Suara hardikan itu membuyarkan pikiran Puspa yang sedang larut mengenang masa lalu pertemuan pertamanya dengan Panji. Sosok pria tampan, baik hati, lemah lembut dan juga ramah. Satu-satunya pria yang Puspa cinta hingga saat ini dan selamanya. Sosok yang begitu Puspa rindukan dan selalu dia ingat dalam hati juga pikirannya.
"Mau apa kamu disini?"
Puspa terdiam sejenak saat melihat Ratih Usmadi berdiri di hadapannya. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan ibu mertuanya di sana. Sudah belasan tahun berlalu, ini adalah pertemuan mereka setelah sekian lama.
Ratih melangkah mendekati Puspa dengan mata melotot lebar. "Saya tanya mau apa kamu disini?" bentaknya.
"Nyekar ke makam suami saya" jawab Puspa berusaha bersikap tenang walau sebenarnya jantungnya berdegup sangat kencang. Ratih memang sangat paham cara mengintimidasi lawannya tapi Puspa yang sekarang berbeda dengan Puspa yang di kenalnya dulu. Pengalaman hidup telah mengajarkan banyak hal padanya.
"Jangan sebut anakku sebagai suamimu!!" bentak Ratih tidak terima.
Puspa tersenyum santai. "Apa yang salah? Memang kenyataannya Mas Panji adalah suami saya, bahkan hingga napas terakhirnya dia masih berstatus sebagai suami saya, Nyonya Ratih yang terhormat"
"Kurang ajar! Sudah berani menjawab kamu" Ratih sudah mengangkat tangannya hendak menampar Puspa tapi dengan sigap Puspa menahan tangan Ratih.
"Jaga sikap anda Nyonya, jangan berani mencoba menyentuh saya" Puspa menatap Ratih tajam.
Kedua mata Ratih terbelalak lebar, dia sungguh tidak menyangka jika Puspa akan seberani ini melawannya. Puspa yang dia kenal dulu hanya wanita lemah yang hanya bisa menunduk takut dan menangistiap kali mendapat makian darinya. Puspa yang ada di hadapannya ini sungguh berbeda, Ratih seolah tidak mengenalnya lagi.
"Anda beruntung karena saya masih menghormati anda sebagai ibu dari Mas Panji, karena kalau tidak sudah pasti tangan anda itu akan saya patahkan"desis Puspa.
"Ka.. kamu.."
"Anda salah besar jika berpikir saya masih sama seperti yang dulu Nyonya. Berkat keluarga anda, saya bisa menjadi seperti sekarang. Meski pun hancur tapi saya bangkit menjadi wanita tangguh" ucap Puspa. "Anda berhutang nyawa pada saya dan putri saya Nyonya Ratih" geram Puspa.
"Apa maksudmu?"
Puspa tersenyum miring. "Jangan anda pikir saya tidak tau jika anda yang sudah menyebabkan Mas Panji meninggal. Hari itu saya mendengar semuanya, bagaimana anda memaksa Mas Panji untuk mencampakkan saya dan Senja lalu memaksanya untuk menikahi wanita pilihan anda. Karena pertengkaran kalian, Mas Panji pergi dalam keadaan marah hingga dia mengalami kecelakaan. Anda sudah membuat saya kehilangan suami saya dan Senja kehilangan ayahnya. Selama ini anda bersikap seolah hancur atas kematian putra anda tapi anda sendirilah penyebab semua itu" tuding Puspa. "Kalian semua keluarga terkutuk!!" makinya.
Tubuh Ratih bergetar. Dia tidak menyangka jika Puspa mendengar pertengkarannya dengan Panji. Tidak ada seorang pun yang tau apa yang terjadi sebelum kecelakaan Panji terjadi.
"Jangan terlalu menguji kesabaran saya, Nyonya. Atau saya akan membuat perhitungan pada keluarga Usmadi" ancam Puspa lalu pergi dari sana.
***
Senja merasa heran terhadap perubahan sikap Abimanyu yang sangat tiba-tiba. Biasanya Abimanyu tidak pernah mau bicara dengannya sepatah kata pun tapi pagi ini suaminya itu justru memintanya untuk menyiapkan pakaian kerja untuknya.
Abimanyu juga meminta Senja untuk membuatkan semur ayam untuknya bahkan sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Abimanyu meminta Senja untuk menyiapkan pakaian kerjanya. Meski bingung Senja tetap melakukan apa yang di minta Abimanyu padanya, setelah menyiapkan pakaian kerja untuk Abimanyu, Senja segera pergi ke dapur untuk memasak semur ayam. Untunglah di lemasi es masih ada persediaan ayam jadi dia tidak perlu repot untuk berbelanja dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN WANITA JALANG ✔️(DITERBITKAN)
ChickLitHidup sebagai putri seorang mucikari membuat Senja Kirana sering kali mendapat hinaan dari orang-orang di sekitarnya tapi dia berusaha tabah dan ikhlas menjalani kehidupannya. Senja tidak malu memiliki ibu seperti Puspa walau dia tidak menyukai prof...