27

683 69 23
                                    

"Pakboss itu ada acara apaan?" Eve menunjuk ke arah kerumunan orang yang berkumpul di kuil.

"Mereka sedang menuliskan permohonan di lampion dan kemudian menerbangkannya." Jawab Jinan.

"Wah, seru tuh. Kita boleh ikutan gak?" Jinan mengangguk.

"Yes!" Eve langsung berlari menghampiri kerumunan orang-orang itu.

"Kata mereka, Tuhan akan membaca doa-doa dan harapan yang tertulis disini."

Jinan menggenggam tangan Cindy dan membawanya menuju penjual lampion. Meski sudah ratusan tahun hidup, ini adalah pertama kalinya Jinan mengikuti tradisi ini. Dulu, ia tidak percaya pada Tuhan, karena itu ia tidak pernah meminta apalagi dengan cara seperti ini.

Cindy dan Eve, menulis dengan menggunakan bahasa indonesia. Hanya Jinan yang menuliskannya dengan tulisan yang berbeda.

Eve melihatnya pun segera mengabadikan momen keduanya. Papa angkatnya itu terlihat begitu keren ketika menulis di lampion itu.

 Papa angkatnya itu terlihat begitu keren ketika menulis di lampion itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar aba-aba, merekapun melepaskan lampion itu ke udara.

"Apa yang kamu minta?" Tanya Jinan sambil melihat ribuan lampion yang diterbangkan.

"Aku cuma minta kesehatan dan kebahagiaan buat aku dan orang di sekelilingku."

Jinan melirik pada Cindy yang saat itu masih betah menatap ke langit.

"Hanya itu?" Cindy mengangguk.

"Kamu?" Cindy balik bertanya, ia menatap Jinan, tapi Jinan malah berpura-pura melihat ke atas.

"Aku hanya meminta agar kita terus bersama dan apapun yang kau inginkan terkabul." 

"Cuma itu?" Jinan mengangguk.

"Karena aku sudah tidak membutuhkan apapun lagi selain dirimu."

"Hidup selama ratusan tahun, rasanya kebahagiaanku baru terasa nyata saat kamu bisa ku genggam seperti sekarang ini." Cindy menunduk melihat tangannya yang semakin di genggam erat oleh Jinan.

Hal yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan sama sekali, tiba-tiba muncul di pikirannya. Cindy menimbang-nimbang apakah ia boleh menanyakannya atau tidak?
Karena rasa penasarannya lebih besar, akhirnya Cindy menanyakan hal itu.

"Ji, aku mau nanya sesuatu."

"Apa?" Jinan menghadap pada Cindy, menunggunya melanjutkan ucapannya.

"Suatu hari nanti, aku pasti bakal tua dan kamu masih seperti sekarang. Apa..."

"Kamu tetap cantik dan aku gak akan berpaling." Cindy menggeleng pelan. Bukan itu yang ia maksud.

"Bukan itu, Ji. Maksud aku.. Saat aku tua dan mati, kamu gak apa-apa kan?"

Cindy merasa khawatir pada Jinan, bagaimana nanti setelah ia mati? Jinan akan kembali sendiri seperti sebelumnya. Laki-laki malang itu akan kembali di berteman dengan sepi.

Jika ia mati, ia tidak tau seberapa sedih dan terlukanya Jinan saat itu. Mengingat penantian panjangnya selama ini.

"Gak, aku gak akan biarin kamu pergi lagi"
Mata Jinan menyiratkan ketakutan. Sepertinya Jinan pun baru menyadari hal itu, nenyadari perbedaan mereka.

"Ji, aku tau kamu bisa ngelakuin apapun yang kamu mau dan kamu bisa dapetin itu dengan kekuasaan kamu. Tapi, umur manusia itu di luar kuasa kamu, Ji."

Jinan langsung memeluk Cindy dengan erat. Mengapa ia tidak berfikir sampai ke sana? Dan mengapa Cindy harus mengatakan sesuatu yang bisa meruntuhkan dunianya?

"Karena aku udah terlanjur ngomong dan kamu pun sudah sadar, ada baiknya kamu mempersiapkan diri. Perasaan kita mungkin bisa abadi, tapi hidup aku? Aku hanya bisa sementara."
Jinan menangis. Ia menyembunyikan wajahnya di pundak Cindy. Sesekali Cindy merasakan Jinan menggeleng pelan tanpa menghentikan tangisnya.

Tangisan Jinan yang terdengar menyedihkan itu membuat air mata Cindy ikut menetes. Tapi ia berusaha kuat untuk Jinan.

"Jangan pergi." ucap Jinan di sela tangisnya.

"Aku masih disini, Ji."

Eve menghentikan langkahnya untuk menghampiri Jinan dan Cindy ketika melihat mereka menangis ditengah-tengah keramaian. Eve melihat sekitar, beruntung orang-orang sedang fokus menatap lampion yang terbang, menambah keindahan malam itu.

~~~

Selama perjalanan pulang, Jinan dan Cindy sama-sama diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Eve sendiri memilih untuk tidur karena tidak mengerti apa yang terjadi pada kedua orang tua angkatnya itu.

Setiba di rumah, Jinan menyuruh Cindy dan Eve beristirahat di dalam. Sedangkan ia sendiri kembali melajukan mobilnya untuk pergi ke suatu tempat.

Cindy awalnya ingin menahan Jinan, namun ia membatalkannya karena mungkin Jinan sedang ingin sendiri untuk menenangkan pikirannya.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Jinan akhirnya sampai di sebuah kuil.
Jinan merasa beruntung karena disana tidak ada siapa-siapa. Jadi ia bebas mengatakan semua keluhannya.

Jinan memperhatikan benda-benda yang berada di kuil itu, ia pernah melihat orang-orang menggunakan benda itu untuk berdoa dan meminta.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jinan melakukan semua seperti yang dilakukan orang-orang ketika ingin meminta di kuil.

"Ini pertama kalinya dalam hidupku melakukan hal ini. Aku juga sudah membakar benda itu dan menancapkan di tempatnya. Kau yang mereka percaya bisa mengabulkan permohonan, aku tidak akan meminta banyak. Aku hanya meminta agar Cindy tetap bersamaku. Jika dia mati, maka bunuh juga aku. Jika kutukan ini masih berlanjut dan aku harus tetap hidup selamanya, jadikan dia seperti aku. Aku sama sekali tidak perduli dengan semua kesedihan karena mengantarkan kepergian orang-orang di sekelilingku, asal jangan dia."
Jinan menahan air matanya agar tidak menetes, meminta pada sesuatu yang sama sekali ia tidak percayai saja sudah memalukan. Ia tidak akan membiarkan harga dirinya semakin jatuh karena menangis sambil memohon.

"Tuhan? Mungkin kau sudah sering bermain dengan hidup manusia. Jadi aku harap kau berhenti mempermainkan duniaku. Kau yang mereka muliakan, mereka sembah, bukankah seharusnya kau juga bersikap baik? Tapi kenapa kau bisa begitu jahat merampas kebahagiaanku setelah aku menunggu selama ini? Bagaimana bisa kau yang mereka agungkan begitu tega memberi takdir yang sekejam ini?"
Jinan menarik nafas dalam berharap sesak di dadanya bisa sedikit berkurang.

Jinan berbalik hendak meninggalkan kuil itu, tapi langkahnya tiba-tiba berhenti ketika sayup-sayup terdengar suara yang membuat tubuhnya seakan membeku.






😌 I'm Back 😎

Gimana?

Nah loh, jadi mellow gini kan keluarga Boss..
Si Pakboss sangking bahagianya sama Cindy sampe lupa sama perbedaan hidup mereka.

See Ya 🙋
Salam Team CiNan

I Love You, StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang