Sasori membantingkan tubuhnya ke ranjang. Cukup melelahkan mempunyai dua pekerjaan yang berbeda.
Matanya terpejam menyembunyikan hazel indah itu. Pikirannya kembali menerawang ke beberapa lalu tadi di mana dia bisa melihat imoutonya. Senyuman lembut kembali hadir di bibir pemuda manis itu.Aku ingin memelukmu, Saki. Seperti dulu.
Tok tok tok
Suara ketukan ringan membuyarkan pikirannya. Dengan agak malas dia bangkit dan membuka pintu.
"Maaf Sasori-sama, di bawah sudah ada tuan dan nyonya yang sedang menunggu anda" ucap sang pelayan.
Tanpa membalas pemuda merah itu keluar lalu segera menuruni tangga.
"Saso-niichaaaan" suara cempreng dari bocah 5 tahun seketika membuat gendang telinganya berdengung.
"Tidak perlu berteriak, bocah"
Sasori tidak memperdulikan Seiya-namabocahtadi- yang sudah menekuk wajahnya, dia mendudukan diri di depan sepasang suami istri.
"Tidak biasanya tousan kesini. Ada apa?" Tipikal seorang Sasori yang sangat anti basa-basi.
Seiji tersenyum simpul dengan penuturan anak sulungnya ini, "seperti biasa, kau tidak suka basa-basi, Sasori" ucapan sang ayah hanya di tanggapi oleh rotasi matanya.
"Langsung pada intinya saja tousan, aku lelah" mata hazelnya melirik Seiya yang duduk di sampingnya, dengan sebelah tangan dia mengusap rambut merah sang adik.
"Kami kesini hanya ingin menanyakan dia, nak" ucap Saika.
Sasori melirik pada sang Ibu yang menatap dirinya penuh dengan rasa ingin tahu.
Sasori tersenyum "dia baik-baik saja, Kaasan. Sebentar" pemuda itu mengeluarkan ponsel nya, mengotak-atik sebentar lalu menyerahkannya pada sang ibu.
"Itu dia Kaasan. Dia cantik sepertimu"
Saika tidak bisa menahan air matanya saat melihat bagaimana sang putri.
"Dia cantik sekali" gumamnya penuh haru.
Seiji merangkul bahu istrinya, mengusap pelan. Sama dengan sang istri, dia pun begitu terharu melihat bagaimana sang putri sudah tumbuh dengan baik.
"Mana mana mana, aku mau lihat Oneechan" Seiya berjinjit ingin melihat bagaimana wajah kakak perempuannya.
"Oneechan sangat cantik, rambutnya seperti Kaachan, merah muda" ucap Seiya dengan senyuman lebar dan terlihat jelas binar-binar di mata hijaunya.
Sasori juga ikut terharu, pencariannya selama ini tidak sia-sia. Dia bisa membawa berita yang sangat membahagiakan untuk keluarganya.
"Tapi kenapa tidak di ajak kesini, Oniichan?" Tanya Seiya.
"Bukan waktunya, Sei"
"Tapi kan akuu ingin bertemu dengan Oneechan" kata Seiya dengan nada sedih. Matanya berkaca-kaca.
Sasori mengangkat bocah itu kepangkuannya, "Sei sayang Oneechan kan?" Bocah itu seketika mengangguk.
"Maka dari itu, tunggu sebentar lagi yah. Kasian Oneechan jika kita langsung membawanya. Sei tidak mau kan Oneechan sakit?"Bocah merah itu menggelengkan kepalanya, "Kalau begitu, Sei harus menunggu sebentar lagi yah"
Kedua ibu jari Sasori mengusap pipi basah sang adik lembut.
"Ha'i, Sei akan menunggu Oniichan supaya Oneechan tidak sakit" air mata itu berhenti mengalir. Sei menghapus sisa sisa air matanya yang masih menempel lalu tersenyum ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl
FanfictionHanya sebuah cerita seorang pemuda yang sangat mencintai gadisnya . . . Baca aja dah😂 gak bisa buat summary🤣🤣