18

15.9K 3.1K 79
                                    

NAGITA memasukkan loyang ke dalam oven, menutup pintunya, kemudian mengatur derajat suhu yang diinginkan agar kue tersebut matang dengan sempurna. Kemudian, Nagita menoleh pada Avodyie yang sudah santai-santai di depan televisi dengan sekaleng biskuit kesukaannya.

Nagita mematikan televisi yang menimbulkan protes di wajah Avodyie. "Sekarang memang hari Minggu. Tapi Tante Ollie udah janji mau dateng jam sembilan. Avodyie mandi, ya," gerak tangan Nagita.

Avodyie menoleh ke arah televisi kemudian ke arah Nagita. Melihat kegelisahan di wajah Avodyie, Nagita menghela napas dan menyalakan televisi. "Kalau Doraemon-nya udah habis, langsung mandi, ya," peringat Nagita.

Avodyie nyengir sambil mengacungkan jempolnya.

Nagita harus menyelesaikan chapter terbaru cerita horror-nya, maka dari itu dirinya mengambil laptop dari kamar dan menemani Avodyie menonton serial kartun Doraemon dari meja dapur. Mumpung sedang pagi juga, dan ditemani Avodyie, jadi Nagita tidak takut menulis cerita ini.

Nagita melihat jam di layar laptopnya, pukul delapan lewat empat lima. Itu artinya, sebentar lagi Ollie akan menagih cerita ini. Nagita melemaskan jemarinya yang sebentar lagi akan olahraga di atas papan ketik. Tepat ketika Nagita menghasilkan satu kata, bel rumah berdering. Nagita sedikit panik ketika berjalan ke arah pintu.

"Mandi," peringat Nagita pada Avodyie saat dirinya melintasi ruang keluarga. Yang dibalas Avodyie dengan cemberut dan segera ke arah kamar untuk mengambil handuk.

Nagita membuka pintu rumah, namun tidak ada siapa-siapa.

Sejenak, Nagita hanya berdiri kaku di sana, melihat ke bawah dengan perlahan, dan saat itu juga, jantungnya seperti jatuh ke bumi. Kotak yang sama. Kotak dari orangtua kandung Avodyie.

Nagita mengambilnya dengan gerakan kasar, membuka isi kotak yang ternyata secarik kertas dan membacanya.

Aku bisa mengambilnya paksa. Tanpa kamu sadari kamu sudah kehilangannya.

Isi pesan tersebut membuat darah Nagita seolah mendidih. Tanpa mengenakan alas kaki, Nagita menuruni undakan tangga dan melihat ke segala arah. Namun nihil, suasana sangat sepi. Tidak ada satu pun orang yang bisa ditanya tentang terkait orang yang menaruh kotak ini. Kemungkinan orang-orang lebih memilih untuk berada di rumah mereka dibanding berjalan kaki di sekitaran komplek.

Nagita mendongak ke arah langit-langit terasnya. Sudah saatnya memasang CCTV tersembunyi.

Ketika Nagita hendak kembali ke dalam rumah untuk mengecek apakah Avodyie sudah selesai mandi, tiba-tiba suara klakson motor membuat langkah Nagita terhenti. Kedatangan Afgan membuat alis Nagita tertaut, namun Nagita tetap memasang senyum.

"Ada apa, ke sini pagi-pagi, Gan?" tanya Nagita menghampiri laki-laki berkemeja cokelat itu. Tunggu, t-shirt Nagita juga berwarna cokelat. Uh, memang kenapa kalau mereka memakai pakaian berwarna sama hari ini?

Sepersekian dari populasi bumi juga mungkin memakai warna yang sama seperti Nagita dan Afgan, tidak perlu dibesar-besarkan.

"Um..., sorry ganggu pagi-pagi, Git. Aku udah coba telepon kamu dari hari Jum'at, tapi kayaknya ponsel kamu mati, ya?"

"Ah, iya. Tiap Jum'at malem sampai Minggu malem, aku jarang buka hape. Pengin quality time sama Avodyie," jawab Nagita dengan menggaruk tengkuknya. Dia jadi tidak enak. Anak orang sampai harus datang ke rumahnya begini. "Masuk dulu, Gan. Ah, iya, maaf rumahnya berantakan. Habis bikin kue bareng Avodyie."

Afgan menaruh motornya dengan canggung di pelataran parkir, lalu mengikuti langkah Nagita. Ketika Afgan mencapai teras rumah, klakson mobil kini yang menghentikan langkah mereka berdua. Afgan dan Nagita lantas menoleh ke arah suara dan di sanalah Ollie berada, dengan kepala setengah ke luar dari jendela dan dengan cengiran super lebar yang Nagita tahu sarat akan makna.

Nagita memutar bola matanya dan menarik tangan Afgan untuk masuk ke dalam rumah. Afgan grogi karena tangannya digenggam Nagita, tapi serius Nagita tidak memikirkan apa-apa selain menjauh dari segala praduga ngaco Ollie.

Sementara Ollie berteriak dari arah mobil. "UDAH DAPET COWOK MAH GITU, TEMENNYA DIBUANG!"

Ollie baru bisa masuk rumah Nagita setelah lima belas menit berlalu. Itu pun dengan Afgan yang membujuk Nagita untuk membukakan pintu rumah.

di atas langit biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang