12 - Jean

20.3K 4.2K 707
                                    

"Jean, lebih baik kamu tinggalkan saja gambar-gambar gak jelas kayak gitu."

"Memangnya kamu mau jadi apa dengan gambar-gambar itu?"

"Lebih baik kamu pilih saja yang sudah pasti. Dokter misalnya?"

"Kamu enggak boleh gambar lagi!"

.

.

.

.

.

Gue membuka kedua mata. Rasanya kepala gue benar-benar pusing.

Gue enggak tahu apa yang terjadi sampai-sampai gue ada di...

Tunggu... ini bukannya... rumah gue?

Bentar-bentar, otak gue enggak nyampe nih.

Bukannya gue tadi ada di rumah Mbak Uwu? Bukannya gue ada di Traumweltesh? Terus ini kenapa? Apa gue udah kembali? Secepat ini? Yang benar saja!

Gue melirik ke sekitar. Ini ruang makan yang ada di rumah gue. Tapi di sini enggak ada siapa-siapa.

Gue berjalan melihat foto yang dipajang di atas lemari dekat dapur. Foto keluarga gue. Papa, Mama, Felix, dan gue.

Kreett...

Gue sedikit tersentak berkat suara pintu yang muncul tiba-tiba. Astaga... gue kira enggak ada orang.

"M-mama?" Gue reflek memundurkan langkah kaki gue begitu melihat Mama yang baru saja keluar dari kamar gue.

Pandangan gue tertuju pada lembaran kertas-kertas yang Mama pegang. Gue kaget. Itu semua hasil gambar gue. Mama mau apa dengan semua itu?

"Mama! Gambar Jean mau Mama apain?"

Mama enggak menjawab. Dia bahkan enggak melihat ke arah gue.

Oke. Apa ini yang gue dapatkan setelah berhari-hari enggak pulang?

"Ma! Mama denger Jean enggak sih?!"

Mama masih diam tanpa melihat ke gue. Mama justru mengambil korek api yang ada di dalam laci.

"Mama! Mama mau apa?"

Mama berjalan ke luar rumah. Gue pun mengikuti setiap langkahnya. Akhirnya, kita tiba di halaman belakang rumah.

Lagi-lagi gue kaget begitu melihat di halaman rumah sudah ada tumpukan kertas-kertas hasil karya gue. Bahkan medali yang gue dapatkan dari hasil lomba ilustrasi tingkat provinsi.

"M..Mama mau apa?" suara gue bergetar.

Mama menghidupkan korek apinya. Lalu ia mengarahkannya ke salah satu kertas.

"MA! JANGAN MAA!!" Saat gue hendak memegang lengannya, ternyata tangan gue menembus. Gue enggak bisa menyentuh Mama.

Mama melemparkannya kertas yang sudah terbakar itu ke tumpukan kertas-kertas lainnya.

Mata gue berair. Kaki gue melangkah mundur. Gue kecewa besar sama Mama.

"Mama? Kenapa ada bau as--"

Gue langsung menghadap ke samping.

Gue? Itu diri gue sendiri, kan? Sejak kapan gue bisa jurus membelah diri?

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang