Part ini aku buat agar kalian yang membaca tidak bingung dengan kelanjutan cerita yang masih dalam proses entah kapan selesai keterbatasan waktu dan ide membuat ku harus benar - benar berjuang untuk menyelesaikanya. Semoga tidak mengecewakan kalian semua.
Happy Reading
++++++++
Tepat tiga bulan sekali lagi aku menyandang julukan baru yaitu ibu, kadang aku masih tidak menyangka akhirnya aku sampai pada titik kehidupan ini dimana aku menjadi seorang ibu, padahal menjadi seorang istri aja masih banyak kekurangan tapi ini lah kehidupan tidak akan ada yang bisa menjalaninya secara instan tanpa adanya pembelajaran praktek langsung. Menjadi seorang ibu tidak kalah berat dibanding menjadi seorang istri, menurut ku dua - duanya sama - sama berat tetapi semua yang terasa berat itu akan hilang dengan sendirinya disaat aku sekarang ini.
Duduk di tempat tidur dengan menyusui anak ku sendiri dengan sangat semangat dan ditemani seorang yang sangat bisa menerima aku apa adanya tanpa menuntut ku macam - macam dia selalu ada disamping ku, dia selalu melengkapi ke kurangan ku, dia yang selalu setia menemani ku bangun di malam hari ketika Vindra terbangun menangis dan dia juga yang selalu menyiapkan sarapan disaat aku belum bisa melakukan tugas - tugas ku pasca melahirkan. Kurang bersyukur apa aku sudah mendapatkan semua itu. Walaupun keluarga ku ini masih jauh dari kata sempurna tetapi aku sudah sangat merasa cukup bahagia memiliki kehidupan ini dan ada mereka yang selalu menyayangi ku keluarga selalu didalam kehidupan ku. Tanpa sadar cairan hangat mengalir dari sudut mata ku dan sebuah kehangatan menghapusnya ya aku tahu itu adalah bibir Indra yang mengecup kedua mata ku secara bergantian.
" Hay kenapa menangis? " tanyanya penuh dengan kelembutan, yang membuat air mata ku semakin deras mengalirnya. " jangan nangis donk nanti Vindra ikut sedih sayang " akhirnya aku menahan air mata ku sekuat tenaga dan mencoba tersenyum untuk suami dan anak ku.
" Gitu donk, kamu lebih cantik kalau tersenyum " Kali ini aku bener - bener tersenyum, sejak aku melahirkan Indra yang tadinya jarang banget nggombalin aku sekarang jadi sering bahkan rajin melakukan itu dan aku justru ngeri mendengarnya.
" Kamu gak kerja, ini udah siang sana siap - siap nanti terlambat "
" Aku masih mau sama kalian, kerjanya dirumah aja lah " ucapnya manja
" Mana boleh begitu, sana jangan malas kalau sampai dipecat terus kita mau dikasih makan apa? " ucap ku bercanda tapi tidak sepenuhnya bercanda.
" Iyah, sayang aku juga pengen kaya dede donk " Maksudnya? aku gak ngerti apa maksud dia dan saat melihat senyumanya yang penuh arti sekarang aku tahu apa maksud dia, ku lemparkan kuling ke arahnya.
" Indraaaaa....... udah mandi sana biar pikiran kamu gak mesum terus " kata ku sambil menahan perasaan antara marah dan malu.
Indra langsung masuk kamar mandi dan dari dalam kamar mandi terdengar ketawanya yang menggambarkan kepuasan berhasil menggoda ku, dasar suami gila. Bisa - bisa nya berfikir begitu saat ada anaknya sendiri, jangan sampai kamu nurunin sifat papa kamu itu ya sayang harapa ku dalam hati.
Setelah menidurkan Vindra yang sudah tertidur lagi, segera aku menyiapkan keperluan papanya mereka berdua sama - sama bayi bedanya kalau Vindra bayi kecil yang sangat ngegemesin kalau Indra hmmm bayi besar yang manja, tapi aku suka. Masalah baju aja harus aku yang memilihkanya alasanya aku selalu bisa memadukan waran dengan baik padahal aku tahu maksud dia, dia hanya mencari perhatian ku dasar Indra.
Sarapan sudah siap dimeja makan, semenjak aku melahirkan kita berdua sepakat memakai jasa pembantu untuk membantu ku mengurusi rumah awalnya sih rencananya sampai aku bisa mengurusnya sendiri tapi entahlah semakin kesini aku semakin nyaman dengan kehadiran Bi Yuyun dia sangat menyayangi Vindra dan menganggap ku sebagai seorang anak sendiri.
