Chapter 23

2.8K 269 34
                                    

Di pojok ruangan yang sangat tak beraturan juga amat sangat gelap gulita ini, terlihat seorang pemuda yang meremas kepala ravennya erat, bingung dengan situasi yang di hadapinya kali ini.

Lebih membingungkan juga lebih menyakitkan.

Gadisnya tidak mau bersamanya lagi. Hal yang paling di takutkannya terjadi, dengan gadisnya lepas darinya. Selanjutnya apa yang harus ia lakukan? Apa harus seperti ini terus? Meratapi kebodohannya dan membiarkan gadisnya bersama orang lain?

Tidak!! Dia tidak boleh seperti ini terus, ia harus merebut kembali gadisnya, seberapa sulitnya ia pasti akan mengambil yang sudah menjadi miliknya sedari dulu.

Pemuda jangkung itu bangkit, berjalan ke arah kamar mandi, membasuh muka yang sangat acak-acakan itu, menatap pantulan dirinya lalu berkata "Kau akan kembali padaku, Cherry"

Oh tentu saja dia akan bermain cantik.

.
.
.

Sakura membanting tubuhnya ke ranjang empuk itu, lalu menutup wajahnya dengan bantal, tak terasa air mata keluar begitu saja dari mata emeraldnya.

Kenapa harus seperti ini? Kenapa dirinya selalu memikirkan tatapan menyedihkan dari kekasih aaah mantan kekasihnya itu? Rasanya sangat sesak dan menyakitkan. Hidup bersama bertahun-tahun bersama Sasuke, membuat Sakura tahu bahwa itu kali pertamanya mantan kekasihnya terlihat sangat menyedihkan.

Apa sebegitu sedihnya kah Sasuke saat melihat dia bersama dengan yang lain? Sungguh ini sangat menyakitkan, entah apa yang harus di lakukannya tetapi yang jelas dia harus mulai sedikit demi sedikit untuk melupakan kenangan dengan Uchiha bungsu itu.

Suara pintu kamar terdengar membuat pemiliknya berpura-pura tidur untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sudah pasti di lontarkan jika mengetahui apa yang terjadi padanya saat ini.

Sasori menghela nafas, dia tahu jika adiknya ini sedang menangis juga berpura-pura tidur. Tubuh kekar itu di baringkan tepat di samping sang adik yang saat ini wajahnya tertutup oleh sebuah bantal.
Tangan besarnya menyingkar bantal itu membuat gadis pemilik mata emerald secara reflek membuka matanya terkejut.

Dengan gerakan selembut mungkin, Sasori membuat posisi sang adik menghadap dirinya masih dengan posisi tidur mereka.

Tangan kekar itu menghapus jejak-jejak air mata yang masih terlihat jelas, dengan senyum lembut juga nada suara yang merdu Sasori berucap, "Aku tahu ini sangat menyakitkan untukmu, mungkin kata 'menyakitkan' saja tidak mewakili apa yang kau rasakan saat ini, tapi dengan semua yang terjadi, dengan semua yang kau rasakan, dengan semua yang kau alami, itu merupakan suatu hal yang akan membuatmu menjadi lebih baik, membuatmu menjadi lebih kuat. Jangan terus berfikir semua ini buruk, ingat dengan adanya hal seperti ini kau kembali pada keluargamu, keluarga yang sesungguhnya, yang selalu mencari mu yang selalu mengkhawatirkan mu. Sakuraa... Aku mohon jangan terus seperti ini, menangisi lelaki yang sudah membuatmu sakit. Kami semua tahu setiap malam menangis di balik bantal, sakit.., sangat sakit rasanya saat melihat kau seperti itu. Maaf kau merasakan hal seperti itu karenaku, karena aku dulu tidak becus menjagamu, hingga kau hilang dan tidak di temukan, ini semua salahku. Maaf maaf maaf" dengan derasnya air mata itu mengalir dari hazelnya, tangan yang sedari tadi mengusap pipi adiknya kini bergetar, menandakan bahwa dia sungguh menyesal.

Sakura yang mendengar dan melihat kakaknya yang menangis segera memeluk tubuh tegap itu erat, Sasori membalas pelukannya tak kalah erat, dia terus menangis di bahu mungil adiknya.

Tangan Sakura sesekali mengusap punggung Sasori mencoba menenangkan sang kakak yang masih saja menangis tanpa suara.

Tanpa mereka sadari bahwa Seiji dan Saika mendengar dan melihat apa yang terjadi, hal itu membuat mereka berdua tidak kuasa menahan rasa sedih dan haru dalam diri mereka, Seiji menutup pintu kamar anak gadisnya pelan, kemudian membawa Saika yang sudah mengeluarkan air mata itu untuk pergi menjauh dari kamar Sakura.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang