Epilog ini aku dedikasikan untuk @eviphania yang menemukan cerita ku pertama kali dan memeberikan vote beserta komentarnya, dari dia aku jadi bersemangat kembali meneruskan cerita ini, terima kasih maaf ya kalau semakin kesini ceritanya tidak menarik lagi. dan buat @dhi_saito yang selalu rajin memberikan komentar danmasukan untuk cerita ini, thanks semoga endingnya tidak mengecewakan. Buat semua yang udah kasih vote dan komentar yang gak bisa aku sebutin satu - satu makasih banget banget banget dah semoga hasil akhirnya tidak terlalu mengecewakan.
Happy Reading Guys
===#===
Seperti pagi - pagi sebelumnya Indra selalu bangun lebih dulu dari pada aku, membuatkan aku sarapan dan melakukan pekerjaan rumah yang ringan sebelum pembantu rumah tangga yang datang beberapa jam saja ke rumah. Semenjak kandungan ku memasuki usia sembilan bulan Indra mengajukan cuti dari kantornya sebenernya bukan benar - benar cuti menurut ku karena hampir setiap ada waktu dia selalu mengerjakan pekerjaanya dirumah, sambil menjaga ku saat aku tertidur lelap dia setia dengan pekerjaanya tanpa menduakan ku.
Aku membuka mata ku bertepatan pintu kamar ku yang terbuka, Indra masuk dengan membawa sarapan pagi kita karena awalnya dia hanya membawakan sarapan buat ku dan aku merasa gak adil kalau hanya aku yang sarapan sedangkan dia hanya menyaksikan dengan senyum yang justru membuat ku salah tingkah. Sejak acara ku mengambek dia kahirnya menuruti permintaan ku dia membawakan sarapanya juga ke kamar dan kita lebih sering sarapan dikamar karena kata dia gak tega ngeliat aku dengan susah payah turun ke ruang makan dengan kondisi perut besar seperti ini.
" Pagi sayang " Dia meletakan nampan isi sarapan dimeja dekat ku kerja dan kemudian mengecup kening dan bibir ku sekilas, itu juga salah satu ritual kita dipagi hari.
" Pagi, kamu pasti capek setiap pagi melakukan hal ini? " tanya ku dengan penuh rasa bersalah karenaa harusnya aku yang melakukan ini bukan dia.
" Kali ini biarin aku yang melayani kalian berdua ya? gak akan ada kata capek untuk kalian berdua " sembari mengelus - elus perut buncit ku dan mengecupnya membuat ku kegelian. " Hay jagoan kapan kamu lahir, ayah udah pengen banget ketemu sama kamu, gendong kamu dan ajak main kamu " Indra bersi keras kalau anak yang masih dalam kandungan ku itu cowok. kita sepakat tidak mau melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anak kita anggap aja buat kejutan.
Tiba - tiba perut ku merasakan lagi sesuatu yang aku rasakan sejak semalam, aku pikir itu hanya hal biasa yang sering orang hamil rasakan tapi kenapa semakin sering aku merasakanya.
" Ndra kok ada air yah? " tanya ku bingung dengan apa yang aku lihat dan rasakan.
" Ya ampon sayang, tenang Vi aku siapin mobil dulu kita harus langusung ke rumah sakit " Indra langsung menghilang dengan cepatnya.
Dia kembali kekamar dan langsung membopong ku tanpa memikirkan apapun, kalian tahu keadaan ku saat ini ya ampun aku sangat malu sebenarnya tapi Indra gak mengijinkan aku untuk sekedar memakai baju dalam ku, karena ulahnya seperti biasa setiap malam setelah dia harus puasa untuk beberapa saat sampai setelah aku melahirkan.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit aku selalu berpegangan erat dengan tanganya untuk menahan sakit yang tidak bisa digambarkan dengan kata - kata. Dia sesekali menyuruh ku untuk tarik nafas dan buang nafas, seperti dokter ajarkan setiap kita mengecek kandungan dia juga melakukan setiap ajaran dokter supaya tidak panik dan selalu siap siaga kapan pun aku merasakan hal aneh pada kandunan ku.
" Sabar ya sayang berntar lagi sampai kok, tahan yah " dengan ketenangan yang berbalut kepanikan dan ke kawatiran bercampur di suara Indra.
" Sakit Ndra, masih lama yah? " aku semakin menguatkan pegangan ku ditangan ku sampai kuku - kuku ku menancap di kulitnya, maaf ya Ndra.