DUA

14.9K 1.6K 101
                                    

Senja baru saja turun dari angkutan umum, lalu dia berjalan kaki menuju rumahnya. Dan seperti biasa, tiap kali dia lewat maka pemuda-pemuda yang sedang nongkrong di sana akan menggodanya, Senja hanya tersenyum tipis tidak begitu mempedulikan godaan mereka. Sudah biasa, Senja sudah kebal.

"Neng Senja baru pulang, mau Abang anterin sampai rumah gak?" seorang pria paru baya mencegat jalan Senja dan menatapnya dengan tatapan mesum, pria itu mengusap-usap perut buncitnya.

"Tidak usah Pak, terima kasih" tolak Senja mencoba melalui pria paruh baya itu tapi pria itu lagi-lagi menghalangi langkah Senja. Tapi belum sempat dia buka suara tiba-tiba saja telinganya sudah di jewer oleh wanita yang mengenakan daster dan rambut di roll.

"Berani kamu ya Pak, mau aku potong burungmu itu?" ancam wanita itu melotot.

"A..ampun Bu, bapak gak ngapa-ngapain kok. Cuma nyapa aja" ucap pria itu gelagapan.

"Kamu kira aku gak dengar kamu mau ngantarin anak germo ini pulang? Mau wik wik wik kamu sama dia, iya?!" bola mata wanita itu seperti mau copot saking besarnya dia melotot.

"Enggak kok Bu, bapak berani sumpah" sanggahnya.

"Heh Senja!! kamu jangan berani-berani goda laki-laki disini ya. Kalau mau cari mangsa, sana ke rumah bordil ibumu" usai mengatakan hal itu, wanita itu pergi dari sana dengan tangan menjewer telinga suaminya.

Senja hanya bisa mengelus dada mendengar perkataan wanita tadi, ibunya memang bekerja prostitusi tapi Senja bukan wanita jalang, memang orang-orang di sekitarnya tinggal tidak percaya jika Senja bekerja kantoran meski pun mereka melihat setiap harinya Senja berangkat mengenakan pakaian kantoran tapi menurut mereka itu hanya kedok saja, apalagi karena maraknya berita prostitusi online jadilah mereka berpikir jika Senja memiliki pelanggan kelas kakap yang lebih berkelas di banding pria-pria hidung belang yang sering datang ke rumah bordil Puspa.

***

Pagi-pagi terdengar keributan di depan rumah Senja membuat gadis cantik itu terbangun dari tidurnya. Senja mengambil ikat rambut yang ada di nakas samping tempat tidurnya lalu mengikat rambutnya asal, Senja lalu keluar untuk melihat keributan apa yang sedang terjadi.

"Mama.." begitu kagetnya Senja saat melihat ibunya sedang mencengkram rambut wanita yang suaminya kemarin menghadang Senja. "Ma, lepasin Ma" Senja berusaha menarik tangan ibunya dari kepala wanita itu tapi justru terdengar suara jerit kesakitan dari si pemilik rambut karena Puspa mencengkram rambutnya dengan begitu erat jadilah ketika Senja berusaha menarik tangan ibunya, rambut wanta itu ikut tertarik.

"Ma lepasin dong, kasihan Bu Ajeng kesakitan" pinta Senja.

"Biar aja dia tau rasa, berani-beraninya dia menghina kamu padahal sudah jelas suaminya yang salah" Puspa menatap tajam Ajeng dengan penuh kebencian, tidak akan dia biarkan siapapun berani menyakiti putrinya.

Senja terkejut mendengar perkataan Puspa, bagaimana Puspa bisa tau padahal Senja tidak ada mengatakan apa-apa pada Puspa karena memang sejak dia pulang dari kantor, Puspa sudah tidak ada di rumah.

"Dengar ya Ajeng, kelakuanmu itu jangan seperti anjing! Anakku ini wanita baik-baik, suamimu saja yang brengsek dan asal kau tau, suamimu yang buncit itu memang mata keranjang. Tiap malam dia datang ke rumah bordilku menggoda anak buahku tapi aku usir karena lakimu itu kere, mana bisa dia bayar anak buahku" Puspa menghentak cengkramannya di rambut Ajeng hingga wanita itu tersungkur, Puspa tentu bisa melakukannya dengan muda karena postur tubuhnya yang tinggi sedangkan Ajeng hanya sebatas dadanya saja.

"Sekali lagi aku dengar kamu nyakitin anakku, kuobrak-abrik kamu nanti, pergi kamu" usir Puspa dengan mata melotot.

Saat ini mereka sudah menjadi tontonan warga karena keributan yang terjadi di pagi hari saat orang-orang belum sepenuhnya memulai aktivitas.

AKU BUKAN WANITA JALANG ✔️(DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang