"Ini Mona Lisa atau banci perempatan?" tanya gue sambil menunjuk pemilik rumah ini.
Gue gak tahu kenapa, tapi kayaknya gue salah ngomong. Dilihat dari raut wajah orang itu yang tiba-tiba berubah, juga aura di sini yang mendadak suram.
Mungkin benar kata Vey, mulut gue emang kudu difilter. Ampas semua isinya.
"Lo tadi bilang apa?" Si pemilik rumah ini menaruh kembali cangkir tehnya ke atas meja. Dia menatap gue lekat-lekat.
Tapi yang gue heran, itu orang kudu banget gitu ya? Pake bingkai foto kemana-mana. Mana sekarang bingkainya bergelantungan di leher dia.
"Ohh enggak. Gue tadi bilang kalo baju lo bagus banget, kayak kulit durian."
Si pemilik rumah ini menyandarkan tubuhnya ke sofa. Kakinya di angkat sebelah dan tangannya terlipat di depan dada. "Gue tadi denger lo bilang banci perempatan, benar?"
"O-ohh iya, bener. Tadi gue sama Johnny ketemu sama banci perempatan waktu ke sini. Mukanya persis kayak lo--- mph!" Gue lantas menutup mulut dengan kedua tangan begitu sadar apa yang sudah gue katakan. Astaga ini mulut beneran sampah banget.
Si cowok, eh cewek, eh cowok, ah bodo lah! Dia berdiri lalu jalan mendekati gue. Matanya menatap gue dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Gue mulai gemetaran saat dia menatap gue dengan sangat tajam. Lama-lama mukanya juga semakin mendekat.
"Banci perempatan itu apa?"
H-hah?
Gue mengerjapkan mata berkali-kali. Dan untuk ke sekian kalianya gue baru inget kalo ini bukan di bumi.
Johnny pun sadar akan kecanggungan di sini. "Kenapa gak kenalan aja dulu?" usulnya dengan cepat.
Pemilik rumah ini masih menatap gue. Lalu dia tersenyum. "Gue Mona Chitta. Lo bisa panggil gue Mona, atau Chitta, atau Ten. Panggil yang mulia juga boleh."
"Gue Jean."
Mona Chitta, eh Ten, atau apa lah itu, dia beralih menatap Johnny. "Ngapain lu ke sini? Udah gue bilang, kan? Kalo mau ke sini tu bikin jadwal dulu. Padahal rencananya tadi gue mau mandi kembang."
Johnny mendengus. "Gue butuh bantuan lo."
"Bantuan apa? Tutorial mandi kembang?"
"Bukan goblok! Ini si Jean, dia bilang kalo dia berasal dari dunia yang berbeda. Namanya mumi-- eh budi? Eh maksudnya bumi. Gak tau deh, kayaknya sejenis melon."
Gue hanya menatap Johnny datar. Ini manusia harimau otaknya cuma seperempat atau gimana?
Si Ten ini mengernyitkan dahinya. Dia kembali natap gue lekat-lekat. "Kamu makhluk luar? Berarti belum pernah mandi kembang, dong?"
Gue rasa di kamusnya hanya ada kata mandi kembang. Gue jadi keinget iklan axis.
"Pertanyaan lo gak bisa jauh dari mandi kembang, apa?" Johnny menatap Ten sebal.
"Lu juga. Gak bisa apa sedetik aja gak bawa itu kotak sereal?"
Apa faedahnya gue dateng kalo dua manusia ini terus mempeributkan hal gak penting?
Gue kan jadi pingin makan sereal sambil mandi kembang.
"Lah lo---"
PRAK!
Gue reflek menutup kedua telinga gue begitu mendengar suara kaca pecah dari ruangan sana.
Sementara Ten mengambil pedang panjang yang entah muncul dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEO CULTURE HALLOWEEN
Fanfiction(NCT Fanfiction) ❝Bagaimana rasanya saat kau bangun dan telah berada di dunia yang berbeda? What the hell?! Ini bukan waktunya Halloween!!❞ ---------------------------------------------- ---------------------------------------------- Jean Athaleta R...