3 - Taeyong and The Clow Card

32.2K 5.7K 1.8K
                                    

Gue, Johnny, sama Mona Chitta sedang dalam perjalanan menuju tempat tinggal Li Syaiton? E-eh maksudnya Li Syaoran.

Dari tadi juga kita gak henti-hentinya diserang sama para painster yang nongol entah dari mana. Hmmm.. Gue jadi curiga kalo mereka pake pintu kemana saja.

Untung saja kita punya kaisar yang menjelma jadi Mona Chitta tapi berbentuk Mona Lisa.

Dan sampe sekarang gue gak tahu si Mona ini jenis kelaminnya apa. Rambutnya panjang, pake gaun persis kayak cewek. Tapi mukanya macam preman pasar, mana tepos lagi. Suaranya kayak cowok tapi cempreng banget kayak tikus kejepit.

Atau jangan-jangan Mona ini sejenis parthenogenesis yang bisa bereproduksi sendiri? Ahh-- gak mungkin. Itu kan cuma terjadi di beberapa hewan atau tumbuhan aja.

Udah sekitar 30 menit perjalanan tapi kita tetep gak sampe. Ya ampun, kaki gue tambah lemes ini.

"John... Johnny!" panggil gue, tapi si Johnny gak ngerespon.

"Johnny..." panggil gue lagi, dan tetap tak ada balasan.

"WOY JOHNTOS!"

Johnny tersentak karena teriakan gue barusan. Dia akhirnya noleh ke gue yang ada di belakangnya. "Kenapa?"

"Masih lama nyampenya? Gendong lagi dong..."

"Bentar lagi. Gue bakal gendong lo, tapi tunggu kaki lo diamputasi dulu baru gue gendong," jawabnya yang bikin gue berdecak sebal. Dengan berat hati gue usahain buat jalan lagi.

Saat gue melanjutkan langkah, ada yang bergerak di sekitar kaki gue. Dan gerakan itu lama-lama terasa seperti ada yang melingkar di kaki gue. Gue lihat ke bawah.

Akar pohon?

"AAAAAAA!!"

Kaki gue tiba-tiba ditarik sama akar-akar pohon itu yang panjangnya udah kayak tali jemuran.

Punggung gue serasa dibanting saat bersentuhan dengan batang pohon yang sangat besar. Kaki dan tangan gue terlilit.

Mona sama Johnny kaget. Mona langsung mengeluarkan pedangnya, namun kakinya lebih dulu ditarik sama akar-akar pohon di sekitar sana.

Sedangkan Johnny lagi berusaha buat memotong akar-akar beserta ranting pohon itu dengan cakarnya.

Gue semakin tersiksa. Akarnya bahkan sampai melilit perut gue. Dan kini, akar itu sedang melingkari leher dan muka gue.

"Akhh!" ringis gue saat akar-akar itu mengeluari durinya. Tangan dan kaki gue mulai mengeluari darah.

Astaga... Apa gue bakal mati konyol? Entar ada koran yang bilang, 'Seorang gadis cantik kembaran Irene Red Velvet mati dicekik pohon' kan gak lucu.

Gue jadi susah bernapas karena ikatannya yang semakin kuat.

"Di situ lo rupanya."

Gue melirik ke depan saat mendengar suara asing. Di sana ada seorang cowok berambut coklat dengan seragam sekolahnya.

Tangan cowok itu kayak lagi ngeluarin jurus ninja ala-ala Naruto gitu. Tak lama kemudian, keluar sebuah pedang dari telapak tangannya.

Gue cengo. Itu gimana caranya bisa keluar pedang dari telapak tangan? Atau dia lagi sulap ala-ala Uya Kuya?

Cowok itu berlari mendekat. Dia mengangkat pedangnya lalu membelah batang pohon di belakang gue menjadi dua bagian. Hal itu membuat akar-akarnya yang mengikat gue jadi lepas. Gue langsung berlari menjauh.

Enggak sampai di situ, si pohon ini justru ukurannya semakin membesar dari yang sebelumnya.

Cowok ini segera menancapkan pedangnya ke tanah sambil mengucapkan beberapa kata yang gak kedengaran sama gue. Tak lama kemudian, di sekitar pohon itu muncul lingkaran yang mengeluarkan gelombang api. Gelombang api itu membakar beberapa pohon kecil di sekitar sana.

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang