Peristiwa itu terjadi berulang kali, akhirnya aku menyadari kalau sebenarnya selama ini Indra menghindari ku terbukti dari beberapa malam ini dia tidak pernah pulang dan tidur dirumah, namun tidak ada sedikit pun ketakutan ku kalau Indra memiliki perempuan lain. Tapi aku sangat penasaran kemana dia selama ini. Sejak sore aku sudah meminum kopi dengan sengaja, walaupun sebenarnya aku kurang bisa meminum kopi karena pasti akan berakhir dengan sakit perut namun ini jalan satu – satunya untuk tetap membuka mata dan menunggu Indra datang.
Penantian ku akhirnya tidak sia – sia mata ku yang sudah nyaris merapat seketika terjaga lagi saat mendengar suara mobil Indra masuk garasi dan beberapa menit kemudian suara pintu yang dibuka didalam kegelapan sosok Indra tetap terlihat jelas dimata ku. Langkah Indra terhenti saat melihat ku dimeja makan diterangi lampu yang redup dia tidak menghampiri ku dan langsung menuju kamar sedangkan aku masih terduduk tidak menyangka dugaan ku benar.
Indra akhirnya keluar dari kamar dengan membawa beberapa berkas pekerjaanya dan kembali berlalu didepan ku, kali ini aku benar – benar tidak bisa menahan diri untuk hanya diam dan membiarkan dia pergi.
“ Aku istri kamu, jadi aku berhak untuk tahu kemana kamu pergi “ ucap ku dengan suara gemetar dan langkah Indra seketika berhenti tanpa menghadap ke arah ku.
Beberapa saat hanya keheningan yang ada tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari kita berdua sampai akhirnya dia berbalik menghadap ku.
“ Aku dirumah Evan banyak pekerjaan yang harus segera kita selesaikan “
“ Benarkah karena pelerjaan? Atau kamu memang sedang menjauhi ku? “
“ Kalau semua udah selesai aku pasti pulang “ jawab Indra dengan acuh dan melanjutkan langkahnya dan hilang dari balik pintu.Kali ini aku yang diam tak bisa berbuat apa - apa sudut mata ku sudah tergenangi air mata beruntung lampu tidak dinyalakan jadi aku bisa menangis tanpa harus menahanya. Akhirnya Indra pergi, ya benar – benar pergi kini hanya aku sendirian dirumah tidak aka nada yang bisa mendengar ku menangis sekencang apapun itu.
==#==
Rasa mual langsung menyerang ku saat aku mencium bau air hujan yang turun dengan derasnya pagi ini. Aku langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan apa saja yang bisa aku muntahkan karena sejak pagi kemarin tak ada satu pun makanan yang bisa aku telan selain kopi semalam. Dan ini pasti gara – gara kopi yang aku minum semalam membuat ku mual pagi – pagi begini. Aku kembali ke kamar setelah membersihkan diri dari bau muntahan ku sendiri, kenapa harus seperti ini disaat aku sendiriaan dirumah. Air mata yang sudah kering bekasnya dipipi ku akhirnya dibasahi lagi, kenyataan kalau aku sekarang sendirian dirumah membuat sedih perasaan ku.
Ingin sekali aku masuk lagi dalam selimut tempat tidur dan menarik selimut tinggi – tinggi sepertinya itu akan nikmat banget, tapi semua menjadi tidak nikmat karena teringat janji ku dengan Zaza untuk menemaninya menyebar undangan ke pada teman – teman dekat kita berdua saat kuliah dulu.
Berada diruangan bawah mengingatkan ku akan kejadian malam tadi, baru kali ini aku diperlakukan seperti ini oleh suami ku sendiri. Tapi tidak mungkin aku menangis saat ini, aku segera meninggalkan rumah dan langsung menuju rumah Zaza. Rasa mual ku akhirnya sedikit mereda setelah meminum obat yang aku sediakan untuk sakit perut seperti ini.
Sudah lama rasanya aku tidak bertemu dengan Zaza dan miminya, mereka terlihat sangat bahagia, Zaza selalu berseri – seri setiap aku tanyai perihal persiapan pernikahannya.
“ Vio kok kamu pucet banget sih, kamu sakit ya? “ Mimi Uki sangat menyayangi ku seperti anak sendiri.
“ Ahhh masa sih Mi, gak kok Mimi bisa aja, hemmm ya iya lah aku berdiri ditengah – tengah orang yang lagi bahagia gini pasti aku yang keliatan paling pucet disini mah “
“ Bisa aja loe, ya udah Mi Zaza pergi dulu ya keburu siang panas dijalan “
“ Ya udah hati – hati ya kalaian “ kita berpamitan dan langsung pergi dengan mobil ku.