Sepatu converse putih menghiasi kaki jenjang Kim Misoo yang berjalan menyusuri trotoar sepi di tengah malam ini. Matanya yang sembab mengisyaratkan gadis ini tak tampak baik-baik saja.
"Jimin eodigayo..?" lirihnya sambil terus berjalan. (Dimana)
Kata orang, usaha tak akan menghianati hasil. Tapi pada kenyataanya, usahanya mencari sosok Park Jimin sama sekali tak menemukan petunjuk sampai ia hampir putus asa. Misoo mendudukan tubuhnya pada halte bus. Lututnya sedikit terluka akibat tersandung tadi.
"Apa sudah ketemu?" katanya pada seseorang di sebrang telfon.
"Aku tidak tau lagi harus bagaimana.. Aku ingin menyerah Youra-ssi" tangisnya pecah saat itu juga.
Dia tak pernah mengira bahwa Jimin akan semarah ini pada tindakan, yang menurutnya bukan murni kesalahan Misoo.
Semalam, Park Chanyeol-teman kelas Misoo di kampus datang ke rumah Misoo. Membawa satu box coklat bertuliskan "aku menyukaimu"Misoo hanya ingin menghargai pemberian orang lain, dengan mempersilahkan Chanyeol masuk kedalam rumah. Mereka berbicara sewajarnya, mungkin. Chanyeol berulang kali melontarkan gombalan maut, untuk menakhlukan hati Kim Misoo, tanpa tahu bahwa gadis yang ia sukai adalah seorang kekasih dari Namja keras kepala.
"Terimakasih" kata Misoo malam itu, saat Chanyeol pamit pulang.
Dia tak menduga sama sekali bahwa, pemuda bermarga Park itu mencium bibirnya di halaman rumah. Tidak lama, mungkin hanya 3 sampai 4 detik.
Misoo terkejut, pasti. Diamnya bukan berarti dia mau dan baik-baik saja. Tapi karena tubuhnya tak mampu berpikir, hal apa yang harus ia lakukan saat dia melihat Jimin yang berlalu di balik pagar besi itu.
"Jimin-ahh!"
Tak ada jawaban, yang terdengar hanya suara mobil berjalan dengan kecepatan tinggi.
"Ya! Apa yang kau lakukan bodoh!"
"Maaf, aku hanya-"
"Agh! Apa kau tidak tahu bahwa aku sudah punya kekasih?!"
"Maaf"
"Pergi!"
Berulangkali Misoo mencoba menghubungi namja itu. Tak ada jawaban sama sekali. Bertanya pada orang-orang terdekat, tak ada yang melihat.
Bahkan di pagi hari, Misoo sengaja menunggu Jimin di depan kelasnya-fakultas seni- tapi namja itu tak menampakan batang hidungnya.
Misoo mendatangi rumahnya, tapi tak ada adalah jawaban yang Misoo dengar dari orangtua dan pembantu Jimin.
"Ini membuatku gilaa!"
Gadis itu mulai melangkahkan kakinya kembali, tak ada niatan untuk kembali kerumah sebelum Jimin mau mendengarkannya. Masa bodoh namja itu mau percaya atau tidak, yang Misoo inginkan hanya berbicara dengan sejujurnya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Tungkainya berhenti kala getar ponselnya itu menganggu.
"Yeoboseyo?" (hallo)
"Eodiga? Cepatlah ke GSM Teracce! aku tak bisa menghentikan Jimin yang membabi buta Park Chanyeol!"
Tak peduli beberapa kali ia menabrak pejalan kaki yang ia lewati. Misoo mempercepat larinya dengan buliran air yang terus membasahi pipi gempalnya.
Kenapa Hanbin baru bilang padaku?
Misoo tau, Jimin bukan orang lemah walaupun tubuhnya tak terlalu tinggi. Tapi Misoo juga tahu bahwa, Park Chanyeol adalah orang dengan tubuh jauh lebih besar daripada Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY | PJM ✔
Teen Fiction[FOLLOW DULU] Tidak ada orang yang ingin di tinggalkan bukan? *** 📍BTS Fanfiction | Jimin series Cerita ini sudah selesai, tapi tetap hargai karya orang lain dengan memberikan vote dan comment kalian! Thanks💜