13

1.3K 135 4
                                    


Tak ada orang yang benar-benar sempurna di dunia ini, bahkan seorang petinju yang paling kuat di dunia pun akan lemah jika berhadapan dengan ibunya.
Tidak ada yang salah dari sebuah kelemahan, bukan?
Sama halnya dengan gadis bersurai coklat tua, yang duduk termenung sembari menggenggam satu gelas coklat hangat dengan tangan yang sedikit gemetar. Tubuhnya masih sangat lemas untuk bergerak dari tenda darurat. Otak itu teringat dengan jelas bagaimana kejadian yang menimpanya barusan. Di tambah dengan udara dingin yang menyeruak menembus lapisan tenda ini.
Kebencian. Mungkin akan  tumbuh pada otak dan pikiran gadis ini atau, mungkin dengan sedikit bayang-bayang rasa dendam.
Apa yang salah dari dirinya? Mengapa gadis-gadis licik tadi dengan tega meninggalkannya sendirian?
Karena Jimin? Ah bodoh! Hanya karena lelaki sialan itu? Wae?
Bukankah semua orang mempunyai hak untuk bergaul dengan siapapun?

"Misoo-ya?"

Suara lembut itu mengintrupsi. Misoo menolehkan kepalanya dan mendapati Guru Lee berdiri disana dengan seorang gadis bertubuh mungil di belakangnya.
Sorot tajam Misoo tak bisa lepas dari gadis yang hampir saja membunuhnya secara perlahan.

"Aku sudah dengar semua penjelasan dari Park Sanna. Dan dia menyesal. Kau mau memaafkannya kan?"

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Kim Misoo. Ia menurunkan tubuhnya dan berdiri. Misoo mencoba menahan tangannya yang sudah gatal ingin mencabik-cabik wajah gadis yang sok kecantikan itu.

"Ssaem? Bisa kau tinggalkan aku dan dia?"

Pertanyaan yang Misoo lontarkan mendapat anggukan dari guru Lee, Lalu melangkah pergi meninggalkan dua gadis dengan perasaan masing-masing.

"Mianhae,"

"Jelaskan padaku apa maksudmu?"

Gadis mungil dengan rambut sebahui itu mendongak, balik menatap Misoo dengan tatapan yang sulit di artikan. Berjalan mendekati Misoo yang sekarang sudah berdiri di ambang kasur.

"Aku kesal padamu! Kenapa kau bisa sedekat itu dengan Jimin, Hanya dengan waktu yang sangat singkat? Apa yang kau lakukan sampai Jimin jadi sangat bersimpati dengamu? Bahkan aku sudah berusaha mendekati Jimin denga-"

"Dengan cara menyakiti orang-orang yang dekat dengan Jimin?"

"Eoh, Aku benci! Aku benci kenapa aku tidak bisa sepertimu, Youra ataupun yang lainnya! aku bahkan sudah menghabiskan uang tabunganku hanya untuk membeli make up mahal! Baju dan sepatu yang sama merknya dengan Jimin! Hanya agar Jimin mau meliriku!... Aku sangat menyukainya! Sangat!  Tapi kenapa? Kenapa semua seolah sia-sia! Kenapa seolah-olah aku tidak pernah ada didunia Jimin!? KENAPA!!?"

Misoo benar-benar tertegun dengan penuturan gadis di hadapannya yang saat ini sedang menundukan kepalanya dan menangis sesenggukan.
Kakinya tergerak untuk mendekat. Tangan kanannya terulur menyentuh pundak gadis itu.

"Apa kau tau? Aku tidak pernah seperti dirimu yang menggilai seseorang sampai seperti ini. Tapi yang aku tau, perasaanmu itu tak lebih dari obsesimu pada Jimin. Itu bukan perasaan sayang yang sesungguhnya. Kau hanya inginkan Jimin, bukan hatinya. Jika kau memang mencintainya, pasti kau akan senang bila melihat Jimin juga senang. Tapi apa yang kau lakukan? Kau bahkan membuat dirinya membenci dirimu karena tindakan bodoh."

"Ne, kau benar, dia sangat membenciku sekarang. Dan aku juga membenci diriku sendiri karena ini.."

"Park Sanna, kau itu cantik dan Aku tau kau gadis yang baik. Jangan khawatirkan tentang siapa yang akan menjadi kekasihmu nanti. Orang itu pasti akan datang dengan sejuta rasa yang tak pernah kau ketahui batasannya. Itu sudah di gariskan. Percayalah, Kau hanya perlu menjadi diirimu sendiri"

Tanpa di duga, Sanna memeluk tubuh Kim Misoo dengan senggukan tangisannya. Menyesali perbuatan bodoh pada gadis di hadapannya yang sangat mulia hati.

"Mianhae! Jeongmal mianhae Kim Misoo! Aku jahat sekali! Aku tidak pantas di maafkan! Aku kejam! Aku..."

"Aku memaafkanmu" ucap Misoo dengan membalas pelukan itu.

"Satu hal yang harus kau tau, jangan pernah gila dalam menggilai seseorang yang bahkan kau belum tau apa yang orang itu rasakan juga terhadapmu"

Sanna menganggukan kepalanya, bersyukur dengan apa yang baru saja terjadi adalah pelajaran yang perlu ia terapkan pada kehidupan selanjutnya. Dan sangat bersyukur karena seorang Kim Misoo terlibat dalam kejadian ini, seorang berhati malaikat yang dikirim Tuhan untuk menegur dirinya dari kesalahan. Ia berjanji pada dirinya sendiri dalam hati, ia akan berhenti. Berhenti bertindak bodoh dalam hal apapun.

Di sisi yang lain, seorang namja yang berdiri cukup lama menyunggingkan senyuman manis, karena baru saja mendengar percakapan tak terduga. Percakapan yang membuat keadaan hatinya sedikit tergoncang. Itu melegakan.





~

Misoo tak bisa bertahan satu malam lagi di hutan menyebalkan. Tubuhnya belum cukup sanggup menerima gelapnya lokasi ini saat malam tiba. Dia memutuskan untuk pulang lebih dulu pagi ini. Tetapi ini sedikit aneh, rasanya sangat enggan meninggalkan tempat dengan sedikit kejadian yang membuat otak itu terus memikirkan setiap adegannya.  Padahal ini yang ia inginkan sejak awal bukan?
Dia masih sedikit ingat bagaimana ekspresi khawatir namja itu, saat melihat dirinya terbaring lemas. Itu menggemaskan sekali.

Misoo tersenyum getir saat perjalanan pulang dapat memutar memori perihal namja yang kadang membuat jantungnya berdesir hanya dengan menatap gummy smilenya.

Apa ini? Kenapa Misoo merasa senang? Gila! Ah sial! Dia membuat seorang Kim Misoo merasakan perasaan yang belum pernah gadis itu jamah sebelumnya. Perasaan aneh yang membuatnya harus berpikir ribuan kali untuk memastikannya. Tidak. Ini seharusnya tidak terjadi. Tidak boleh.

Pabbo! Kau harus hilangkan pikiran itu Kim Misoo!






"Jadi, Park Sanna memang sengaja mengerjaimu?!"

Misoo hanya menimpali pertanyaan sahabatnya itu dengan sebuah anggukan singkat sembari mendudukan tubuhnya pada sofa empuk di dalam kamarnya.
Youra langsung bergerak cepat saat mengetahui bahwa Misoo kembali lebih awal dari yang lainnya.

"Tapi dia sudah menyesalinya dan meminta maaf padaku. Kau tau? Dia sangat menyukai Jimin."

"Jinjja? Sesuka itukah dia sampai berbuat nekat seperti itu? Apa dia gila!"

"Molla, yang penting dia menyadarinya sekarang."

"Dan kau semudah itu memaafkannya?"

"Mau bagaimana? Aku tau dia sebenarnya gadis yang baik, tapi dia terlalu terobsesi hingga menghalalkan segala cara agar bisa mendapat perhatian jimin. Sejujurnya aku malah merasa kasihan."

"Ne, kau benar. Padahal dengan cara seperti itu, Jimin malah akan benci padanya kan?"

"Eoh, Dia bilang, Jimin sempat membentaknya dan hampir menamparnya."

"Mwo? Woaaaa,apa dia sekhawatir itu padamu?"

"Ya! Tidak seperti itu"

"Eyy, jangan mengelak. Kau juga senangkan di khawatirkan oleh Jimin?"

"Aniyo!" sentak Misoo dengan wajah super merah karena menahan malu. Tidak bisa menyembunyikan bahwa fakta yang satu itu memang benar adanya.

"Hahahhahaha sahabatku yang satu ini jadi banyak bicara dan bisa tersenyum rupanya"

"Yaa!!"

Tak ada yang salah dari ucapan Youra baru saja. Semesta ini telah berhasil sedikit mengelupas topeng yang ada pada diri Misoo. Bahkan gadis itu sendiripun menyadari perubahan yang ada pada dirinya.

Ahhh, apa ini benar-benar itu? Itu yang orang lain sering menyebutnya dengan..
Jatuh cinta..












Annyeong?
Ottoke?
Jangan lupa tinggalkan jejak vote and comment chingu💜

SERENDIPITY | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang