"Aku ada urusan mendadak. Deva akan mengantarkanmu ke kampus" Ucap Jinan.
Cindy mengangguk.
"Ini untukmu" Jinan memberikan beberapa lembar uang seratus ribu pada Cindy."Untuk apa?"
"Kelasmu sampai sore, pasti kamu bakal lapar setelahnya."
"Gak usah, kita kan udah makan tadi" tolak Cindy.
"Selama aku masih hidup, aku gak akan biarin kamu kelaparan. Kebutuhan dan keinginan mu, katakan saja. Aku akan melakukannya"
"Tuan" Deva sedikit membungkuk ketika menyapa Jinan.
"Harta ku adalah hartamu. Ambil lah" Ucap Jinan.
"Lebih baik Anda menerimanya Nona. Saya rasa tidak baik jika hujan tiba-tiba turun" bisik Deva.
Cindy melirik kearah Deva seolah bertanya apa maksud dari ucapannya itu.
"Aku gak bisa nerima kalau semuanya" Jinan mengurangi dua lembar dari uang ditangannya.
"Itu masih banyak"
Jinan mengurangi satu lagi."Aku bakal ngambil ini" Cindy menarik satu lembar saja uang Jinan.
"Lalu ini? Segitu cukup?" Cindy mengangguk. Jinan bingung, uang segitu apa cukup untuknya?
"Hubungi aku jika sudah selesai, aku akan menjemputmu nanti" Ucap Jinan.
"Aku pergi dulu ya" Pamit Cindy.
Setelah Cindy dan Deva pergi, Jinan pun segera pergi untuk menemui seseorang.
Ia baru mendengar kabar itu ketika ia makan bersama Cindy.Sementara itu di dalam mobil, Cindy dan Deva hanya diam saja. Deva yang fokus pada jalanan di depannya dan Cindy yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Hmm.. Aku boleh tanya sesuatu?" Cindy akhirnya berani untuk mengeluarkan suaranya.
"Silahkan Nona"
"Ini tentang yang Kak.."
"Panggil namaku saja" Deva sudah sering mengatakan pada Cindy untuk memanggilnya dengan namanya saja tanpa embel apapun.
"Ya udah. Aku mau nanya tentang yang kamu bisikin sebelumnya, maksudnya apa?"
"Kenapa?" Deva melirik sekilas lalu kembali menatap kedepan.
"Aku cuma penasaran"
"Akan ada hujan tiba-tiba saat Tuan Jinan bersedih, hari akan cerah dan banyak bunga yang akan bermekaran ketika ia merasa senang atau bahagia dan setelahnya, sudah terjadi."
"Maksudnya?"
"Mendung dan petir besar seperti tadi jika Tuan Jinan marah atau dalam emosi yang tidak stabil" Jelas Deva.
"Serius?! Dia itu sebenernya apa sih? Dia juga bilang ke aku kalau umurnya sudah ratusan tahun" Deva mengangguk pelan, berarti Tuan nya itu sudah bercerita banyak pada Cindy.
"Tuan Jinan kenal dengan semua keluarga saya dan semua keluarga saya turun temurun melayani Tuan Jinan. Awalnya saya juga tidak mempercayai hal itu. Di zaman seperti ini, siapa orang yang mempercayai hal seperti itu? Tapi, cerita tentang Tuan Jinan juga diceritakan turun temurun oleh semua keluarga Saya. Bukti yang membuat saya semakin yakin adalah ketika Tuan Jinan memberikan bukti-buktinya dan salah satu yang membuat saya terkejut adalah lukisan Tuan muda bersama kakek-kakek saya dulu dan cuaca yang berubah karena perasaannya" Jelas Deva.
"Walaupun aku udah ngeliat langsung, tapi aku masih gak percaya sama semua ini" Gumam Cindy.
"Banyak hal yang sulit dimengerti dari Tuan Jinan, Tapi seperti itulah Tuan Jinan"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Stranger
FanfictionBertahan untuk tetap hidup, dan menerima semua rasa sakit yang mereka sebut dengan 'kehilangan dan kesepian'.