Semua orang berhak memilih pilihannya. Tidak ada yang tau siapa yang akan menjadi pilihan kita kelak. Terkadang Tuhan tidak menggariskan jalan yang kita inginkan. Tapi yakinlah bahwa Tuhan memilih jalan lain yang lebih baik.Misoo terbangun dari tidurnya. Ia masih mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Dia membeli bahan makanan. Dia menunggu. Menangis. Bir. Mabuk. Dan diantar pulang Hanbin.
Dia juga ingat bahwa Hanbin sempat membentaknya. Tapi setelah ia berpikir lagi, Untuk apa melakukan tindakan bodoh yang tidak ada gunanya. Hanya akan menyakiti dirinya sendiri, tapi tidak akan mengubah apapun. Huh!
Suara pintu kamar sedikit mengejutkannya. Namjoon memasuki kamar Misoo dengan membawa nampan yang berisi semangkuk sup dan susu.
"Apa kepalamu masih pening?" tanya Namjoon yang hanya di balas anggukan ringan oleh Misoo.
Setelah itu, Namjoon menyerahkan nampan pada Misoo. Misoo mulai memakan makanannya.
"Bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah. Hari ini pengumuman kelulusan kalian"
"Aku ingin segera pergi. aku sudah yakin dengan pilihanku Oppa"
"Kita bicarakan ini nanti. Habiskan makananmu dan bersiaplah"
✌✌
Misoo dan Namjoon telah memasuki kawasan sekolah. Pengumuman kelulusan di lakukan dengan cepat. Sebenarnya hati Misoo masih enggan untuk datang ke sekolah. Bukan karena kelulusan, tapi karena namja itu.
Misoo benci. Dia kesal. Dia ingin sekali menampar dan memukul lelaki itu. Tapi apa dayanya saat namja itu menatapnya lekat, Misoo malah tak bisa berkutik sedikitpun. Seperti saat ini di koridor sekolah.
Anak-anak bulletproof sudah ada disana lengkap dengan para kekasihnya, tak terkecuali Youra. Misoo tersenyum singkat saat bertatap dengan mereka. Sikap dingin dan ketusnya kembali lagi.
Dia tidak tau harus bersikap apa saat Jimin mulai melangkah mendekat. Dia ingin pergi, tapi hati kecilnya masih ingin menatap Jimin. Kali ini dia benar-benar menjadi seorang pengecut, karena pergi dari kerumunan itu,
"Misoo! Eodiga?" (mau kemana?)
"Toilet," jawab Misoo tanpa membalikan badanya.
Jimin merasa dirinya bersalah. dengan keyakinan hatinya, ia berlari mengejar Misoo yang sudah hilang dari koridor.
"Misoo-ya!"
Misoo dengar dengan jelas suara khas itu. Tapi egonya kali ini menuruti. Dia tetap melangkah tanpa memperdulikan Jimin yang terus memanggil.
Tiba di depan toilet wanita, Misoo menghentikan langkahnya tatkala sebuah tangan menggenggam lenganya dengan kuat.
"Kau marah padaku ya? Maaf aku tidak bermak-"
"Aku hanya ingin sendiri!" potong Misoo dengan menghempaskan tangan Jimin secara kasar.
"Maaf, maafkan aku, aku akan jelas-"
"Ku bilang aku ingin sendiri! Apa kau tidak dengar?!"
Jimin terpaku dengan suara gertakan Misoo yang sedikit bergetar. Misoo dengan susah payah menahan emosinya saat ini, tapi laki-laki bajingan ini terus mengkorek-korek emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY | PJM ✔
Teen Fiction[FOLLOW DULU] Tidak ada orang yang ingin di tinggalkan bukan? *** 📍BTS Fanfiction | Jimin series Cerita ini sudah selesai, tapi tetap hargai karya orang lain dengan memberikan vote dan comment kalian! Thanks💜