Senja Kirana telah bersiap dengan pakaian kerjanya, sebelum pergi bekerja dia terlebih dulu menyiapkan sarapan untuknya dan ibunya. Setelah memastikan makanan telah tertata rapi di meja makan, Senja lalu pergi menuju kamar ibunya. Di bukanya gorden jendela hingga cahaya langsung menerobos masuk ke dalam kamar yang sebelumnya tampak gelap lalu di bukanya jendela kamar agar udara segar masuk ke kamar itu.
"Senjaaa.. tutup jendelanya. Mama masih ngantuk banget nih" Puspa menarik selimut menutup tubuhnya.
Senja duduk di pinggir tempat tidur lalu menarik selimut yang menutupi ibunya. "Udah pagi Ma, bangun yuk kita sarapan bareng. Senja juga mau berangkat kerja nih"
Puspa akhirnya membuka mata walau masih tampak sangat jelas rasa kantuknya. "Harus ya tiap pagi kita sarapan bareng?" tanya Puspa.
"Iya dong, kan Cuma pas sarapan aja kita bisa makan bareng. Makan siang Senja masih di kantor, makan malam Mama yang sibuk di rumah bordil" jawab Senja. Senja lalu menatap Puspa lekat. "Ma, tutup aja ya rumah bordilnya. Buka usaha lain aja Ma" bujuk Senja.
"Udah deh, bosan Mama dengar rengekan kamu yang tentang itu-itu aja. Kenapa sih memangnya? Malu ya punya Mama kayak Mama?" tanya Puspa jengkel.
"Gak gitu Ma, Senja gak malu punya Mama kayak Mama. Tapi pekerjaan Mama itu bukan sesuatu yang benar, itu pekerjaan haram" jelas Senja.
"Kan Mama yang ngejalani bukan kamu. Jangan banyak komentar deh" Puspa turun dari tempat tidur. "Ayo katanya mau sarapan, entar telat lagi ke kantornya kamu" Puspa langsung keluar kamar tanpa menunggu Senja lebih dulu, dia memang selalu begitu, menghindar tiap kali Senja membahas tentang pekerjaannya.
Senja menghela napas kemudian menyusul ibunya keluar kamar untuk sarapan bersama. Senja memang mengharuskan ibunya untuk sarapan bersama dengannya karena hanya saat sarapan dia bisa makan bersama ibunya dan karena permintaan Senja itu, setiap pagi Puspa harus sudah berada di rumah untuk sarapan dengan putri semata wayangnya.
"Muka Mama pucat banget, Mama sakit?" tanya Senja memperhatikan wajah ibunya.
"Gak kok, semalam Mama kebanyakan minum eh pagi tadi muntah deh" jawab Puspa enteng.
"Ma.. Senja gak suka Mama mabuk-mabukkan. Gak baik untuk kesehatan Ma" keluh Senja.
Puspa memutar bola matanya. "Kamu apa sih yang di suka dari Mama? Semua gak boleh" gerutunya.
Senja menggenggam tangan Puspa. "Senja sayang sama Mama, Senja Cuma gak mau Mama sakit, minuman keras itu gak baik untuk kesehatan Mama. Senja ini Cuma punya Mama, Senja gak mau Mama sampai kenapa-napa" ujarnya.
"Mama gak akan kenapa-napa, percaya deh. Mama masih muda ini juga" ucap Puspa meyakinkan.
Senja tersenyum mendengar ucapan ibunya, usia Puspa sudah 40 tahun lebih tapi dia memiliki wajah yang awet muda, kecantikannya itu menurun pada putrinya. Senja Kirana.
Senja menyeka sudut bibirnya dengan tisu lalu mengambil tasnya. Senja mencium punggung tangan Puspa. "Senja berangkat dulu ya Ma" pamitnya mencium punggung tangan ibunya kemudian mencium pipi Puspa, hal yang selalu dia lakukan saat berpamitan.
"Hati-hati di jalan" pesan Puspa.
Puspa menatap kepergian Senja, dia menyeka air mata yang mengalir di pipinya. "Maafin Mama ya Senja, Mama gak bisa menjadi ibu yang membanggakan buat kamu, gak bisa menjadi seperti yang kamu inginkan tapi kamu harus tau kalau Mama sayaaang banget sama kamu. Mama bangga melihat kamu tubuh dengan baik seperti sekarang, jangan tiru Mamamu ini Nak"
***
"Good morning" sapa Dewi saat melihat Senja baru saja duduk di kubikelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN WANITA JALANG ✔️(DITERBITKAN)
ChickLitHidup sebagai putri seorang mucikari membuat Senja Kirana sering kali mendapat hinaan dari orang-orang di sekitarnya tapi dia berusaha tabah dan ikhlas menjalani kehidupannya. Senja tidak malu memiliki ibu seperti Puspa walau dia tidak menyukai prof...