8 - Mission

23.9K 4.7K 931
                                    

"Jadi dia?"

"Dari auranya sih, benar."

"Kalo gitu kita harus cek dia."

"Ambil suntikan!"

"Suntikannya gak ada."

"Pisau aja, cepat goreskan ke tangannya!"

.

Samar-samar gue mendengar suara dua orang cowok yang saling mengobrol. Mata gue terlalu berat untuk dibuka sekarang.

Tapi gak lama kemudian, gue ngerasain sesuatu. Seperti ada benda tajam yang menggores tangan gue. Sial! Pedih banget!

Saat gue mencoba membuka mata, gue melihat dua cowok berpakaian aneh sambil---

"AAAAAAAAAAANJING!!"

Gue langsung menarik paksa tangan gue yang sebelumnya mereka lukai dengan pisau.

Pedih anjir. Dikira gue hewan kurban apa?

"Hey jangan bergerak dulu!" ucap salah seorang lelaki di hadapan gue.

Gue memperhatikan dua orang aneh ini. Yang satu berkacamata dengan jas biru donker-nya, yang satu lagi juga berkacamata tapi pakaiannya serba putih.

Kok kayak pernah lihat ya?

"Lo berdua siapa, hah?!"

Bukannya menjawab, si cowok berbaju biru ini malah mendekat ke gue. Dia mengambil tangan gue yang sudah berdarah.

"Jaem, botolnya," titah dia ke si cowok berbaju putih. Temennya itu memberikan sebuah tabung kecil ke dia.

Dia hendak mengambil darah gue dengan tabung itu sebelum gue menepis dan mendorongnya sampai terjatuh.

"Pergi!" ucap gue setengah berteriak.

"Dengar, kita gak bakal ngelukai lo. Kita hanya butuh darah lo, mengerti? Just your blood," kata si cowok berbaju biru.

Yaelah Bambang, terus tangan gue ini lu anggap apa? Usus nyamuk?

"For what? Are you vampire, huh?" Gue menatap tajam lelaki berpakaian serba putih di hadapan gue ini. Dia mendekatkan wajahnya hingga jarak antara muka gue dan dia mungkin hanya sekitar 3 cm, lalu dia menyeringai.

"No, but i can be more cruel than vampire."

Setelah mengatakan itu, dia menarik tangan gue dan menampung darah yang mengalir dari sana dengan tabung kecilnya. Gue melotot. "What the fuck are you doing?"

Meski gue memberontak, cowok tetaplah cowok. Tenaganya jelas jauh lebih besar dari gue. Apalagi sebelah tangan gue ditahan sama yang berbaju biru ini.

Karena teriakan gue yang terbilang cukup kencang, Win datang dengan membanting pintu. Jangan lupa dengan teflon yang dia bawa.

"Marco? Jaemin Kid?"

Gue menatap Win dan dua cowok aneh ini bergantian. Jangan bilang mereka saling kenal? Ternyata dunia memang sesempit ini.

Pandangan Win beralih ke tangan gue. Win mendekat lalu mengarahkan teflon-nya tepat di depan wajah cowok berbaju putih ini. "Jaemin, lepas!"

Si 'Jaemin' ini menatap Win cukup lama. Setelah itu, dia melepaskan tangan gue yang sebelumnya dia tahan. Tabung kecil yang sudah diisi dengan beberapa tetes darah gue dia simpan.

"Mau apa lo?" tanya gue begitu melihat cowok berbaju biru kembali mengambil tangan gue.

"Apa lagi? Luka lo gak mau diobatin?" balasnya. Ternyata dia benar-benar mau mengobati luka gue.

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang