Dunia berputar di sekelilingnya. Melingkupi dengan warnanya yang pekat. Kelabu. Hitam. Tapi gadis itu tampak tak peduli. Yang ia inginkan hanya mendapat kesempatan untuk bertemu sekali lagi, setidaknya sebelum dia mengakhiri segalanya. Adakah seseorang yang mampu memahami perasaannya saat ini? Adakah satu orang saja yang mampu mengatakan bahwa ia seharusnya bisa baik-baik saja? Harusnya baik-baik saja. Untuk berpura-pura kuat. Bukankah itu mudah?Malam ini udara terasa sangat panas, tidak ada hembusan angin yang bersemilir. Gadis itu menatap bintang yang tersebar di seluruh penjuru langit dengan pandangan kosong. Bulan bersinar malu-malu hanya memperlihatkan sebagian wajah bulatnya pada bumi. Misoo terdiam memeluk lengannya sendiri di balkon kamarnya, menatap kearah langit seolah bicara kepada semesta untuk membawanya pergi malam ini juga. Dia ingin pergi. Merasa tak pantas berada di alam yang indah ini dengan kehidupan yang mencekiknya.
Padahal yang ia inginkan tidak banyak. Tidak ada yang Misoo inginkan selain melihat keluarganya utuh kembali. Namun, mengapa Tuhan begitu tega menggariskan takdir ini padanya. Hatinya tergores mengingat bahwa harapannya tidak akan pernah terwujud untuk melihat orang-orang yang disayanginya bersatu lagi selamanya.
Deru langkah kaki perlahan mulai jelas menjalar melalui gendang telinga Misoo di tengah malam ini. Dia sangat berharap bahwa itu adalah suara malaikat pencabut nyawa atau sejenisnya yang akan mengajak Misoo pergi dari dunia ini.
"Nak.."
"Appa?"
Tangisan itu kembali terpecahkan dan menghasilkan buliran air yang sempat mengering di kelopak matanya.
"Appa.. Dia membenciku! Sangat! Aku tidak tau harus bagaimana! Appa.. "
"Maaf.. Maafkan aku nak, ini semua karena aku. Ini semua karena ego ku. Aku menyesal. Maafkan appa Misoo. Maaf.."
✌✌
"Hyung?"
Jimin menghampiri namja yang hampir saja ia remukan wajahnya. Tapi dia juga tidak ingin bahwa keadaan ini terus berlanjut. Maka ia putuskan untuk mengusir jauh egonya dan memilih untuk mengalah.
"Kau itu sebenarnya sahabat atau bukan?"
"Mianhe hyung, aku hanya ingin melihat kalian bahagia"
"Tapi aku tidak-"
"Belum. Kau belum bisa merasakannya. Karena kau memang sengaja menutup rapat semua itu. Akan sangat percuma, jika kau memang tidak berusaha untuk membukanya. Kebahagiaan itu datang jika kita bisa saling memaafkan."
"Jangan sok pintar!" ucap Namjoon sambil meneguk soju yang ada di tangannya.
"Kalian ini sama ternyata"
"Maksudmu?"
"Peminum yang handal! Iya. Kau dan Misoo. Sama-sama suka minum"
"Apa kau sedekat itu dengan dia?"
"Semenjak aku bertemu dengannya di club, dan kau menceritakan semuanya setelah itu. Aku memang bertekad untuk melindunginya. Lagipula adikmu itu cantik!"
Terdengat helaan nafas dari mulut Namjoon sebelum dia membuka bungkus rokoknya.
"Ck! Kakak adik sama saja! Kerjaannya kalau tidak minum ya merokok!"

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY | PJM ✔
Teen Fiction[FOLLOW DULU] Tidak ada orang yang ingin di tinggalkan bukan? *** 📍BTS Fanfiction | Jimin series Cerita ini sudah selesai, tapi tetap hargai karya orang lain dengan memberikan vote dan comment kalian! Thanks💜