Prolog

65K 6.9K 1.1K
                                    

Sebentar lagi matahari akan terbenam. Lampu jalan sudah mulai hidup. Orang-orang juga sudah banyak yang bergegas pulang.

Dan di sini gue berdiri. Sendirian. Tanpa arah, tanpa tujuan.

Udah 3 hari gue kabur dari rumah. Gue bukan cewek nakal yang hamil diluar nikah. Gue juga bukan anak nakal yang pergi dari rumah hanya untuk bersenang-senang.

Lalu alasannya? Orang tua gue enggak ngizinin gue buat ngambil jurusan yang gue mau. Mereka kekeh buat maksa gue masuk kedokteran.

Selama 13 tahun gue hidup dengan nyorat-nyoret kertas. Kenapa harus memilih masuk kedokteran yang bahkan gue enggak ahli dalam hal itu? Boro-boro jadi dokter, liat gambar usus aja gue jijik.

Kenapa 13 tahun? Karena gue mulai suka menggambar dari umur 5 tahun. Bukan berarti umur gue 13 tahun. Gini-gini gue udah punya KTP.

3 hari yang lalu, gue ketahuan sama orang tua gue kalo gue daftar di salah satu universitas dengan mengambil jurusan animasi.

Orang tua gue marah besar. Gue sampai dimarahi dan dibentak berkali-kali. Gue tipe orang yang paling enggak suka kalo dibentak. Lagian, anak mana yang masih kuat dibentak sebegitunya sama orang tua? Gue rasa enggak ada.

Dan semenjak itu gue kabur dari rumah tanpa membawa apa-apa, kecuali handphone. Itu wajar. Zaman sekarang gak ada manusia hidup tanpa handphone. Apalagi bentukan kayak gue. Tapi gue enggak pernah angkat telepon dari orang rumah.

Selama 3 hari 3 malam juga gue nginap di salah satu rumah temen gue-- Vey. Tapi gue gak mau ngerepotin dia terus. Gue juga enggak enak sama orang tuanya kalo harus tinggal di sana dengan kurun waktu yang sangat lama.

Alhasil, gue bilang ke Vey kalo gue mau pulang. Padahal nyatanya? Gue enggak ada niatan sama sekali untuk menginjakkan kaki di rumah.

Di sekolah juga gue lagi jadi trending topik nomor 1. Difitnah itu gak enak banget. Nama gue jadi buruk hanya karena ulah satu orang doang.

Dan ini lah nasib gue sekarang. Termenung sendiri di atas jembatan. Gue merasa hidup gue enggak ada gunanya.

Jangan heran, gue emang berniat untuk bunuh diri. Dari dulu orang tua gue gak pernah suka kalo gue mulai menggambar. Semua hasil gambaran gue dirobek, dibuang, atau dibakar gitu aja. Mereka bilang menggambar itu enggak ada gunanya.

Gue hidup untuk menggambar. Kalo menggambar aja mereka bilang enggak ada gunanya, berarti gue hidup juga enggak ada gunanya, dong?

Gue menutup kedua kelopak mata gue. Mengambil napas dalam dan menghembuskannya. Mungkin ini terakhir kalinya gue bisa menghirup oksigen.

Kaki gue mulai melangkah maju. Satu langkah, dua langkah, hingga akhirnya tubuh gue benar-benar jatuh.

Bahkan disaat seperti ini pun, gue gak merasakan apa pun. Gue enggak marah ataupun nangis. Semuanya hampa.

Mungkin ini lah akhir dari semuanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hey! Sadarlah!"

"Hoy! Bangun!"

"WOY!!"

Astaga! Mata gue langsung terbuka begitu mendengar suara cowok yang dari tadi terus membisingkan telinga.

Mata kita saling bertemu. Tapi tunggu...

Yang ada di hadapan gue sekarang ini... Harimau atau manusia?

Dari mukanya, jelas dia ini manusia. Tapi badannya benar-benar seperti harimau asli! Dan yang lebih anehnya lagi, kenapa dia bawa kotak sereal di genggamannya?

"L-lo siapa?"

"Gue Johnny tiger dari Kellogs."

19/01/19---------------00

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19/01/19
---------------
00.00

NEO CULTURE HALLOWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang