6 - Virus

25.8K 4.7K 952
                                    

"Belum tidur?"

Gue memberhentikan kegiatan melamun gue begitu mendengar suara seseorang. Saat berbalik, gue melihat Taeyong.

"Udah," jawab gue yang membuat Taeyong tertawa. Padahal gue enggak melawak.

Taeyong memberikan segelas minuman berisikan coklat panas ke gue. "Makasih," ucap gue yang dibalas anggukan.

Kita berdua duduk menghadap jendela besar yang berhadapan langsung dengan bintang-bintang di langit. Pemandangan malam hari itu memang sangat indah.

"Jean," panggil Taeyong.

"Kenapa?"

"Gimana ceritanya lo bisa masuk ke dunia ini?"

Gue terdiam, masih dengan memegang gelas pemberiannya. Jemari tangan gue mengetuk gelas itu berkali-kali.

Helaan napas keluar dari mulut gue. "Gue enggak sengaja jatuh ke sungai. Ketika bangun, tiba-tiba aja gue udah di rumahnya Johnny. Gue sendiri bingung dengan apa yang terjadi," balas gue dengan memberikan sedikit bumbu kebohongan.

Enggak mungkin juga gue bilang kalo gue bunuh diri, bahkan sama orang yang baru gue temuin.

Taeyong sepertinya percaya. Lelaki itu kembali menatap langit malam, begitu juga dengan gue.

"Dunia lo bentuknya kayak gimana?"

"Bulat," jawab gue yang membuat Taeyong mendecih, membuat gue tertawa. "Dunia gue bagus kok. Hanya saja tangan-tangan manusia terlalu susah diatur untuk menjaganya."

Taeyong tersenyum miris. "Enggak jauh beda sama di sini."

"Maksudnya?"

"Setiap tahun, selalu ada yang namanya perang. Perbedaan yang sangat dominan membuat mereka yang haus akan kekuasaan selalu ingin menguasai Traumweltesh." Pandangan Taeyong tak lepas dari bintang-bintang.

Gue mengerti. Lagian, dunia yang dihuni berbagai jenis makhluk hidup kayak gini, enggak mungkin enggak ada yang namanya 'pertengkaran'.

"Makhluk di sini ada berapa jenis, sih?" tanya gue.

Taeyong melirik gue. "Kalo lo tanya jenisnya, ada banyak. Jika dijumlahkan mungkin ada belasan atau bahkan puluhan jenis makhluk yang hidup di dunia ini."

"Kita ambil contohnya manusia. Manusia di sini terbagi menjadi beberapa bagian, ada manusia biasa, ada juga yang campuran. Manusia campuran biasanya manusia yang mempunyai kekuatan atau ilmu-ilmu lainnya, seperti Peterjun, Mona si manusia lukisan, dan gue."

Ternyata dunia ini lebih rumit dari yang gue bayangkan.

Gue tersenyum ke arah Taeyong. "Tau, gak? Terkadang gue ngerasa aneh sekaligus lucu lihat kalian."

"Kenapa?"

"Di dunia gue, kalian itu hanya lah tokoh komik, animasi, dongeng, atau bahkan sejarah. Melihat kalian yang seperti ini, gue berasa jadi tokoh utama di sebuah film." Gue tertawa sendiri membayangkannya, dan entah kenapa, Taeyong ikutan tertawa.

Ini pertama kalinya gue melihat seorang Taeyong tertawa. Sejak pertama kali bertemu, Taeyong selalu memberikan wajah jutek nan dinginnya. Benar-benar seperti patung.

Sekarang, dia tertawa seperti ini, di hadapan gue. Padahal senyum dan tawanya sangat menawan, tapi kenapa dia lebih suka membuat wajah juteknya yang sangat ngesalin itu?

"Jean," panggilnya. Gue menaikkan kedua alis seakan bertanya 'kenapa?'.

Taeyong mendekatkan tubuhnya. Tangannya terulur dan memegang sudut bibir gue lalu mengusapnya. "Heran, minum aja belepotan."

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang