26 - Who Are You?

15.9K 2.6K 1.4K
                                    

"Eunghh..." lenguhan Jean yang mencoba membuka matanya, meski berat beban yang terasa seakan memaksa gadis itu 'tuk terus memejam. Tubuhnya terasa kaku. Kaki dan tangan seolah terkubur dalam tanah. Sakit pada kepalanya seperti habis tertusuk ribuan jarum. Belum lagi tulang-tulang punggungnya yang terasa patah.

Setelah memusatkan seluruh tenaga pada kedua kelopak mata, akhirnya Jean berhasil membukanya. Hal pertama yang ia lihat adalah kegelapan. Ya, tidak ada satu pun cahaya di sana. Namun dalam beberapa detik, ia paham betul apa yang telah terjadi pada dirinya.

Tangan dan kakinya ditahan oleh tahanan besi yang menyatu pada tempatnya berbaring saat ini. Pantas saja rasanya berat, pikir gadis itu.

Tapi, satu hal yang terlupakan oleh Jean.

"Dimana Hendery?" tanyanya entah pada siapa. Memutar kepala melihat ke sisi kanan dan kiri, meski ia tahu hasilnya akan tetap sama. Gelap. Tidak ada penerangan sedikit pun di sini, dan 'tak terdengar suara apapun. Rasanya seperti berada di ruang hampa angkasa. Benar-benar sunyi senyap.

Menghela napas, Jean mencoba mengingat-ingat kembali kejadian beberapa waktu lalu sebelum dirinya terjebak di tempat antah berantah ini.

Jean ingat pasti, saat itu dia dan Hendery tengah berlari menghindari segerombolan monster kecil berwujud zombie yang mengejar mereka. Lalu jatuh ke dalam sebuah lobang besar, dan... ahh, mungkin di saat itulah ia mulai kehilangan kesadarannya.

Tapi sudah berapa lama ia tertidur? Bagaimana keadaan di luar? Apakah ia masih berada di Traumweltesh, atau sudah di Bumi? Atau jangan-jangan di Jahanam? Dan juga, bagaimana keadaan teman-temannya yang lain?

Terlalu banyak pertanyaan yang memenuni isi kepala Jean. Ia sangat bingung sekarang. Apa yang harus dia lakukan, dan bagaimana caranya agar ia terbebaskan dari tempat antah berantah ini?

"Makhluk Bumi..."

Seketika bulu kuduknya menegang. Suara siapa itu? Suara itu terdengar sangat berat dan menyeramkan. Dari mana asalnya suara itu? Astaga, Jean merinding!

"Tidak perlu takut padaku, gadis kecil."

Jean menautkan alisnya. Apakah orang ini bisa membaca pikiran?

"Tidak, aku tidak sedang membaca pikiranmu."

Lah buset?

Jean melongo. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu di saat kalimatnya telah menjawab pertanyaan yang hanya ada di dalam pikiran Jean.

Apakah dia-

"Berhenti berpikir yang tidak-tidak tentangku."

Oke. Jean sweatdrop.

Tiba-tiba saja, sekelibat cahaya lewat di hadapannya dengan begitu cepat. Cahaya berwarna hijau yang sekilas terlihat seperti goresan tinta, kemudian hilang tanpa jejak.

Jean bergeming. Mencoba mencerna benda apa yang baru saja lewat di hadapannya.

Belum sempat Jean menarik kesimpulan, namun garis cahaya itu melewatinya lagi, dengan warna aqua serta pola yang berbeda dari sebelumnya.

"Kenapa jadi kayak Frozen?"

Puff!!

Oh astaga, Jean tersentak. Hampir saja ia kena serangan jantung akibat munculnya wajah kakek-kakek aneh tanpa tubuh ini. Udah jelek, bau tanah, kepalanya melayang, ngagetin lagi, batin Jean sebal.

"Ohohoho.... Hei anak muda, kau cukup manis juga untuk ukuran manusia Bumi," ujar kakek-kakek itu.

"Itu pujian atau hinaan? Dasar kakek-kakek pedofil sialan!" batin Jean dengan semua uneg-unegnya.

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang