Hujan turun dengan derasnya menempa mobil sedan kuning Ollie yang terjebak kemacetan. Di dalam, Langit kedinginan, ia mengambil jaket, matanya tanpa sengaja melihat krayon milik Avodyie yang terbawa olehnya.
Langit menoleh ke arah Ollie. "Mah."
Ollie mendecak ke arah motor yang melaju hingga jendela mobilnya terkena banjuran air hujan. Ollie kemudian menengok ke arah Langit dengan senyum menenangkan.
"Kenapa, Lang?" tanya Ollie.
Langit melihat tangannya sendiri sebelum membalas tatapan Mamah. "Mamah, tadi Av cerita sama Langit, pas Mamah beresin kerjaannya Onti Nagi."
Ollie mengingat dirinya mengurus dan menyortir berkas-berkas milik Nagita ketika temannya itu sedang wawancara bersama Afgan. Saat itu, Langit dan Av sedang ada di halaman belakang, main mobil-mobilannya Langit.
"O'iya. Av cerita apa tuh?"
Mobil di depannya bergerak. Ollie ikut maju.
"Katanya Onti Nagi bukan ibu kandungnya."
Ollie menginjak gas terlalu banyak. Wajahnya penuh keterkejutan nyata. Mobilnya menabrak mobil di depan, menimbulkan lebih banyak kemacetan. Pengemudi mobil depan beringsut ke arahnya, mengetuk-ngetuk keras jendela Ollie.
Terpaksa, Ollie menurunkan jendela mobil. Membiarkan bulir air hujan menciprat ke dalam ruangan.
Habis Ollie dimaki-maki dengan akhirnya Ollie menyerahkan KTP dan STNK sebagai jaminan.
Ollie menepikan mobil, mengambil handuk dari dashboard, dan mengusap sisi wajahnya yang terkena cipratan air.
Ollie menarik membuang napas seperti yang dianjurkan oleh video-video di YouTube.
Kemudian, Ollie menatap Langit sungguh-sungguh.
"Iya, Onti Nagi memang bukan ibu kandung Av," ucap Ollie tegas. "Tapi menurut Langit, kalo Onti Nagi memang ibu kandung Av, apakah Onti Nagi bakal lebih sayang ke Av, atau sayangnya sama kayak sekarang?"
Langit mengernyitkan alisnya, berpikir keras. Kemudian dia menggeleng ragu. "Mungkin..., lebih sayang?"
"Ah, masaaa?" tanya Ollie dengan senyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Coba, diinget-inget lagi sama Langit. Pas Av kemarin sakit, siapa yang selalu jagain Av?"
"Onti Nagi."
"Siapa yang nganter jemput Av ke mana pun tempat yang Av mau?"
"Onti... Nagi."
"Yang bela-belain temenin Av ke Kidzania?"
"Onti Nagi."
"Yang jatuh sakit gara-gara kecapean ngurus Av?"
"Onti... Nagi? Eh, Mamah juga pernah sakit gara-gara ngurus Langit!"
"Iya, Sayang. Semua ibu, mau dia membesarkan anak kandung atau bukan, kalau hatinya sayang, tetap sayangnya akan sama besar."
Langit mengangguk-angguk mengerti. Kemudian, mobil kembali berjalan dengan diisi keheningan, sementara anak kecil dan ibunya sama-sama memiliki pikiran yang penuh. Langit memikirkan Avodyie, Ollie memikirkan Nagita.
Sesampai di rumah, Langit menjatuhkan badan ke sofa ruang keluarga, seperti yang biasa ia lakukan sebelum membilas diri. Sementara Ollie melihat ke arah Langit, kemudian perlahan menuju kamar, mengunci pintu.
Ollie menarik dan membuang napas. Setelah dirasa dirinya sudah tenang, Ollie pun mengambil ponsel dan membuka layarnya. Tak berapa lama, Ollie menempelkan ponselnya ke telinga kanan.
"Nagita? KIta harus bicara. Penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
di atas langit biru
General FictionNagita ingin mengakhiri hidupnya ketika Avodyie hadir di depan pintu rumah dalam keranjang merah dan secarik pesan dari Sang Ibu untuk menjaga bayinya. Nagita memutuskan untuk mengemban tugas itu, tugas terakhir sebelum dirinya benar-benar mengakhi...