Semua orang benci ditinggalkan, hal apapun yang pergi pasti menyakitkan. Entah itu hanya sementara ataupun selamanya.Hari-hari berikutnya setelah kejadian itu, Misoo berusaha keras menjauhi sesosok namja yang telah memporak porandakan hatinya. Padahal Jimin selalu saja berusaha berbicara dengan Misoo. Tapi gadis itu bersikeras untuk bungkam dengan alasan ujian nasional.
Tapi hari ini, Misoo tak bisa berkutik. Saat setelah ujian akhir selesai, Misoo yang hendak meregangkan tubuhnya di atap sekolah terkejut kala sebuah lengan kekar melingkar pada perut mungilnya.
"Berhentilah menjauhiku Misoo-ya"
"Lepas Jim, kumohon"
Tanpa melepas ikatan itu, Jimin membalikan tubuh Misoo menjadi menghadap kearahnya.
"Aku salah apa? Kenapa seperti ini"
Mulut gadis itu mendadak kaku saat ingin meneriakan sebuah kalimat KARENA KAU JAHAT PADAKU JIM!
Dadanya bergemuruh menahan seluruh emosi yang ada dalam tubuhnya.Tatapan mata Jimin tak henti meminta jawaban atas pertanyaanya. Beberapa malam tak bisa memejamkan mata, karena gadis di hadapannya ini selalu berlarian di otaknya.
"Lepaskan aku Jim"
"Tidak! Sebelum kau jawab pertanyaanku"
Tanpa suruhan, air mata itu mengalir dari kelopak mata Misoo. Sungguh dia tidak ingin menangis saat ini! Dia meyakinkan dirinya untuk bisa. Untuk kuat. Kuat menerima fakta bahwa perasaan kali pertamanya tak terbalaskan. Kuat menerima fakta bahwa orang yang selalu bersikap manis padanya ini akan pergi sebentar lagi. Itu pasti, dia pasti akan di tinggalkan lagi oleh seseorang yang ia sayangi. Bukan karena ajal, bukan karena amarah, melainkan sebab cinta lain yang membahagiakan. Akan sangat jahat bila menghalangi kebahagiaan seseorang bukan? Misoo tau itu.
Melihat air mata itu, Jimin menatap sendu. Tanganya terulur untuk mengusapnya dengan ibu jari. Memangnya apa yang aku lakukan sampai Misoo menangis? Pikirnya.
"Aku akan menciummu lagi bila kau menangis!"
Misoo tersentak. Merasa benar-benar ingin menampar laki-laki ini sekarang juga. Tapi apa daya, karena tubuhnya tak bisa bergerak. Seakan Jimin telah menghipnotis dengan tatapan mata tajam yang indah itu.
Dimana seorang Kim Misoo yang pemberani itu? Dia hilang karena seorang namja? Ini gila!
"Jim, lepas. Aku hanya ingin fokus pada ujianku. Aku ingin appa dan Namjoon oppa bangga padaku. Tolong," bohongnya lagi dan lagi.
"Bagaimana kalau aku tidak percaya? Kau bertingkah seolah aku adalah bakteri yang harus kau hindari Misoo! Apa salahku?"
"Tidak ada yang salah darimu. Sungguh"
"Lalu kenapa kau menangis?"
"Aku, aku hanya, bingung"
Jimin berdecak kesal. Bukan ini jawaban yang ia inginkan atas ketidak bisa tidurannya selama beberapa hari ini.
"Baiklah kalau itu yang kau ucapkan. Tapi sungguh aku tidak bisa jika terus seperti ini Misoo. Aku tidak bisa melihat teman dekatku bersikap aneh padaku. Katakan jika ada yang mengganjal di hatimu. Ku mohon"
Sebenarnya Misoo sedikit merasa tergores saat Jimin benar-benar mengatakan kata 'teman dekat'. Tapi dari situlah Misoo menyadari, bahwa Jimin bukan orang yang tepat untuk menjadi seseorang pengisi hatinya saat ini. Dan dengan sangat terpaksa, Misoo menunjukan senyum manisnya.
"Maaf Jim, aku egois"
Misoo akan merasa sangat jahat bila ia memaksakan kehendak orang lain. Karena memang ia tahu bahwa semua orang berhak memilih pilihannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY | PJM ✔
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU] Tidak ada orang yang ingin di tinggalkan bukan? *** 📍BTS Fanfiction | Jimin series Cerita ini sudah selesai, tapi tetap hargai karya orang lain dengan memberikan vote dan comment kalian! Thanks💜