Tidak ada pilihan lain yang bisa aku lakukan lagi, semua usaha ku untuk mencari penjelasan dari Awan hanya membuat ku semakin terluka lagi dan lagi. Seolah – olah yang ku lakukan selalu salah kalau memang cewek itu sedang mengandung anak Awan lalu apa lagi yang aku harapkan dari Awan, apa benar aku hanya akan mendengarkan penjelasan dari Awan atau aku ingin dia kembali pada ku dan meninggalkan cewek itu?
“ Viona “ panggil ibu saat aku mau berangkat ke Vio’s Café
“ Ya bu “
“ Apa bisa jangan berangkat ke café dulu, ada yang ingin Ibu bicarakan “
“ Emmm bisa, apa yang mau ibu bicarakan? “
“ Vio soal perjodohan itu, bagaimana pendapat kamu? “
“ Aku gak tahu bu “
“ Vio ibu tahu ini sulit buat kamu tapi sebenarnya Wiwik sudah lama menanyakan perjanjian kita dulu, namun saat itu ibu dan ayah melihat kamu sudah bahagia dengan Awan, sempat kita berfikir untuk membatalkan perjanjian itu namun kejadian tidak bertanggung jawab yang Awan lakukan membuat kita kecewa dan mau tidak mau menyetujui perjanjian itu lagi. Asal kamu tahu Vio selama ini Wiwik tidak sekali pun memaksakan perjanjian itu terjadi. Semua ini harus terjadi karena kamu mengalami hal seperti itu dan begitu juga dengan anak Wiwik yang juga kurang tertarik dengan masalah percintaan karena asik dengan dunia kerjanya “
“ Apa kalau aku menolaknya semua akan tetap sama seperti ini bu? “
“ Tentu, tentu saja tidak akan ada yang berubah semua sama karena kita saling menghargai keputusan masing – masing pihak “
“Entahlah bu aku masih bingung dengan semua ini, kasih aku waktu untuk memikirkan semua ini “
Sepanjang perjalanan penjelasan ibu selalu terekam jelas di telinga ku, mereka sangat menghargai aku tidak menuntut apapun selain kebahagiaan namun hal sekecil itu pun aku tidak bisa mewujutkanya, anak macam apa aku ini.
==#==
Masalah demi masalah bermunculan seperti berlomba – lomba menempati peringkat di kepala ku, untuk meminta perhatian lebih dari aku. Semua aktivitas di café tidak sedikit pun mengusik ku seakan tahu dengan apa yang sedang aku rasakan mereka lebih baik mengerjakan sendiri apa tugas mereka dari pada mengganggu ku.
Semua sudah berakhir buat ku, orang yang paling aku cintai sudah memutuskan untuk meninggalkan ku demi wanita yang sedang nyidam itu entah anak siapa itu pun tidak jelas karena selama ini aku tahu pasti Awan tidak akan mungkin berani melakukan hal sampai sejauh itu. Namun demikian Awan mau bertanggung jawab itu berarti dia lebih memilih cewek itu dari pada aku, itu yang lebih menyakitkan sebenarnya. Hilang semua cinta yang selama hampir lima tahun yang kita jalani seakan tidak pernah terjadi apa – apa sekarang, dimana janji – janjinya untuk menjadikan ku seorang istri yang akan membuat iri semua istri didunia ini. Mana janji masa depan yang bahagia dan abadi, semua bohong dan hanya membuat ku semakin muak pada nya.
Menikah dengan siapa pun saat ini sudah tidak penting lagi buat ku, entah aku masih bisa merasakan kebahagiaan lagi atau tidak, yang pasti aku akan menjalani sisa hidup ini dengan mati rasa.
==#==
Di luar dugaan kebahagiaan langsung tersirat di raut wajah ke dua orang tua ku, sudah lama aku tidak melihat kebahagiaan yang mereka tunjukan seperti saat ini. Mau tidak mau membuat ku ikut tersenyum walau getir sakit rasanya, bertentangan dengan kata hati ku yang sedang terluka dengan kekecewaan yang amat sangat menyakitkan. Namun saat ini hanya ini yang bisa aku lakukan demi kedua orang tua ku, kebahagiaan ku sudah tidak penting lagi buat ku muali saat ini.
