Chapter 4

6.7K 544 33
                                    

Yamanaka Ino memeluk tubuhnya dengan erat. Sungguh kemarin adalah hari terpanjang yang di lalui dengan sahabat karibnya, Hinata.

Kemarin mereka berdua di ikat dengan amat sangat kencang lalu mereka di kunci di gudang dimana sebelum pergi kedua pemuda yang mengikat mereka menyambuk dirinya dan Hinata di sekujur tubuh. Hal yang membuat kulit mulus tanpa cacat itu kini di hiasi dengan lebam-lebam yang sangat banyak di tubuh mungilnya. Untung saja petugas yang berjaga menemukan tubuh lemah mereka berdua lalu mengembalikan dirinya dan Hinata kekeluarganya.

Kedua orang tua Ino marah dengan apa yang menimpa anaknya dan akan menuntut orang yang membuat anak mereka menderita. Tapi setelah Ino mengatakan keluarga Uchiha mereka berdua diam dan hanya mengatakan padanya untuk tidak berurusan dengan klan yang sangat berkuasa itu.

Yamanaka bukan klan yang di pandang rendah, klan mereka termasuk klan yang cukup di segani di jepang tapi tetap saja Uchiha lebih unggul dari segalanya. Klan yang memang sedari dulu di segani di hampir seluruh dunia.

Ino kembali menghela nafas berat, teringat olehnya tatapan benci, jijik yang di layangkan pemuda pujaannya itu pada dirinya. Bagaimana Ino sangat sakit hati melihat kedekatan Sasuke dengan gadis bisu itu.

Tangan itu mengepal erat hingga memutih tatapan benci dari aquamarine itu terlihat jelas, "jika aku tidak mendapatkannya, maka kau juga tidak akan, sialan"
.
.
.
Hal yang lebih parah di terima oleh Hinata, kini dia di kurung oleh sang ayah karena berani-beraninya mengusik seorang Uchiha. Hinata menangis kembali, dia bukannya di beri sebuah perhatian tapi malah mendapatkan ancaman.

Ancaman yang sangat membuatnya kepikiran sampai-sampai otaknya akan meledak. Yah dirinya akan di usir jika sekali lagi membuat keributan dengan seorang Uchiha.

Hinata menundukan kepalanya. Ini semua gara-gara gadis bisu itu. Batinnya.
"Tunggu pembalasanku, Sakura"
.
.
.
Sakura sedari tadi tidak bisa menahan ketawanya. Wajah cantik itu semakin bersinar saat senyuman tak lepas dari wajah itu. Sakura mencoba menghentikan tawanya dengan menggigit bibir bawahnya erat.

Fugaku yang duduk di samping gadis merah muda itu ikut tersenyum dengan sesekali tangannya mengelus lembut rambut itu.
Onyxnya kembali melihat kedepan di mana saat ini sang Istri sedang menjewer sebelah telinga dari kedua putrannya.

Yah karena mereka hampir saja membakar dapur karena barsaing ingin membuat makanan untuk Sakura.

Kemampuan  memasak yang amat sangat amatir membuat keduanya menghancurkan dapur milik Nyonya Uchiha ini.

Dapur memang amat di jaga kebersihannya oleh sang ibu oleh karena itu membuat Mikoto sangat marah dengan apa yang di lakukan oeh kedua putranya.

"Kau lapar, nak?" Tanya Fugaku pada Sakura lembut.

Sakura menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum lebar kearah Fugaku.

"Kau yakin? Dari siang kau hanya makan kue dango yang di belikan Itachi tadi"

'Sebenarnya ya, aku agak lapar Otousan, tapi...'
Fugaku mengernyitkan alisnya "tapi?"
Sakura hanya cengengesan tanpa menjawab pertanyaan Fugaku.

"Kenapa? Kau ingin makan makanan luar?" Bisik Fugaku supaya tidak terdengar oleh ketiga anggota keluarga nya yang lain.

Sakura menggangguk semangat dan menatap Fugaku dengan raut meminta persetujuan.
Kepala keluarga yang memang amat sangat menyayangi gadis di depannya itu hanya menggangguk.

"Kau mau apa? Pizza?"

'Dan eskrim, ayah'

"Baiklah tapi hanya untuk kita berdua saja" dengan menaruh telunjuk di depan bibir, Fugaku menyuruh Sakura untuk diam dan hanya di ikuti oleh Sakura dengan menaruh juga telunjuknua di depan bibir yang tersenyum amat manis.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang