Ignis - Part 2

1K 194 34
                                    

Rabu, 8 April 2015. Empat tahun yang lalu.

Seorang pemuda tinggi dengan mata sipit dan alis tebal sedang bersenandung di lorong sambil membawa tas berisi LCD yang dia pinjam di akademik. Dia senang karena perjuangannya untuk datang ke kampus jam 6:30 pagi tidak sia-sia. Perebutan proyektor di fakultasnya adalah suatu tantangan tersendiri, seperti perebutan kotak harta karun. Bila kurang jeli, alamat zonk—proyektornya hanya memancarkan warna pink atau hijau yang menyakiti mata. Lebih parah lagi kalau datang telat, siap-siap dimarahi dosen karena tidak becus jadi ketua tingkat.

Untungnya rumah Cony dekat dengan kampus, sehingga dia bisa pergi ke kampus untuk mengamankan LCD. Dimasukkannya tas hitam itu ke loker pribadinya di dalam kelas. Agar lebih aman dia kunci rapat, dan segera pulang untuk membersihkan diri.

Sebagai ketua tingkat di kelas yang merangkap menjadi ketua angkatan, Cony harus menjadi contoh dan panutan untuk teman-teman seangkatannya. Banyak orang bilang bahwa Cony adalah seorang ekstrovert. Namun dia lebih suka disebut seorang plegmatis sanguinis—orang populer yang cinta kedamaian.

Ada beberapa tugas yang harus dia lakukan dengan jabatannya; seperti menghafal semua nama teman angkatannya, hingga nomor induk mahasiswanya. Dia ingin merangkul semua anggotanya sehingga tidak ada kasta-kasta di dalam angkatan tercintanya. Alasan itulah yang membuat tidak ada satu pun orang yang tidak suka dengan sifat Cony yang supel dan bijaksana.

Selama ada matahari, pasti ada bulan. Berbeda dengan Cony, ada seorang pemuda yang sangat bertolak belakang dengan dirinya. Mirip perumpamaan yin dan yang—cahaya dan kegelapan. Aris dan Cony adalah dua spesies manusia yang sepertinya memiliki klasifikasi yang berbeda.

Satu angkatan kompak memutuskan bahwa Aris adalah seorang introvert kelas wahid. Walau Aris sebenarnya tidak ambil pusing dengan pandangan orang-orang tentang kepribadiannya. Pria dengan rambut kelabu yang mencolok di fakultas dan kadang memakai kacamata saat diperkuliahan, lebih memilih untuk menutup diri. Dia memiliki prinsip 'Bagiku, urusanku. Bagimu, urusanmu'.

Aris memiliki kebiasaan yang sangat monoton di dalam kelas. Rajin masuk kuliah dan lab. Ketika sudah lewat jam kantor, dia akan langsung pergi entah ke mana. Tidak banyak orang yang sering melihat keberadaan Aris di luar kampus. Padahal dengan penampilan yang menarik perhatian seperti dirinya, pasti tidak sulit untuk menemukannya di dalam lautan manusia.

Cony yang merasa belum berhasil menaklukan salah satu anggotanya, tertarik untuk mendekati Aris—dalam artian dia tidak membeda-bedakan teman dan tanggung jawabnya sebagai ketua angkatan.

Hingga waktu yang telah dia nanti-nantikan tiba. Ada tugas dari dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Cair* untuk membuat makalah dan presentasi dengan materi suspensi*, dikumpulkan esok hari. Untuk memudahkan mahasiswa, dibentuk grup yang beranggotakan dua orang. Seisi kelas ricuh meminta kompensasi dari sang dosen, sayang, keputusannya sudah absolut. Mencegah adanya bentrok antar mahasiswa dalam mengincar teman kelompok—Cony mengambil alih kelas dengan melakukan pengundian nama tiap tim berdasarkan kelipatan NIM-nya.

Suatu kebetulan bahwa Cony bisa satu kelompok dengan Aris. Tentu saja, hal itu berhasil membuat heboh satu kelas. Kaum hawa kecewa, keberuntungan untuk satu kelompok dengan cowok terganteng di angkatan pupus. Sedangkan kaum adam kesal, mereka tidak bisa berleha-leha karena tidak se-patner dengan cowok yang paling bisa diandalkan di angkatan.

Setelah kericuhan reda, semua mahasiswa bergegas untuk mengerjakan tugas yang ada. Cony yang sudah menghapus papan tulis dan mengamankan absen segera menghampiri Aris di bangku paling belakang.

"Aris, kita satu kelompok. Selama ini kita enggak pernah, ya, disatukan," canda Cony dengan dibumbui tawa khasnya.

"Kapan mau dikerjakan? Sekarang?" ucap Aris mengacuhkan candaan Cony.

Pharma.con ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang