29

21.1K 3.1K 97
                                    

Afgan menghela napas lega melihat pintu rumah Nagita membuka, menampilkan Nagita dengan kaus krem dan celana kulot salur. Afgan mengikuti Nagita yang naik ke dalam mobil volvo.

"Git...."

"Ngomongnya nanti," Nagita membetulkan spion tengah. "Gue harus ambil anak gue."

Mata Afgan berkaca-kaca melihat apa yang barusan Nagita sampaikan. Di perjalanan, Nagita fokus menyetir dengan kecepatan lebih dari 150km/jam. Afgan sudah komat-kamit membaca do'a sepanjang perjalanan.

Sesampainya di bandara, Nagita langsung memarkirkan mobilnya di area P2. Dengan langkah cepat dan mantap, Nagita menuju lokasi yang sudah Ollie beritahu.

Napas Nagita menderu. Langkahnya terhenti ketika matanya melihat rambut panjang bergelombang itu. Nagita meneguhkan hatinya ketika dia berjalan menghampirinya.

Sesampainya, Nagita langsung menggendong Avodyie bahkan sebelum Lilian menyadari kehadirannya.

"Gita?" tanya Lilian kaget.

"Gue mau ambil anak gue," tandas Nagita.

Avodyie melihat Bunda dengan tatapan tak percaya. Air mata meluruh begitu saja di wajah Avodyie. Perlahan, Avodyie memeluk leher Bunda. Bunda ada di sini, bersamanya, baik-baik saja. Terima kasih, Tuhan, sudah mengabulkan permintaan Avodyie.

Ekspresi Lilian berubah lega. Lilian perlahan merangkul Nagita dan memeluknya dalam pelukan canggung. "Makasih, Git," ucap Lilian setelah dirinya menjauh.

"Maksud lo?"

"Sebelum gue dan Ganiva ke Jepang, gue cuma ingin lo tahu fakta sebenernya. Maafin gue selama ini. Gue udah banyak lukain lo," tutur Lilian. "Gue cuma berharap..., lo bisa dapet closure dari semua ini. Gak ada niat gue untuk rebut Avodyie dari lo."

"Kayak dulu lo rebut Geo?" tanya Nagita sarkastik.

"Git, gue minta maaf."

"Gue udah maafin lo dari jauh hari, Li. Tapi gue gak bisa lupa," balas Nagita. "Pilihannya cuma dua. Menerima lo dengan konsekuensi gue kembali sakit hati, atau menjauh dari lo untuk selamanya."

Lilian berusaha menahan rasa pahit itu dalam-dalam. "Gue ngerti," matanya kemudian mengarah pada Avodyie, anak pertamanya. "Jaga Av ya, Git."

Lilian membalik badan, membawa kopernya dan menarik tangan Ganiva untuk pergi. Sebelumnya, dia juga berpamitan pada Ollie dan Afgan. Ketika Lilian benar-benar ingin pergi, Nagita memanggilnya.

"Makasih, Li!" seru Nagita. Lilian menoleh. Menunggu apa maksud kalimat Nagita. "Gue gak akan ada di sini kalau lo gak ngetuk pintu rumah gue untuk nitip Avodyie waktu itu."

Mata Lilian melebar. Tangis yang berusaha ia tahan, kini kembali luruh. Dia mengangguk perlahan. "Until we meet again, Git."

Nagita, Afgan, dan Ollie hanya berdiri diam sampai figur Lilian dan Ganiva menghilang. Kemudian, Nagita menatap manik mata Avodyie yang berada dalam gendongannya. Nagita tersenyum seraya menghapus air mata yang tersisa di sekitar pipi anaknya.

"Maafin Bunda," bisik Nagita lirih.

Avodyie yang bisa membaca gerakan bibir Bunda, hanya bisa mengangguk. Kemudian tangannya bergerak, "Avodyie udah bahagia, kalau Bunda gak apa-apa."

Kini, giliran Nagita yang tidak bisa menahan air matanya. Membuat tangan mungil Avodyie menyeka air mata tersebut. Seraya melakukannya, Avodyie berkata dengan gerak bibirnya, "Bunda cengeng."

Nagita tertawa.

Takdir di atas langit biru kini tersenyum.

di atas langit biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang