4

905 96 19
                                    

"Salam kenal. Saya Deva Pranata, Anda bisa memanggil saya Deva, Nona Cindy" Ucap Deva.

"C-cindy"

Keduanya berjabat tangan. Deva tersenyum, berpura-pura seakan mereka tidak pernah bertemu.

"Makanlah, aku tidak tau makanan apa yang kau sukai sekarang. Jadi, aku mencoba beberapa" Ucap Jinan. Ia menarik kursi, mempersilahkan Cindy untuk duduk agar gadis itu bisa segera menyantap makanannya.

"Kamu gak makan?" Tanya Cindy, ia tentu tidak enak hanya makan seorang diri.

"Tidak, aku bisa nanti. Lagipula, makanan ini khusus untukmu" Ucap Jinan. Senyum tipis diwajahnya itu semakin menambah karismanya. Dan Cindy baru menyadari satu hal. Mata Jinan yang tajam dan tatapannya yang dingin itu ternyata bisa terlihat hangat jika terus di perhatikan lebih dalam.

"Kamu juga gak makan?" Deva menggeleng.

"Aku gak enak kalau makan sendiri" Ucap Cindy.

Jinan dan Deva saling lirik. Akhirnya mereka duduk dan makan bersama.

"Enak?" Cindy mengangguk. Ia tidak berbohong, makanan itu benar-benar enak. Bahkan lebih enak dibanding masakannya.

"Enak banget." Jinan tersenyum. Ia senang jika Cindy menyukai masakannya.

Jinan kembali teringat akan masa lalu nya.
Cindy sama sekali tidak berubah dimatanya. Ia berharap begitupun dengan hatinya.

*Kalau kalian pernah nonton drama korea yang tentang kerajaan gitu, pasti ngerti. 😄 Flashback Jinan itu jaman kerajaan ya*

-Flashback

"Pangeran, mengapa Anda terus menerus kabur seperti ini? Jika Baginda Raja tau, Anda akan.." Pelayan kerajaan itu diam begitu sang Pangeran mengangkat telapak tangannya. Itu adalah tanda baginya untuk diam.

"Berapa kalipun kau melarang, aku akan selalu pergi" Ucap sang pangeran.

Ia tidak bisa mengelaknya. Pangeran yang terkenal dingin dan misterius itu sepertinya mulai sedikit berubah.

"Nam-Gi, kau tidak bisa menghentikan aku. Dan tidak ada yang boleh menghentikanku untuk keluar istana. Bahkan Yang mulia Raja sekalipun. Karena diluar sana, ada kebahagiaanku." Ucap Sang pangeran.

"Hamba hanya tidak ingin Pangeran kembali dipanggil ke istana timur" Ucap Kwan Nam Gi.

Kwan Nam Gi, adalah kepala Pelayan yang terpilih untuk melayani pangeran diikuti beberapa pelayan bawah yang lain. Kwan Nam Gi telah mengabdikan diri dan hidupnya kepada Pangeran selama lima belas tahun. Umur Kwan Nam Gi saat ini sekitar 40 tahun.

"Aku mengerti. Karena itu, aku mengandalkanmu untuk menyembunyikan rahasia besar ini" Ucap Pangeran.

Nam Gi tersenyum tipis, ia memang tidak bisa menolak permintaan Sang Pangeran. Pangeran Kim Ji Nan itu sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Sejak Pangeran berusia lima tahun, Nam Gi telah menjadi pelayannya.

Sementara itu, di istana timur. Baginda Raja Kim Tae Sang, tengah memijat pelipisnya. Bulan ini cukup membuatnya pusing, ia baru saja selesai membaca gulungan laporan dari pejabat-pejabat tinggi kerajaan.
Badai salju yang lumayan parah itu membuat rakyatnya sengsara. Ia sudah memerintahkan mengirim bantuan makanan dan juga obat-obatan bagi mereka yang sakit. Namun, ia masih menerima laporan tentang kematian rakyatnya. Meski tidak dalam jumlah yang besar, namun itu sudah membuatnya pusing.

"Apa lagi yang harus kulakukan? Kupikir keadaan akan semakin membaik." Ucap sang Raja.

"Anda sudah melakukan hal yang besar Yang Mulia Raja. Jika kematian mereka terus terjadi, mungkin itu sudah keputusan dari langit." Ucap salah seorang pejabat kerajaan.

Ditengah pembicaraan mereka mengenai masalah yang terjadi, pelayan Setia baginda Raja muncul dan memberitahu tentang kedatangan sang pangeran.

Setelah memberikan hormatnya. Pangeran JiNan kembali berdiri dan menatap Ayahnya.

"Maaf telah mengganggu waktu Yang Mulia. Tapi, Hamba kemari ingin menyampaikan sesuatu hal" Ucap Pangeran JiNan.

"Baiklah" Baginda Raja memberi isyarat kepada semua yang berada di ruangan itu untuk keluar.

Raja Kim Tae Sang sangat tau tentang anaknya. Pangeran itu tidak akan mau bersusah payah jauh berjalan dari istana Barat ke istana Timur untuk bertemu dengan dirinya, jika bukan sesuatu yang sangat penting.

"Ada apa?"

"Hamba ingin meminta izin untuk keluar dan melihat langsung keadaan di luar sana." Ucap pangeran JiNan.

"Tidak. Aku tidak memberikanmu izin untuk melakukan itu"
Pangeran itu semakin terlihat kesal. Ia baru mengetahui masalah itu, ia tidak sengaja mendengar obrolan para juru masak kerajaan yang sedang menyiapkan beberapa makanan untuk dibagikan ke rakyat.

"Tapi, ini masalah serius. Sekali lagi Hamba ingatkan, hamba tidak mempercayai pejabat Anda. Mereka bisa saja tidak melaksanakan perintah dengan..."

"Cukup. Kau boleh keluar. Ini masalah ayah, kau tidak perlu ikut campur sejauh ini. Yang perlu kau lakukan hanyalah belajar. Ingat, kau adalah Raja berikutnya. Jika sikapmu masih gegabah seperti ini, kau akan gagal menjadi seorang Raja." Pangeran JiNan mengepalkan tangannya. Ini sudah kesekian kalinya ia disuruh untuk diam dan menyaksikan yang terjadi.

"Hamba tidak akan diam. Masalah ini.."

"APA KAU INGIN DIHUKUM LAGI, PANGERAN?!" Raja menghela nafasnya.

"Kembali ke tempatmu. Dan jangan melakukan apapun tanpa seizin dariku. Menjadi Raja, tidak semudah itu nak. Banyak yang harus kau pertimbangkan. Maju tanpa adanya rencana dan pertimbangan yang matang, sama saja memberikan pedang pada musuhmu."

Pangeran JiNan langsung pergi. Percuma ia meminta, Ayahnya itu akan selalu melarangnya.
Tapi, ia mengkhawatirkan keadaan seseorang di luar sana.

-Flashback End.

"Ji? Kenapa?" tanya Cindy. Karena Jinan terus menatap kearahnya, namun pikirannya entah kemana.

"Tidak, tidak apa-apa."

"Makasih makanannya. Hmm, maaf tapi aku harus kembali ke kampus. Aku ada kelas siang ini" Ucap Cindy.

"Aku akan mengantarkanmu" Cindy menggeleng pelan.

"Aku naik kendaraan umum aja" Jinan melirik kearah Deva, dan akhirnya ia membiarkan Cindy pulang sendiri.

"Baiklah, sampai bertemu lagi" Ucap Jinan.

"Pastikan dia sampai tujuan" Ucap Jinan setelah Cindy melewati pintu depannya.

"Baik, Tuan. Setelah itu saya akan kembali, ada yang harus saya ceritakan pada Anda." Ucap Deva. Ia tidak ingin menyembunyikan rahasia apapun dari Tuan nya. Termasuk jika ialah yang lebih dulu mengenal Cindy.

"Baiklah"

Setah Deva pergi. Jinan jadi bertanya-tanya, tentang apa yang akan Deva sampaikan padanya.






😌 I'm Back 😎

Gimana?

Hayo loh.. Deva ternyata pembalap ya.. Dan Jinan tidak sadar telah ditikung bung.. 😂 Jinan tertinggal jauh dibelakang. Apakah nanti akan berhasil menyusul? Kita nantikan di garis finish. 😂😂

See Ya 🙋
Salam Team CiNan 

I Love You, StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang