"Aku sungguh tak percaya bahwa kau benar-benar adiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa bisa gadis pintar sepertimu bertindak bodoh seperti ini? Bagaimana seorang calon CEO ternama memiliki pemikiran sebuntu ini?"Misoo tertawa saat mendengar ocehan dari kakak yang selalu ia rindukan.
Namjoon melemaskan tubuhnya ke lantai. Merutuki kesalahan dirinya karena telah berhasil membuat adiknya segila ini. Apa yang sudah dia lakukan?
Keheningan itu terjadi dalam beberapa menit. Kedua kakak beradik yang meringsut di lantai itu sama-sama dalam pikiran masing-masing. Bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sekarang. Gadis kecil yang merasakan pening karena efek alkohol dan namja yang menyandarkan punggungnya pada tepi kasur sembari menatap langit-langit sedang berusaha menguatkan hatinya.
"Misoo,.. Maaf"
Dengan cahaya remang dari matahari yang tidak bersinar sempurna, Misoo dapat melihat setitik penyesalan di mata kakaknya sejelas-jelasnya. Pasrah, tanpa upaya untuk menahan luapan emosi yang sedari tadi ia tahankan, pecah.
Misoo menangis terisak-isak untuk kesekian kalinya."Oppa.."
Dengan sigap, Namjoon mendekap adik kecilnya sangat erat.
"Maaf kan aku Misoo.."
Kata itu membuat Misoo terdiam. Misoo mencoba menatap Namjoon dengan sisa-sisa tenaga yang di miliki.
"Untuk apa? Aku yang salah"
"Tidak. Aku yang salah, Untuk apa yang telah aku lakukan padamu. Menyalahkanmu karena aku cemburu. Meninggalkanmu demi egoku sendiri. Aku marah saat itu, aku kecewa pada apa yang Appa ucapkan untuku. Tapi sejak aku meninggalkan rumah ini, aku di penuhi rasa gelisah. Aku juga menyesal karena kau harus mengalami kejadian yang menyakiti perasaanmu karena aku. Aku selalu mengkhawatirkanmu, terlebih lagi setelah Jimin menceritakan semua kondisimu padaku. Maaf Misoo, maafkan oppa mu yang bodoh ini.."
"Jangan pergi lagi, berjanjilah untuk tetaplah disini Oppa, melindungiku lagi seperti dulu. Aku tidak akan sanggup jika harus menahannya lagi."
Namjoon semakin mengeratkan dekapannya. Perasaan rindu yang selama 3 tahun ini menggerogoti hatinya terbayar penuh. Jimin benar, memaafkan segalanya itu akan melegakan.
Disisi lain di ambang pintu, Tuan Kim menangis dalam diam. Tersenyum kala mendapati kedua anaknya telah berkumpul kembali. Kini ia merasa bahwa dirinya lah yang harus pergi. Merasa bersalah karena kejadian yang meninpa anak-anaknya adalah sebab dirinya.
"Tuan Kim.."
"Ada apa Jim?"
"Seharusnya aku tidak boleh ikut campur dalam urusan keluargamu. Tapi menurutku, akan lebih baik jika Tuan ikut bergabung disana dan menjelaskan semuanya."
"Tidak Jimin, lebih baik aku disini, atau bahkan pergi dari dunia mereka. Mereka tidak akan bahagia bila aku ada. Aku ayah yang kejam Jim."
"Mereka membutuhkan anda di masa depan tuan, percayalah."
"Apa kau yakin Namjoon akan memaafkan aku? Setelah apa yang ku perbuat padanya? Kurasa tidak Jim."
"Tuan, tidak ada salahnya mencoba. Lagipula Tuan Kim adalah ayah kandung Namjoon hyung, aku yakin Namjoon hyung akan berubah pikiran bila tuan mau mencobanya."
"Baiklah"
Setelah itu, Kim Daehwan melangkahkan kakinya untuk mendekati kedua anaknya, yang masih saling berpelukan melepas rindu.
"Appa..," ucap Misoo saat tahu ayahnya hanya beberapa langkah dari punggung Namjoon.
Keduanya melepas dekapan itu. Saat Misoo hendak berdiri dan meraih tangan ayahnya, Namjoon lebih dulu menahan tangan mungil Misoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY | PJM ✔
Teen Fiction[FOLLOW DULU] Tidak ada orang yang ingin di tinggalkan bukan? *** 📍BTS Fanfiction | Jimin series Cerita ini sudah selesai, tapi tetap hargai karya orang lain dengan memberikan vote dan comment kalian! Thanks💜