°°°
"Assalamualaikum Aa', solatnya udah?"
"Waalaikumsalam Bunda, udah neh mau ngapaen emang?"
"Dih gitu amat."
Bunda masuk, terus duduk di kasur —samping gua— dia ngelus-ngelus punggung gua.
"Aa' baru bangun? Mau makan gak?"
"Tar aja Bun, Aa' masih kenyang."
"Oh yaudah," Bunda ngutak-atik HP, gua juga masih bacain chat dari Naya. Baca doang tapi kagak dibales. "Tadi Aya telfon Bunda." Kata Bunda.
Gua noleh, Bunda ngasih liat layar HP yang nunjukin history panggilan sama Naya. 34 menit.
Bentar ini kontak Naya namanya "Naya sayangnya bunda😘" terus kontak gua namanya cuma "Aa' ganteng".
Hadeuh ini anaknya siape sih????
Oke balik lagi.
Gua cuma ngangguk, "Naya juga chat Aa' tapi belum aa' bales." Kata gua.
"Kenapa heh???"
"Takut Bun."
"Takut kenapa emangnya Aya setan????"
"Bunda cicing heula Aa' mbung otel." (Bunda diem dulu Aa' gamau becanda).
Bunda malah ketawa, terus meluk gua dari samping. Dia ngelus pundak gua.
"Aa' marah sama Aya?"
Gua ngegeleng, terus ngelock HP.
"Terus? Kenapa chat Aya gak dibales? Aya tadi nangis masa A' pas nelfon Bunda. Katanya dia tahu Haechan marah dan dia takut."
Gua ketawa kecil denger cerita Bunda. Gua takut, Naya juga takut.
"Aa' gak marah Bun, cuma takut. Takut Naya mau pamit."
"Naya emang mau pamit. Emang Aa' gak bisa ya lepas Aya?"
"Bun," Gua ngeliat Bunda, terus..
"Allahu akbar anak Bunda kenapa nangis?????" Gua nangis.
Bangkeeeeee.
"Bun, Aa' gak mau jauh dari Naya, Aa' baru bentar sama Naya." Gua nangis tapi kagak kejer kok tenang cuma biar dada gua gak sesek-sesek amat aja.
Gak usah diketawain ya please.
Bunda akhirnya meluk gua, terus dia elus-elus rambut gua. Berasa bayi lagi nih gua nangis di leher bunda.
"Bunda ngerti kok A', bunda juga sedih Aya harus pergi buat berobat. Jauh lagi ke Berlin. Bunda tau apa yang Aa' pikirin, Bunda tau Aa' takut karena Bunda juga rasain itu. Aya udah kayak anak Bunda sendiri, Bunda sayang Aya dan Bunda yakin Aa' lebih sayang sama Aya."
Yaelah bun Aa' makin nangis ini mah.
Masalahnya muka polosnya Naya langsung kebayang.
"Tapi kan Aa' juga mau Aya sembuh, mau bisa bareng-bareng sama Aya entah sebagai temen atau prikitiwan." Ya Allah Bundanya siapa sih nih kok malah lawak. "Biarin Aya ke Berlin ya A'. Beban Aya sama penyakitnya tuh udah banyak, Aa' jangan nambah beban Aya lagi dengan cara bikin dia susah buat pergi. Lagian kalian kan masih bisa komunikasi. Sekarang ada whatsapp, line, skype, jangan norak deh malu-maluin Bunda aja."
Bunda lepas pelukannya, terus ngelap air mata gua.
Masya Allah jangan bilangin Naya ya gua nangis, malu.
"Tapi btw A', Bunda mah penasaran aja sih. Aa' sama Aya udah jadian belum sih?"
Gua ngegeleng.
"Hehhh???? Bunda kira udah pacaran?????"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You; Lee Haechan ✔
FanfictionHaechan, makasih banyak. - Highest rank : #18 in mark #6 in angst © favochan, 2018.