Pagi hari, Jinan sudah rapi dan sudah duduk di meja makan menunggu Cindy dan juga Eve.
"Pagi, Ji"
"Pagi, bagaimana semalam? Kamu bisa tidur nyenyak?" Cindy mengangguk.
"Baguslah, Eve belum bangun?"
"Mungkin..."
"Aku udah bangun ya Pakboss, kan kita mau jalan-jalan."
Jinan tersenyum melihat Eve yang bersemangat dan terlihat sudah siap untuk jalan-jalan.
"Kita sarapan dulu sebelum jalan." Ucap Jinan.
Cindy dan Eve pun duduk di kursi masing-masing.
"Ini yang nyiapin siapa, Pakboss?"
"Ini disiapkan oleh koki terbaik disini."
Mendengar jawaban Jinan, Eve menjadi tidak sabar untuk mencobanya.
"Enak banget, asli. Ini koki bersertifikat nih yang masak." Komentar Eve.
"Mungkin lebih baik kalau kamu mengatakan langsung sama koki nya" Ucap Jinan.
"Kim Andrew, kemarilah"
Tak lama kemudian, seorang pemuda muncul dengan pakaian koki nya dari arah dapur.
"Ini dia kokinya."
Eve melotot, ia mengira kokinya adalah seorang kakek tua yang selalu memegang pisau dapur di tangannya. Ternyata koki rumah ini sangat muda, mungkin sekitar umur 23-25 tahun.
"Serius Pakboss dia yang masak?" Jinan mengangguk.
"Andrew, anak ku sangat menyukai masakanmu. Dia benar-benar menyukainya, padahal ini adalah pertama kalinya dia mencoba makanan ini."
"Pakboss ngomong apa sih? Gosipin aku ya?"
"Gak sama sekali."
"Saya senang jika Nona Eve menyukainya. Katakan saja apa yang ingin anda makan, saya akan berusaha memasaknya seenak mungkin."
"Tuhan, berikan hambamu ini pencerahan!" Eve mulai frustasi mendengar ucapan kedua laki-laki di hadapannya itu. Bahasa korea, bukan bahasa yang mudah untuk dipelajari. Dan sekarang ia terjebak diantara orang-orang yang memiliki bahasa yang sama sekali tidak ia mengerti.
"Dia bilang kalau kamu mau makan apa aja, dia bakal masakin."
"Mantap. Seneng nih aku sama produk kaya gini. Peka gitu, jadi gak usah repot mikir harus ngomong apa biar dimasakin."
Cindy dan Jinan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Eve.
"Saya permisi."
"Pakboss, gimana nih? Boleh gak temen aku ikut kita liburan berikutnya. Dia temen baik aku, mau aku susahin, dan ihklas aja gitu aku bikin iri, diem aja kalau aku isengin. Jadi aku pengen gitu liburan sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Stranger
FanfictionBertahan untuk tetap hidup, dan menerima semua rasa sakit yang mereka sebut dengan 'kehilangan dan kesepian'.