Pangeran Jinan kembali ke istana dengan selamat. Ia masuk kedalam kamarnya masih dengan emosi yang meluap-luap. Chin Su mengikuti pangeran Jinan hingga kedalam, begitupun dengan Nam Gi.
"Pangeran.." Nam Gi menutup rapat mulutnya ketika Jinan menggebrak mejanya.
"Lee Myung Hee.." Jinan mengepalkan kedua tangannya. Ingin rasanya ia menghajar petinggi kerajaan yang sangat tidak bertanggung jawab seperti itu.
"Tinggalkan aku sendiri. Besok pagi, kita akan menemui Baginda Raja."
Nam Gi dan Chin Su langsung keluar dari kamar pangeran.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Nam Gi ketika memastikan tidak ada orang lain selain mereka di tempat itu.
"Pangeran bertemu dengan seorang gadis, yang sedang menangkap ikan di sungai. Pangeran tidak sengaja mengejutkannya dan gadis itu marah pada Pangeran karena gagal mendapatkan ikan. Setelah itu, pangeran mengatakan ingin mengikuti gadis itu, dan ternyata kami berjalan sampai keluar dari batas desa. Disana banyak rakyat yang sakit dan kelaparan. Pakaian mereka sangat tidak layak pakai. Dan yang membuat pangeran semakin marah, adalah penjaga perbatasan itu melarang barang dari kota ke tempat itu. padahal Pangeran telah membawakan makanan dan obat yang ia dapatkan dari berbelanja di kota."
Sekarang, Nam Gi mengerti. Jelas saja Pangeran Jinan marah besar. Semenjak ia kecil, ia selalu diceritakan tentang kemakmuran rakyat dibawah pimpinan ayahnya, dan para pejabat tinggi kerajaan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Namun, ia kini melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika semua yang ia dengar selama ini, hanya sebuah kebohongan.
Keesokan paginya, Pangeran Jinan sudah bersiap untuk menemui ayahnya. Ia tidak bisa membiarkan permasalahan ini terus berlanjut tanpa ada penyelesaian.
"Yang mulia, Pangeran ingin bertemu dengan Anda" Raja Kim Tae Sang memerintahkan untuk membiarkan anaknya itu masuk ke ruangannyan dan semua pelayan di perintahkan untuk pergi.
"Pangeran Kim Jinan memberi salam pada baginda Raja." Ucap Jinan setelah ia membungkuk memberikan hormatnya pada Ayahnya.
"Apa yang membuatmu mengunjungiku sepagi ini, Nak?" Jinan menatap kedua bola mata Ayahnya.
"Saya ingin Ayah memberikan perintah untuk mengirimkan bantuan ke wilayah luar desa. Disana banyak rakyat kita yang kelaparan, mereka hanya mempunyai gubuk kecil, dan mereka tidak memiliki apa-apa untuk membeli obat. Selama ini..."
"Darimana kau tau tentang itu semua?"
"Saya melihatnya secara langsung. Semalam saya.."
"Jadi semalam kau kembali kabur dari istana?" Jinan terdiam, namun ia paham. Ini sudah resiko yang harus ia tanggung, jika berani untuk melaporkan kejadian yang ia lihat malam itu.
"Iya, Ayah. Karena itu, saya ingin Ayah memberikan bantuan kepada mereka segera. Kemarin, ada yang meninggal karena kelaparan. Mereka bahkan tidak boleh ke kota dan tidak boleh menerima bantuan dari kota. Penjaga perbatasan itu yang mengatakannya sendiri. Ini sungguh tidak masuk akal. Apa hanya mereka yang mampu membeli pakaian bagus, yang boleh hidup? Apa hanya mereka yang mempunyai gelar bangsawan yang boleh membeli obat jika mereka sedang sakit?"
"Kau sudah terlalu jauh untuk ikut campur dalam masalah ini. Sebaiknya kau kembali ke tempatmu dan belajarlah lagi. Sebentar lagi gurumu akan datang" Jinan semakin marah ketika mendengar respon ayahnya yang seperti itu.
"Suatu hari nanti, akulah yang akan berada di tempat Ayah. Bukankah lebih baik jika aku langsung belajar mengatasi masalah ini daripada harus mempelajarinya dari buku-buku?"
"Kembali ke tempatmu"
"Tidak sampai Ayah mengeluarkan perintah untuk membantu mereka yang ada disana"
"KALIAN YANG DILUAR, CEPAT KEMARI!!"
Mendengar teriakan sang Raja, Kepala pelayan yang melayani Raja dan juga Nam Gi masuk ke dalam. Mereka bisa melihat wajah penuh amarah dari Raja.
"Bawa Pangeran keluar dari sini." Perintah Raja. Jinan mengepalkan kedua tangannya. Bukan ini yang ia inginkan.
"Pangeran.."
"Aku akan membuat kerajaan dan pemerintahanku sendiri." Ucap Jinan sebelum ia pergi dari ruangan Ayahnya.
"Maafkan hamba, Yang mulia." Ucap Nam Gi. Ia membungkuk di depan Raja.
"Tidak apa-apa. Pergilah, jaga anakku dengan baik." Nam Gi kembali membungkuk sebelum ia pergi untuk menyusul Jinan.
~~~
"Pangeran.."
"Aku tidak percaya, Raja tidak mengeluarkan titah apapun setelah mendengar penjelasanku" Ucap Jinan.
"Mungkin Yang mulia Raja sedang memikirkan caranya. Mohon, Pangeran untuk sedikit bersabar."
"Chin Su" Panggil Jinan.
Chin Su langsung masuk ke dalam ruangan Jinan begitu namanya dipanggil.
"Ya, Pangeran"
"Aku ingin kau melihat keadaan disana. Aku ingin kau melihatnya. Dan bawa ini" Jinan memberi dua koin emas pada Chin Su dan sebuah surat yang baru saja ia tulis.
"Berikan padanya. Dan katakan padanya, aku akan menemuinya tiga hari lagi." Ucap Jinan.
"Saya akan langsung melaporkan pada Anda setelah saya kembali nanti." Jinan mengangguk pelan.
"Anda serius ingin menentang Yang mulia Raja."
"Ya, kalau sampai matahari terbit besok, tidak ada tindakan apapun." ucap Jinan.
Nam Gi tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti keinginan Jinan.
- Flashback End.
"Saat itu, aku ternyata masih tidak cukup kuat untuk menjagamu. Aku berusaha keras menjagamu sejak saat itu. Namun, aku bahkan sampai saat ini tidak bisa memaafkan diriku, karena aku jugalah yang menyebabakanmu kehilangan nyawamu" Ucap Jinan pada Cindy.
"Dulu, aku yang memberikan nama untukmu. Karena kau tidak mempunyai nama"
"Nama? Aku? Kenapa aku gak punya nama?" Jinan menggeleng. Ia pun tidak tau pasti.
"Dulu, kau ku beri nama Bi Woo. Dan aku berharap bisa menambahkan marga ku di namamu. Kim bi Woo"
"Bagaimana aku bisa meninggal dulu?"
"Itu karena salahku, dulu..."
😌 I'm Back 😎
Gimana?
Semoga kalian gak bingung ya, bacanya.. 😂😂
See Ya 🙋
Salam Team CiNan
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Stranger
FanfictionBertahan untuk tetap hidup, dan menerima semua rasa sakit yang mereka sebut dengan 'kehilangan dan kesepian'.