13 - The Targets: Barbarian

22K 4.2K 1.3K
                                    

Akhirnya bisa update:"


"HUAAAHHH WIN!! KU KIRA DIKAU SUDAH ISDET HUHUUU..." Win tersentak kaget karena suara gue yang muncul tiba-tiba. Dia langsung menyingkir begitu gue mau meluk dia. Hmmm... reflek yang sangat bagus.

Taeyong pun menarik baju gue dari belakang saat gue hampir aja mengenai Winwin. "Ya jangan dipeluk juga!" ketusnya.

Gue mendengus sebal. Bagaimana pun juga, semua inikan salah si kakek-kakek muka keset itu! Kalo bukan karena dia yang salah ngasih ramuan, gue juga enggak bakal dapat mimpi yang aneh itu.

Taeyong lalu kembali pada kegiatan dapurnya. Sementara gue masih terduduk di lantai, dengan Win yang jongkok di hadapan gue. Pandangan kita bersatu.

"Tapi Win..." Gue menatap matanya lekat. "Gimanapun keadaannya, dan apapun yang terjadi... jangan pernah nyentuh gue, ya?"

Win 'tak membalas. Dia masih bergeming di hadapan gue. Gue bahkan enggak tahu ekspresi apa yang dia keluarkan dari balik topeng kucingnya itu. Entah itu kucing atau makhluk abstral, gue pun enggak tahu.

Sempat hening beberapa saat. Gue maupun dia saling bungkam.

Tuk! Suara ketukan tongkat kayu kecil yang dia pukulkan ke kepala gue pelan.

"Ayo makan." Setelah mengatakan itu, Win beranjak dan meninggalkan gue begitu aja.

Yaaa... semoga saja mimpi itu hanya sekedar mimpi.

"Hey hey my baby honey Jeje kenawhy duduk termenung di sini? Bagaikan kelopak bunga yang layu. Ada apa sayangku?" Gue kaget saat Peterjun tiba-tiba aja muncul. Ini anak nongol mulu kayak bendahara kelas.

"Apa sih, Jun? Gue bukan Tinkerbell lo! Lagian, bukannya kalo di film-film lo itu sama si Wendy?"

Bukannya Peterjun, justru Johnny yang menjawab. "Wendy-nya lelah di PHP-in mulu, akhirnya ditinggalin. Eh dianya balik ke Tinkerbell. Tapi sayang, Tinkerbell pun lelah di duain mulu. Akhirnya ditinggal lagi. Ya gitu kalo lahiran bukannya di adzanin malah di kasih lantunan ashiap."

Gue melirik ke samping, Peterjun udah murung di pojokan. Miris.

Setelah gue berdiri, gue melihat Mona dari arah pintu depan sedang melambaikan tangannya pada gue.

"Jean, ikut gue yuk!" teriaknya.

"Kemana?"

"Cari buah-buahan. Mau gak? Mau kan? Yaudah ayok!" Padahal belum gue jawab, tapi Si Mona udah main narik tangan gue gitu aja. Dan sialnya, jidat gue kebentur sama bingkai foto yang 24 jam selalu bergelantung di lehernya Mona. Sampai sekarang gue masih enggak tahu apa faedahnya itu bingkai.

"Heh main tarik-tarik aja! Kalo ada apa-apa di luar sana gimana?!" Kunions datang lalu menggetukkan teflonnya ke kepala Mona.

Aduhhh enggak kebayang gue sakitnya segimana. Kalo ini PUBG mah, udah isdet itu anak.

Setelah puas mencaci maki. Mona akhirnya kembali normal. "Enggak bakal. Kan ada gue."

Mona memilih untuk mengabaikan Kun yang kini sudah melayangkan swallownya. Mona bersama gue sekarang sedang berjalan menelusuri hutan sambil mencari buah-buahan segar.

Tapi enggak ketemu.

Gue enggak tahu kenapa setiap pohon di sini buah-buahannya pada hilang. Apa ada tikus yang makanin atau gimana gue pun enggak tahu.

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang