ruang tengah. Terasa suasana di tempat itu tidak menyenangkan. Bagaimana tidak, pernyataan Aris bahwa kematian Bambus bukanlah kecelakaan dapat membuat siapa pun bergedik ketakutan. Artinya ada yang tidak beres dengan kejadian itu.

Setelah semua orang sudah berkumpul, datanglah Aris dengan salah satu penyidik dari kepolisian yang memiliki pangkat tinggi ke ruang tengah. Pria berambut kelabu itu segera duduk di kursi yang terletak tepat di hadapan para tamu. Seperti biasa, Aris masih bisa duduk santai di situasi yang janggung itu.

"Sudah hadir semua? Baik. Kita mulai saja."

"Permisi, saya boleh bertanya?" kata Zizy sambil mengangkat tangan kanannya.

"Ya, nyonya Zizy," Aris pun mempersilahkan.

"Aris sebenarnya siapa? Sepertinya kamu orang penting, ya? Sampai bisa memanggil kami melalui bapak-bapak berseragam ini."

"Oh ... maafkan saya karena tidak memperkenalkan diri." Aris berdiri dari tempat duduknya. "Saya Aris, mahasiswa farmasi yang juga bekerja sebagai detektif swasta di lembaga bernama Pharma.con. Lalu, klien saya sekarang adalah saudara Cony." Aris memperkenalkan dirinya sambil tersenyum hangat.

Pharma.con ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang