Kali ini aku masukin lagu yang entah gimana aku rasa cocok mengibaratkan cerita ini. Salah satu lagu andalan ku juga sih. Semoga sesuai dengan para readers.... maaf kalo masih banyak kekurangan namanya juga lagi belajar hehehehe....
<3 love <3
Cuaca yang tidak bersahabat akhir – akhir ini sangat tidak menentu kadang disiang hari yang panas tiba – tiba disore hari hujan turun dengan derasnya dan sebaliknya. Musim pancaroba seperti ini sangat rawan dan muda lh sekali penyakit hinggap dihubuh manusia yang kondisinya tidak sehat.
Melihat Indra yang harus tetap berangkat bekerja seperti biasanya, walaupun hujan turun dengan derasnya sekali pun. Bersyukur karena aku bekerja ditempat yang aku miliki sendiri, jadi tidak harus berangtak tepat waktu dan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Aku masih terbaring malas di tempat tidur sudah ada coklat panas seperti biasa di meja samping aku tidur, melihat hal ini setiap aku membuka mata membuat ku tersenyum setiap membuka mata pula. Mata ku langsung tertuju kearah pintu saat melihat Indra sudah rapi dengan kemeja, aku bangun mengamati Indra yang sedang mencari sesuatu aku langusng bangun dan membuka laci mengambil sebuah dasi dan memberikan pada Indra.
“ Kok loe tahu sih kalau gue lagi nyari dasi “
“ Dasar pikun “ aku mengambil dasi itu lagi dan memakaikanya di kerah kemeja Indra, Indra hanya terdiam mematung tatapanya langsung kemata ku, aku menghindari tatapan itu dan kembali ke atas tempat tidur.
“ Terima kasih “ ucap Indra
“ Sama – sama makasih juga buat coklat panasnya “
Indra terlihat sedikit pucat, sejak malam itu aku tidak berani terlalu lama melihatnya sampai saat ini aku masih tidak mengerti kenapa aku menjadi seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi pada ku.
“ Ada yang loe pikirin? “ tanya Indra sambil menyunyah sarapan.
“ Ahh gak kok “ akhirnya aku bisa melihat kalau apa yang aku lihat memang benar Indra terlihat pucat
“ Apa loe sakit? Loe kelihtan pucat “
“ Hemm gak kok cuma kurang tidur aja. Gue gak apa – apa kok “
“ Lagian emangnya gak ada yang bisa bantuin pekerjaan loe? loe pasti kecapekan harus bekerja keras sendiri seperti itu “
“ Gue gak apa – apa Vio, gue udah biasa bekerja seperti ini “
“ Ya tapi kan tetep aja loe harus ngerjain semua pekerjaan loe, tanpa ada yang bantuin loe? Kemana si Evan bukanya dia patner kerja loe? “ Indra hanya tersenyum mengamati aku yang sedang berbicara dengan hampir bisa dibilang emosi.
“ Evan itu bukan bawahan gue, dia juga punya tanggung jawab sendiri, loe tenang aja gue gak apa – apa kok “ ucap Indra masih dengan senyum senyum.
“ Gak ada yang lucu gak usah senyum – senyum “ ucap ku benar – benar emosi sekarang.
Entah setan mana yang merasuki ku, seketika emosi ku kalo anak muda bilang sih emos tingkat dewa, mata ku pun udah memanas dan siap kapanpun siap meleleh. Kali ini Indra gak membalas kata –kata ku dia hanya mengusap – usap jari tangan ku yang ada diatas meja seperti sedang menenagkan orang yang sedang emosi dan itu berhasil menenangkan ku. Semoga apa yang dikatakan Indra benar, dia akan baik – baik aja dan aku tidak perlu cemas. Tapi sejak kapan aku mencemasaknya dan mengkwatirkanya? Ya ampun sebenarnya apa yang terjadi pada ku.
==#==
Sore hari Vio’s Café masih terlihat sepi, anak buah ku juga saling asik sendiri sedangkana aku hanya duduk dan bengong entah apa yang sebenarnya aku pikirkan. Banyak pikiran yang mengganggu pikiran ku akhir – akhir ini, namun tidak ada yang bisa keluar dari mulut ku untuk menceritakan semua yang mengganggu pikiran.
