17

1.3K 126 4
                                    

"Oppa, kajima, kajimarayo. Ku mohon, maafkan aku... Oppaa.. Jangan tinggalkan aku.." (jangan pergi)

"Dia hanya menginginkanmu!"

"Aniyo, oppa, jebal.. Kajimaaa!! Oppa!!!" (kumohon, jangan pergi)

✌✌


Semilir angin yang berhembus dan berkolaborasi dengan pepohonan rindang itu, membuat malam ini terasa semakin mencekat. Gadis berkulit putih sedang duduk termenung di balkon kamarnya mengamati langit yang tak berbintang. Dengan di temani satu botol soju dan kue kering buatanya, oh dan jangan lupakan satu puntung rokok yang bertengger di mulut. Tubuhnya sedikit bergetar bersamaan dengan jatuhnya buliran air mata di pipi saat otak itu mengingatkan bahwa ini tahun ke tiga seseorang itu menghilang.

"Oppa, eodiga? Nan bogoshipoyo"
(Dimana? Aku merindukanmu)
Katanya dalam hati.

Merundukan wajahnya di antara kedua lutut yang dilipat. Terisak dengan keras, merutuki dirinya sendiri sebab dialah yang membuat orang itu pergi.

Satu tangan menepuk bahunya pelan, membuat gadis itu sedikit terkejut dan mendongakkan wajahnya.

"Ahjumaaa..." (bibi)

Tangisanya semakin kencang kala wanita paruh baya yang selalu mengurus rumahnya itu memeluknya erat, seraya mengusap punggung mungil  dan menyisihkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.

"Menangislah jika itu membuatmu merasa lebih baik."

"Ahjumaaaa.. Ini salahku! Aku bodoh! Kalau saja aku tidak memenangkan kompetisi itu, Dia tidak akan pergi! Kalau saja aku tidak mendapat peringkat, dia tidak akan pergi! Kalau saja aku bodoh dalam berbisnis, dia tidak akan pergi! Aku bodoh!! Ahjumma aku sangat bodoh!!.."

"Sssttt.., berhenti menyalahkan dirimu. Itu bukan salahmu, kau memang terlahir dengan bakat yang pandai. Itu anugrah dari Tuhan untukmu. Hm?"

"Tuhan tidak adil! Kenapa Tuhan tidak memberikan hal yang sama padanya! Kenapa hanya aku? Ahjumma waeyo?!!" (kenapa)

"Tuhan selalu adil dalam memberikan kelebihan pada setiap umatnya, mungkin bisnis bukanlah bakat yang Tuhan beri untuknya. Percayalah, dia pasti mempunyai bakatnya sendiri yang kita tidak tahu"

"Aku bahkan tidak tau dimana dia dan masih hidup atau tidak! Bagaimana kalau dia sudah tidak ada?"

"Hei, jangan bicara seperti itu. Selama kita belum tahu apa yang terjadi, teruslah berdoa kepada Tuhan agar dia selalu di beri keselamatan. Saya yakin, dia pasti sedang merindukanmu juga disana, sekarang berhentilah menangis dan temui temanmu di bawah. Ya?"

"Temanku?"

✌✌

Ketika Misoo melangkahkan kakinya di tangga, sorot matanya menangkap sesosok punggung namja yang ia kenali dengan pasti.

"Mau apa dia?"
Gumam Misoo sambil mengusap matanya agar tak terlihat dirinya sehabis menangis.

Namja itu menatap Misoo, saat mengetahui bahwa gadis itu hanya berjarak beberapa langkah dari dirinya.

"Hai?" katanya dengan senyuman manis.

"Mau apa kau?"

"Taukan kalau besok mata pelajaran Biologi? Dan kau taukan kalau aku sama sekali tidak paham dengan pelajaran yang satu ini?"

SERENDIPITY | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang